Part 16. Adam Rejection

748 113 20
                                    

"Assalamu'alaikum." Liand menyapa Nicholas, sahabat karib sekaligus calon besannya ketika sampai di private room restoran yang berada di sebelah lobi Hotel Sanjaya.

"Wa'alaikumsalam." Nicholas menyambut calon besan kebanggaannya dengan bahagia. "Apa kabar, Liand? Sehat?"

Liand mengangguk senang. "Alhamdulillah sehat. Kalian sekeluarga juga sehat?"

Pria bule berkemeja merah polos satin dipadu celana pantalon hitam itu ganti mengangguk, mengedarkan pandangan pada anggota keluarganya yang terdiri dari Nindi sang istri yang sedang bercium pipi dengan Humaira, Adam si anak sulung yang sedang berdiri di belakang kursi, dan Evelyn si anak bungsu yang sedang bercium pipi dengan Ralind. "Alhamdulillah kami juga sehat. Mana Malika dan si kecil Andra?" Nicholas celingukan mencari dua anak Liand lainnya.

"Mereka nggak mau ikut, pilih tinggal di rumah Kakek Andrew." Liand memberi tahu sambil tersenyum pada calon menantunya yang balas tersenyum kaku seperti di butik Xaverio tadi siang.

Nicholas mengangguk paham menanggapi jawaban calon besannya. "Ayo, ayo, silakan. Kita duduk dulu," ajaknya menepuk punggung Liand.

Mereka bertujuh duduk melingkar dengan formasi Liand di sebelah Nicholas, Adam di sebelah Evelyn, Ralind di sebelah Nindi, kemudian Humaira di sebelah Liand.

Awalnya, semua berjalan lancar. Liand terlibat obrolan serius dengan Nicholas seputar hal-hal teknis pernikahan putra-putri mereka, begitu pula dengan Nindi dan Humaira. Sementara Ralind asyik mengabarkan keadaan Roland di Leeds pada Evelyn. Sedangkan Adam tidak terlibat obrolan dengan siapapun, sibuk berkutat dengan ponselnya sendiri.

Sampai kemudian, setelah semua hidangan bertema chinese food sudah disajikan dan dinikmati semua orang, Adam menjatuhkan keputusan yang menggemparkan ...

"Aku batalkan pernikahan kami."

Sontak, semua orang terkejut dan gaduh.

"Apa maksudmu membatalkan pernikahan kalian?" Nicholas tak terima.

"Jangan bercanda, Adam!" Nindi membentak, tidak menyukai ide gila putranya. "Kenapa tiba-tiba kamu batalkan?!"

Humaira yang paling cemas. "Apa karena Ralind terlalu kasar dan nggak sopan padamu, Nak? Maafkan dia. Tapi tolong jangan batalkan pernikahan kalian," pintanya memohon, hampir menangis.

"Kak, apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba begini?" Evelyn bertanya tak mengerti. Wajahnya sudah pucat.

Ralind terperangah tak percaya. Sedangkan Liand merebahkan punggung ke sandaran kursi. Tubuhnya lemas seperti kehilangan tenaga. Semua perilaku Adam seharian ini terjawab sudah dan ini jawabannya. Seharusnya, dia menyadarinya sejak awal.

"Adam, apa maksudmu?" Nicholas kembali bertanya, berusaha menekan suaranya agar tidak terdengar gemetar karena emosi, meski percuma. "Kenapa tiba-tiba kamu batalkan pernikahan kalian?"

Pemuda tanpa ekspresi itu menjawab, "Karena aku nggak mau menikahi Ralind."

"Kenapa? Apa alasannya?" Nicholas kebingungan. "Papa nggak ngerti. Kenapa kamu tiba-tiba jadi begini?"

Adam yang semula menatap lurus pada ponsel dalam genggamannya, kini mengedarkan pandangan pada satu per satu orang di ruang private ini. "Apa alasannya tidak perlu aku sebutkan, karena akan membuka semua kesalahan Ralind di sini."

Gadis yang dituduh bersalah sontak berdiri tidak terima. "Memangnya aku punya salah apa ke kamu, Dam?"

"Banyak!" Suara Adam meninggi. Tatapannya menghunus tajam pada gadis angkuh di hadapannya. "Mau kusebutkan satu-satu biar kamu paham? Boleh. Asalkan orangtua kita dan Evelyn pergi dulu dari sini."

Tangled By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang