14. Kebahagiaan Tak terduga

90 23 0
                                    

"Hidup tak melulu tentang kesedihan, terkadang akan ada bahagia setelah melalui banyak rintangan."

Praba seperti kesetanan langsung menghabisi mereka tanpa pandang bulu, urusan hukum ataupun yang lainnya tak lagi di gubris. Kala yang hanya bisa memejamkan mata melihat sang suami meluapkan emosinya. Dibantu Hardi, dengan cepat lawannya dapat dilumpuhkan. Bahkan mereka semua kini terkapar tak berdaya. Beres urusannya menghabisi keparat sialan itu, Praba langsung meraup sang istri dalam gendongannya.

"Maaf jika saya membuat kamu takut," bisiknya di telinga sang istri.

"Saya hanya takut Mas terluka," bisik Kala yang membenamkan kepala di leher Praba.

"Kamu lihat saya hanya terluka sedikit, bukan masalah."

"Terima kasih sudah datang, Mas," ucapnya lirih.

"Tidak perlu berterima kasih karena melindungi kamu itu tugas saya, maaf sudah buat kamu diposisi ini."

"Jangan bicara seperti itu."

"Iyaa, habis ini kita ke rumah sakit oke," Kala hanya membalas dengan anggukan.

Setelah memposisikan Kala dengan nyaman di mobil, Praba langsung menghampiri Hardi. Tentu saja mereka tidak mungkin meninggalkan tkp seperti ini, akan sangat mudah dilacak nantinya. Tentunya harus ada opsi lain untuk membersihkan jejak jejak mereka. Sialan memang membuat repot saja para bedebah ini. Selain menghabiskan tenaganya mereka juga harus membersihkan tkp.

"Buat seperti biasa aja, bakar aja tempat ini," ucap Praba dengan entengnya.

"Ente ini kadang-kadang sadis juga, kenapa gak biarin aja sih," timpal Hardi dengan nafas yang masih tersenggal senggal.

"Kau kira kalau ditinggal begitu aja gak tambah bahaya, makin runyam lah. Apalagi kalau udah kecium aparat kita lagi yang kena."

"Lagian ngapain sih Pra, berurusan sama mereka," tanya Hardi sebal.

"Kalau bisa udah aku lempar itu, Mas Surya ngotot buat ambil proyek ini. Udah tau ini wilayah si bedebah malah nekat ambil aja."

"Lah Mas mu gak ada backingannya tah?"

"Ada lah, tapi kau tau sendiri mereka kerjanya lama. Belum lagi kalau kerja gak pernah beres."

"Terus ini mau dibakar aja?"

"Iyaa bikin kayak kebakaran biasa, bisa kan?" tanya Praba memastikan.

Hardi hanya membalas dengan anggukan, jelas mengerti apa yang di maksud Praba. Ini bukan sekali dua kali. Hampir tiap kali mereka membantai kalau gak di buang ya dibakar. Jelas mereka tak akan mengambil resiko dengan membiarkannya, bisa runyam nantinya. Anggap saja membantu kerja para aparat. Biar mereka tak perlu bersusah payah menangkap para bedebah yang licin hukum ini.

Tanpa banyak kata mereka langsung membereskan tkp, sebisa mungkin mereka tak meninggalkan jejak sedikitpun. Setelah semuanya dirasa cukup, mereka langsung menyalakan api. Tentunya sebelum api itu berkobar lebih besar Praba dan Hardi segera meninggalkan tempat itu. Biar kebakaran itu seolah terjadi karena kecelakaan bukan karena disengaja. Kali ini memang Praba tak ingin memberikan mereka ampunan. Mengingat mereka terlebih dahulu mengusik Kala, tentunya jika dibiarkan hanya akan menjadi ancaman untuk istrinya.

Beres dengan urusannya dengan para bedebah, Praba langsung membawa ke rumah sakit. Karena rasanya tak tega melihat sang istri yang menahan sakit. Bedebah itu memang kurang ajar, tak hanya meneror mereka juga menyakiti sang istri. Praba saja tak pernah bermain tangan terhadap sang istri tapi bedebah itu benar-benar berani membuat sang istri babak belur. Jangan salahkan jika pada akhirnya mereka habis ditangannya. Menyulut Praba maka siapkan saja nyawa untuk menjadi taruhan.

Ruang BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang