21. Rumah untuk Pulang

84 12 0
                                    

"Kadang tempat pulang bukan hanya bangunan yang disebut rumah, tapi bisa berbentuk kenyaman dan rasa aman dari orang yang tak pernah kita duga hadirnya."

Memupuk hubungan agar semakin harmonis dalam liburan singkat kali ini. Mereka menjadikan liburan ini sebagai bentuk mengenal satu sama lain lebih intens. Mengingat beberapa bulan lagi mereka akan bertambah anggota baru dalam keluarga kecilnya, tentunya akan memangkas waktu mereka. Jadi sebelum mereka disibukkan saat meenjadi orang tua baru, tentunya kini mereka manfaatkan sebaik-baiknya.

Membangun kemistri agar jauh lebih intim tanpa dibuat-buat. Mengutarakan segala unek-unek dihati dengan leluasa. saling memahami satu sama lain itu yang paling penting. Selalu belajar dari kesalahan agar tidak mengulang perihal yang sama selalu mereka upayakan.  Tentunya menyusun masa depan seperti apa untuk keluarga kecilnya kelak. Nyatanya masih banyak agenda yang harus mereka bicarakan agar tetap selaras. 

"Nanti Mas mau mendidik dengan cara yang seperti apa pada anak-anak kita?" tanya Kala disela kegiatannya memandangi senja.

"Mas hanya tak ingin memaksakan kehendak pada mereka nantinya, selagi bisa akan Mas usahakan yang terbaik buat mereka," tutur Praba sembari mengusap perut sang istri yang sudah mulai membuncit.

"Kalau kita gak satu paham tentang cara mendidik mereka gimana? bukannya itu akan membuat kita akan sering berdebat."

"Perdebatan dalam rumah tangga itu memang tak bisa dihindari, tapi Mas akan menyesuaikan gimana baiknya. Mungkin di masa Mas dulu cara mendidik orang tua Mas itu ideal, tapi hal itu mungkin tidak berlaku lagi di masa depan. Tentunya kita akan lebih banyak berkompromi dan menyesuaikan."

"Kadang aku gak habis pikir kenapa setiap kali aku tanya tentang banyak hal Mas selalu bilang kita bisa mengkompromikan setiap hal. Lalu aku jadi berpikir ini Mas mengalah karena tak ada pilihan atau gimana?" tanyanya sambil memandang suami heran.

"Gak perlu heran, karena sebelum Mas bisa ditahap ini, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Mas hanya tak ingin adanya dominasi dalam hubungan kita."

"Aku pernah mengira Mas akan jadi orang yang gak mau ditentang dan gak mau dengerin omongan orang ," ujarnya pelan.

"Kalau kayak gitu yang ada tidak akan ada kebahagiaan, karena hanya akan membuat pasangan kita tertekan. Benarkan?"

"Iya juga, tekanan saat berumah tangga itu datangnya dari mana saja. Mungkin akan jadi benar kalau sang suami terlalu mendominasi."

"Maka dari itu Mas tak ingin seperti itu, Mas hanya ingin membuat hubungan ini nyaman dan kita saling terbuka satu sama lain."

"Mas tuh kayak udah siap banget berumah tangga," pujinya pada sang suami yang tengah sibuk memainkan rambutnya.

Dikecupnya puncak kepala sang istri penuh kasih, "Karena saat itu tujuan Mas hanya kamu, ketika ada jalan buat mendapatkan kamu tentunya tak akan Mas sia-siakan."

Menatap Praba lekat-lekat, "Kenapa bisa suka sama aku, padahal seingatku gaak ada hal yang menarik yang bisa disukain dari aku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang