Ralind tertahan di pintu masuk Coyote Club yang dijaga dua pria kekar bertato sama di lengan. Perempuan berhijab dilarang keras masuk kelab. Kalau mau, dia harus melepas hijabnya dulu. Ada dress ethic yang harus dijaga ketat di kelab malam ini.
"Mana bisa?!" Ralind melotot tidak terima. "Saya datang ke sini karena disuruh. Ada orang mabuk di ruang VIP, namanya Adam. Istrinya nyuruh saya datang untuk membujuknya pulang."
Pemberitahuan itu tidak meyakinkan penjaga kelab. "Kami tidak diperintah untuk menerima Anda. Maaf, Anda tetap tidak boleh masuk."
"Baik, Pak. Silakan bicara sendiri dengan penjaga kelab milik Bapak." Liand yang sejak tadi sibuk menelepon owner Coyote Club yang baru, kini memberikan ponselnya pada salah satu penjaga berpakaian serba hitam itu. "Pak Santoso mau bicara."
Mengerutkan dahi di wajahnya yang sangar, penjaga itu menerima ponsel dari tangan Liand. "Halo, siapa ini? ... oh, iya baik, Bos. Siap, siap."
Ponsel dikembalikan. Pria kekar itu membuka rantai pembatas dan mempersilakan Ralind dan Liand masuk. "Silakan."
Sebelum masuk, Liand menyerahkan empat lembar ratusan ribu pada penjaga itu. "Saya butuh dua orang sekuriti untuk mendampingi saya di ruang VIP."
Penjaga kekar itu mengangguk sambil menyuruh temannya berjaga menggantikannya. Lalu dia dan satu penjaga lain mendampingi Liand dan putrinya berjalan menuju ruang VIP.
Sesampainya di ruang VIP, Ralind dan Liand disuguhi pemandangan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Adam baru saja mendorong perempuan bergamis dan berjilbab syari sampai jatuh ke lantai, lalu menenggak cairan haram yang Ralind tidak mengerti jenis dan merek apa. Bau alkohol menguar ke seantero ruang VIP.
"Astaghfirullah ..." Kalimat istighfar spontan keluar dari bibir Ralind. Sungguh, belum pernah dia lihat Adam seperti ini. Pria yang dikenal saleh dan budiman, mendadak jadi ahli maksiat.
Begitu pula Liand yang segera menempatkan putrinya di belakang punggungnya saat Adam mendekat dan terhuyung. Perempuan bergamis yang dikenal Liand sebagai istri baru Adam segera menopang, tapi malah ditampik dengan kasar oleh Adam hingga perempuan itu kembali jatuh ke lantai.
Ralind hendak menolong perempuan itu namun ditahan oleh Liand, karena akan lebih berbahaya jika putrinya berada jauh dari lindungannya. Dalam kondisi mabuk, Adam bisa nekat melakukan apa saja. Lebih baik jika Liand berhati-hati.
"Ralind, Om Liand ..." Pria jangkung berpenampilan acak-acakan itu berdiri sambil memegang gelas berkaki panjang berisi wine. Kemeja putihnya ternoda oleh cairan haram itu. Dua kancing teratas terbuka. Rambut yang biasanya ditata rapi kini kusut masai. Wajah yang biasanya ceria kini memerah, menyunggingkan senyuman sinis. Mata yang biasanya berbinar optimis kini meredup dan culas.
"Apa kabar Kalian?" Adam mengacungkan telunjuk di depan wajah Ralind dan Liand secara bergantian.
Ralind tidak menjawab. Liand memajukan diri, mengangkat dagu seolah siap menghadapi Adam demi melindungi putrinya. "Kami baik. Alhamdulillah."
Mendengar jawaban itu, Adam manggut-manggut sambil mencebik. "Bagus lah ..."
Ralind dan Liand kembali diam, mengamati gerak-gerik Adam yang sangat di luar nalar.
"Om nggak nanya kabarku?" Adam menepuk dada, mendekat pada mantan calon mertuanya hingga jarak wajah mereka hanya sekitar lima senti saja.
Liand mundur. Bau alkohol menyengat hidungnya. "Kenapa kamu sampai mabuk seperti ini?"
Adam mendengkus, lalu meneguk wine sebelum menjauhkan diri dari Liand. "Sebagai lulusan terbaik Leeds, harusnya Om tahu jawabannya."
Liand diam. Meskipun diejek oleh bocah tengik, dia tidak mau terpancing. Sudah jelas motif Adam mabuk-mabukan hanya untuk memantik kerusuhan di antara mereka. Liand tidak mau menanggapi tantrumnya seorang bocah ingusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled By You
RomancePerbedaan usia 7 tahun tidak membuat Ralind merasa harus menjadi kakak perempuan Jaya. Apalagi pemuda itu adalah anak mantan selingkuhan Daddynya. Tidak sudi! Bagaimana mungkin Ralind membiarkan Jaya menarik hatinya, sementara Malika, sang adik kesa...