22. Kita Hadapi Bersama

57 11 0
                                    

"Ada kalanya kita terus melangkah ke depan tanpa harus menengok kebelakang, karena tidak ada kenangan yang perlu untuk diulang."

Keadaan rumah tangga yang harmonis itu bukan datang cuma-cuma, ada banyak hal yang mereka kompromikan hingga bisa membuat mereka tak saling merasa dirugikan. Kalau ditanya kadang tuh ada yang berubah, tapi semuanya jauh lebih baik. Memang berbeda dengan saat mereka single dulu, perlu banyak penyesuaian untuk menyatukan dua kepala dengan dua kepribadian yang berbeda. Mereka tentunya tak ingin kehilangan diri mereka, namun tak memaksakan pasangan mereka untuk mengikuti gaya hidupnya.

Untuk bisa demikian tentunya kita harus sama-sama pengertian, beradaptasi juga perlu waktu. Bukan sehari dua hari untuk mereka bisa seluwes sekarang, tentunya masih banyak hal lain yang harus mereka kompromikan kembali. Tentunya Kala senang mendiskusikan ini dengan sang suami. Pria itu tak pernah membuatnya melakukan apa yang tak ingin dilakukan. Mereka mencoba saling percaya dan terbuka satu sama lain. Apapun yang menjadi beban pikiran akan selalu mereka bagi dan cari solusinya agar tak ada hal yang mengganjal di kemudian hari.

"Mas, tadi ada yang ngirim paket. Kamu pesen sesuatu?" tanya Kala pada sang suami sambil membawa paket yang dimaksud.

"Mas gak pkesan paket apa-apa padahal, bawa sini biar Mas yang buka," pinta Praba langsung membawa paket itu menjauh dari sang istri.

"Dari siapa Mas?"

"Gak ada nama pengirimnya, agak mencurigakan sih. Soalnya Mas juga gak ada pesan paket apapun," tutur Praba sambil bersiap membuka paket itu.

Benar saja isinya adalah banhgkai kucing mati, untung yang membuka paket itu Praba. Jadi bisa menghalau ketakutan itu dari sang istri. Otaknya langsung menghubungkan dengan peringatan yang disampaikan oleh Hardi beberapa waktu lalu. Rupanya benar ada yang menargetkannya untuk membuatnya celaka. 

Sialnya ini adalah hal yang berasal dari masa lalunya, siapa yang mengira jika akan ada yang mengusik hidupnya. Sejak awal hal ini tak pernah diperhitungkannya, membuatnya lupa jika akan ada orang-orang yang merasa tak senang melihatnya bahagia. Tak pernah sekalipun dia memberi harapan pada mereka, namun rupanya mereka menyalahartikan sikapnya. Kini hanya bisa menyesali, namun juga tak bisa abai karena keselamatan keluarga kecilnya akan tergadaikan.

"Kira-kira siapa ya Mas yang ngirim, tiba-tiba banget ada kayak gini," tanyanya pada sang suami dengan bingung.

"Mas juga gak tau, nanti biar Mas yang urus."

"Apa dari orang yang gak suka sama kita atau gimana? aku takut malah makin parah."

"Sepertinya dari orang yang tidak suka sama Mas, nanti biar mas sterilkan rumah. Kalau gak nanti kita pindah aja," tawar Praba.

"Gak jamin juga bakal aman kalaupun kita pindah rumah, kita apa perlu lapor aparat?"

"Kayak yang udah udah mending Mas tanganin sendiri kalau opsinya harus berurusan sama aparat. Kita akan capek di administrasi tapi kerja mereka lamban."

"Mas janji ya bakal baik-baik saja," pintanya pada Praba.

"Iya Mas janji," ucap Praba sembari menenangkan sang istri.

Menduga hal ini akan terjadi, Praba memang harus segera menindak. Sejak peringatan dari Hardi, tentu saja membuatnya merasa was-was. Meskipun itu hanya ancaman kecil tapi jika hal itu terus dibiarkan akan menjadi bencana bagi mereka. Iya kalau itu hanya menimpa dirinya sendiri, tapi jika itu menimpa sang istri dan bakal buah hatinya hanya akan menjadi sesal buatnya.

Ruang BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang