"Debar gila yang tak tahu apa maknanya, bisa cinta atau hanya pertanda."
Langkahnya lagi-lagi membawanya kemari, ke toko buku milik si gadis bermata sayu. Astaga setan mana yang sedang merasukinya hingga membuatnya lagi-lagi datang ke sini. Jelas. Dirinya bukan seorang yang gemar membaca buku, bahkan jika bisa tidak usah ada yang namanya buku. Hanya saja sejak kemarin toko buku ini sepertinya sudah memasang magnet untuk menariknya datang dan datang lagi. Gadis bermata sayu itu bahkan tak berani menatapnya lebih dari tiga detik, apakah rupanya begitu menyeramkan hingga gadis itu memilih menundukkan kepala dibandingkan menatapnya?
Berlama-lama di toko ini seakan sibuk mencari buku, nyatanya dirinya hanya sibuk mengamati gadis itu. Entah mengapa dirinya suka melihat interaksi gadis itu ketika melayani pembeli. Interaksi yang dibangun membuat gadis bermata sayu itu terlihat berkali-kali lipat lebih menarik. Sesekali dirinya melirik ke arah gadis itu, entah mengapa selalu sukses membuatnya terpana. Bukan hanya cantik saja yang membuatnya tertarik, tapi gadis itu terlihat periang yang membuat kecantikan yang dimilikinya terpancar.
"Sudah ini saja Mas?" tanya gadis itu saat menerima buku yang akan dibelinya.
"Iya sudah itu aja," balasnya singkat.
"Totalnya Rp. 87000, mau tunai atau Qris?"
"Qris saja."
"Bisa langsung scan di sini ya Mas," tunjuknya pada barcode yang tersedia di meja kasir.
Praba membayar melebihi jumlah total yang diberikan oleh gadis itu. Anggap saja tip yang dia berikan pada gadis itu. Setelah menunjukkan bukti pembayaran, gadis itu langsung menyerahkan buku yang dibelinya. Tak lupa memberikan senyum kecil dan ucapan terima kasih. Astaga senyum kecil itu mampu menyihir dirinya. Sungguh penyihir kecil ini sukses membuatnya tak bisa berhenti memikirkan gadis itu, ya Kalamkari namanya. Ingatkan dirinya supaya tidak bertindak nekat jika tak ingin membuat gadis bermata sayu itu ketakutan.
Keluar dari Pusat Kata, malah bertemu si juragan coklat. Pria yang selalu kepo dengan segala urusannya itu tak mungkin melepasnya sebelum mendapatkan informasi sesuai kehendaknya. Mau mengelak seperti apapun itu hanya akan membuat jengah bukan menyerah. Sialan benar ini, kenapa harus bertemu si juragan coklat ketika habis melakukan tindakan mencurigakan. Habislah riwayatnya, siap-siap diwawancarai beberapa jam ke depan.
"Ada angin apa nih tiba-tiba rajin ngapelin toko buku, curiga jadinya," ucap Hardi sembari menukikkan alisnya.
"Gak usah banyak bacot kalau sebenarnya ngerti, gak mungkin kan gak tau."
"Beneran ngapelin yang punya toko Prab, seriusan?" tanyanya sambil tak percaya.
"Dikira bohongan apa, apa yang kau lihat ya itu yang kulakuin."
"Seriusan Prab, jangan mainin anak orang. Citramu sebagai bujang begajulan kagak cocok sama si Kalamkari si gadis pendiam."
"Kalau aku mau kau bisa apa, lagian siapa yang mau mainin anak orang. Gak tau aja kalau bakal ku seriusin."
Praba langsung mendapatkan tabokan super pedas dari Hardi, "jangan macem-macem deh, tak laporin kang mas mu loh."
"Gak usah jadi orang resek Har, ngapain ngelibatin Mas Surya. Lagian siapa yang mau mainin anak gadis orang, aku bukan kamu yang demen ngasih harapan palsu."
"Sumpah kesambet apa sih Prab, kenapa harus gadis itu sih. Kan masih banyak gadis di desa yang bisa kamu pilih."
"Kenapa kok kamu yang sewot, mau kau jadikan bini keduamu?" tampang Praba udah tidak bersahabat lagi.
"Bukan gitu, Kala itu gadis baik-baik jadi kalau kamu gak serius jangan deh kasian. Lagian ide dari mana aku mau nambah istri, ngada-ngada banget jadi orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Bersama
ЧиклитApa artinya pulang jika tak pernah memiliki ruang untuk bersama. Mereka yang terbiasa diabaikan tak tahu caranya memberi sebuah perhatian. Begitu juga dengan sebuah kehampaan karena selama ini merasa selalu di buang dan diasingkan. Cara semesta memp...