16. Rutinitas yang Berubah

84 17 0
                                    

"Biarkan masa lalu tetap menjadi cerita usang, jangan biarkan merusak tatanan masa depan."

Kalau biasanya Kala yang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, sejak pulang dari rumah sakit yang melakukan tugasnya itu Mas Praba. Hampir seluruh urusan rumah tangga dikerjakan oleh sang suami. Jangankan mengeluh pria itu tampak biasanya saja melakukan semua itu. Malah akan memarahinya jika dirinya yang melakukannya. Akan memegang sapu saja, pria itu sudah menatapinya dengan tajam.

Pokoknya apapun akan dikerjakan oleh Praba, tidak ada bantahan intinya. Sejujurnya Kala jelas merasa tidak enak, hanya sang suami lagi-lagi tidak suka dibantah. Jadinya beberapa waktu ini Kala hanya menghabiskan harinya dengan makan, tidur, dan bermain ponsel. Tentu saja dirinya bosan bukan main. Biasanya ada saja hal yang dikerjakan, namun saat ini kegiatannya kalau gak makan ya tidur. Bahkan dirinya harus meliburkan tokonya untuk sementara. Karena Mas Praba tak memberinya ijin untuk membuka tokonya dalam waktu dekat.

"Mas, biar saya aja yang masak," tawar Kala pada sang suami.

"Tidak, saya masih bisa masak buat kamu. Mending kamu istirahat aja."

"Saya bantu ya Mas," bujuknya sedikit memelas.

Praba menatap Kala lekat, " kalau saya bilang tidak, itu artinya tidak Kala. Saya tidak menerima bantahan."

"Kan saya hanya ingin bantu Mas, saya bosan seharian tidak melakukan apapun."

"Kamu bisa melakukan apapun, tapi untuk pekerjaan rumah biar saya yang kerjakan. Bukan karena saya ingin mengekang kamu, saya hanya tak ingin kamu kelelahan."

"Mas bakal ijinin saya buka toko?" tanya Kala ragu-ragu.

"Untuk saat ini saya tidak mengijinkan, lagian toko kamu kan saya renovasi," ucap Praba dengan entengnya.

"Kok Mas gak bilang kalau toko di renovasi," sahut Kala kaget.

"Awalnya saya ingin memberi kamu kejutan, namun rupanya kamu sudah bertanya tentang toko. Saat ini toko kamu masih proses renovasi, mungkin dua atau tiga bulan ke depan bisa kembali buka."

"Nanti pelanggan saya kabur semua dong kalau toko bukunya tutup."

"Bukannya waktu itu kamu bilang juga menjual buku secara online, jadi toko buku kamu tidak sepenuhnya tutup."

"Berarti boleh kan Mas, saya buka toko buku online?" tanya Kala antusias.

Praba mengangguk, "boleh, nanti kita buka di rumah. Jadi saya juga bisa bantu."

"Mas, apa gak sibuk?"

"Saya akan menyisihkan waktu, tidak akan mengganggu pekerjaan saya. Kamu tenang saja."

Kala reflek langsung memeluk suaminya. Sedangkan Praba sedikit terkejut dengan respon Kala. Namun tak ingin membuat ada kecanggungan Praba pun mendekap Kala dengan erat. Entah yang memulai siapa, mereka berdua sama-sama terlena.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang