"Mereka yang terluka kadang lupa jika kesakitan itu bukan hanya milik mereka, kadang duka hanya membuat mereka buta akan sekitar."
Membiarkan sang istri bertemu dengan sahabatnya adalah keputusan yang tepat. Karena itu membuat Kala sejenak lupa akan permasalahan yang tengah menimpa mereka. Kini giliran Praba yang harus bergerak cepat untuk menuntaskan prahara yang ada di keluarga kecilnya. Ini harus benar-benar dipastikan dan dituntaskan agar tak mengganggu kehidupan keluarga kecilnya kelak. Tentu saja ini tak akan lepas dari peran Mas Surya, karena pria jauh lebih punya kuasa.
Membicarakan hal genting ini tentu saja tak bisa seleluasa biasanya, mereka masing-masing punya keluarga tentunya mendengar hal ini hanya akan memperkeruh keadaan. Bukan karena tak ingin membagi masalah, tapi penerimaan dan respon yang diberikan itu yang membuat enggan. Perempuan itu terlalu perasa dan nantinya hanya akan membuat mereka terus kepikiran hal yang tak seharusnya. Jadi Praba menemui Mas Surya di kantornya dibanding di rumahnya.
"Tumben banget ke sini gak ngabarin, biasanya pakai disuruh dulu baru mau," sahut Mas Surya.
"Ada hal yang mau ku omongin ke Mas," tutur Praba.
"Ada masalah apa?" tembaknya pada sang adik.
"Beberapa hari yang lalu ada yang kirim paket bangkai ke rumah, terus di sekitar rumah kayak ada yang ngawasin," jelasnya pada Mas Surya yang sedang menyesap rokoknya.
"Kita gak lagi ngerjain proyek yang beresiko, jelas bukan orang-orang yang biasanya.Kamu udah tahu orangnya?"
Praba menghela nafas berat, "Kalau aku tahu gak bakal ke sini. Waktu itu Hardi sempet ngingetin kalau ada orang yang mencurigakan kemungkinan dia."
"Udah dicari belum, lek belum tak hubungin iki kawanku," ucap Mas Surya.
"Aku jek menduga, belum tahu pasti. Kemungkinan sih mantanku," jelas Praba.
"Gak heran, lagian mantanmu iku akeh banget. Kayak di mana-mana ada mantanmu. Lek gini ae bingung," cerocos Mas Surya yang kepalang kesal.
Praba jelas tak bisa menyangkal sindiran dari kangmasnya, karena apa yang diucapkannya itu adalah kenyataan. Untung saja sang istri tak pernah mempermasalahkan, kalau tidak bisa runyam pastinya. Meskipun Mas Surya menceramahinya panjang lebar tapi kangmasnya itu dengan sigap turun tangan. Bukan karena dia tak mampu menanganinya sendiri, namun kini fokusnya telah bercabang. Akan sangat memakan waktu lama jika dia seorang diri.
Tak berhenti sampai disitu saja, Praba pun juga membicarakan tentang meringkus dan membereskan si pengganggu ini. Tak mungkin dibebaskan begitu saja, itu sama saja memberinya kesempatan kedua untuk mengulang perbuatannya. Jangan tanya apa hal yang dipikirkan oleh mereka berdua, tentunya bukan hal yang lumrah. Bagi mereka pantang memberi pengampunan bagi orang-orang yang mengusik keluarga mereka.
Kesalahan fatal memang jika berani mengusik keluarganya, kalau Praba mungkin kadang masih memiliki belas kasih, namun tidak dengan Surya. Pria itu sungguh berdarah dingin, apapun yang menghalangi jalannya akan dibabat. Ya bisa dibilang kejam memang. Namun, itu adalah cara mereka bertahan di dunia yang keras ini. Karena jika kita lemah maka kita akan diinjak-injak tanpa ampun. Maka menjadi kuat adalah pilihan yaang tepat.
"Kali ini kita gak boleh sampai kecolongan lagi," ucap Mas Surya.
"Aku udah memasang beberapa cctv di sudut-sudut rumah dan di sekitar rumah," terang Praba.
"Terus sekarang istrimu di rumah sendiri?"
"Enggak lah, mana aku biarin Kala sendirian. Dia lagi kumpul di rumah salah satu temennya yang mau nikah. Di sana jelas ramai."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Bersama
ChickLitApa artinya pulang jika tak pernah memiliki ruang untuk bersama. Mereka yang terbiasa diabaikan tak tahu caranya memberi sebuah perhatian. Begitu juga dengan sebuah kehampaan karena selama ini merasa selalu di buang dan diasingkan. Cara semesta memp...