Part 25. Sudden wedding Plans

407 83 13
                                    

[Sayang, aku pulang ke Indo sekarang. Doakan selamat sampai Surabaya. Aku cinta kamu]

Ralind terperangah membaca pesan dari kekasihnya. Dia baru saja bangun tidur.

Semalam setelah pulang dari Coyote Club, Ralind menunggu pesan dari Jaya yang tak kunjung datang. Ditelpon pun tidak diangkat. Cemas? Sudah tentu. Namun kemudian, dia menerima pesan permintaan maaf dari Jaya yang mengatakan bahwa dia belum bisa menelepon karena masih sibuk mengurus beberapa hal di kampus.

Itu sebabnya, Ralind memutuskan untuk tidur karena memang malam sudah sangat larut. Lalu sekarang, saat dia baru bangun tidur, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Jaya mengabari pulang ke Indonesia. Oh, jam berapa dia mengirimi pesan kemarin? 02.05 dini hari. Sekarang sudah jam 04.30 subuh. Itu artinya, Jaya sudah berada di pesawat.

Benar saja. Ketika Ralind mencoba meneleponnya, ponsel Jaya sudah tidak aktif. Dia segera mengetik pesan balasan ...

[Kok mendadak sih? Ada perlu apa kamu pulang ke Surabaya? Kenapa nggak ngasih kabar dulu sebelumnya?]

Ketika pesan itu dikirim, centang satu abu-abu. Tentu saja. Ponsel Jaya pasti dalam mode pesawat. Wajar saja jika pesannya tidak bisa terkirim sekarang juga.

Mencoba untuk tidak panik, Ralind menghirup napas lalu mengembuskannya pelan.

"Oke ... tenang, Lind. Jarak dari Istanbul ke Surabaya 20 jam lebih. Masih ada waktu untuk siap-siap, ke salon, ke butik buat beli baju, beli bahan masakan di mall sebelah, dan ... aaarrhhh! Hari ini aku banyak kerjaan, diajak Daddy tinjau lokasi pula. Gimana bisa nyalon, ke butik, ke mall?!"

Afirmasi positifnya gagal. Ralind kembali uring-uringan. Padatnya jadwal yang mendadak, tidak cukup hanya diberi waktu 20 jam saja.

"Tenang, tenang." Ralind berdiri, kembali mengatur napas dan mengibas-kibaskan tangan agar tidak panik. "Sholat Subuh dulu biar tenang."

Dia bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudu. Saat air membasahi wajah, tangan dan kakinya, Ralind mulai tenang. Kemudian menegakkan salat Qobliyah Subuh dilanjutkan salat Subuh dua rakaat. Biasanya dia bisa bangun tahajud. Tapi karena semalam begadang menunggu pesan balasan Jaya, Ralind melewatkannya.

Usai salat Subuh, dia segera melipat mukena dan sajadah, lalu berlari ke kamar Mommy dan Daddy untuk mengabarkan kepulangan Jaya. Namun ternyata kedua orangtuanya sudah bangun dan sedang berbincang di ruang keluarga.

"Daddy yang nyuruh Jaya pulang sekarang." Liand memberi tahu saat putrinya memberi tahu kepulangan kekasihnya.

"What?" Ralind kebingungan. "How come? When did you ask him to come home?"

"Kemarin setelah kita pulang dari Coyote Club."

"Tapi, Dad ..." Ralind masih tidak mengerti. "sepanjang malam kemarin, Jaya nggak bisa dihubungi. Dia lagi ada kelas di kampus."

"I didn't call him. I called Aslan and asked him to tell Jaya that you are in urgent condition, so He has to come home right away."

"Urgent condition?" Ralind semakin tidak mengerti. "Like what? What kind of urgent condition do I have?"

"Disuruh istrinya Adam datang ke kelab malam agar laki-laki itu mau pulang? That's not only urgent but dangerous. Coba kalau Daddy nggak ada, kamu pasti sudah diserang sama Adam."

"No, no, no!" Ralind semakin panik menanggapi ucapan Liand. "You can't tell Jaya about that. Jangan, Dad. Kuliahnya belum selesai. Dia bakal nggak tenang kalau Daddy ngasih tau soal kejadian semalam."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tangled By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang