4. Seperti Takdir yang Menyamar

136 33 0
                                    

"Mari kita bertemu di setiap kebetulan yang ada, lalu merubah sebuah kebetulan menjadi takdir yang hadir untuk kita."

Pengunjung hari ini tidak terlalu ramai, membuatnya bisa mengerjakan hal lain. Ya selain menjadi pemilik toko buku, Kala juga  seorang penulis buku cerita anak. Baginya masa kecil seorang anak adalah masa di mana dia dapat mendapatkan banyak hal, termasuk buku bacaan. Dulu dirinya hanya menulis untuk keperluan mengajar di setiap minggunya. Membantu anak-anak di luar sana yang tak merasakan bersekolah, dapat merasakan apa itu buku cerita. Hingga ada salah satu temannya yang menyarankan untuk menerbitkan kumpulan cerita yang dibuatnya. Senang rasanya bisa membantu banyak orang dan membuat anak-anak senang dengan membaca.

Ketika kecil Kala tak pernah mendapatkan kasih sayang layaknya anak-anak pada umumnya. Mustahil rasanya mendapatkan sebuah buku bacaan, ketika untuk biaya sekolah saja dulu sangatlah sulit. Hidup bersama sang nenek memang membuatnya terjamin, tapi itu hanya sampai dikata cukup. Untuk bisa merasakan hal yang sama dengan temannya Kala harus bersabar. Bersama Agni dan Dhara lah Kala bisa merasakan seperti anak-anak pada umumnya. Maka ketika kesempatan itu datang, kala tak ingin menyia-nyiakannya. Selalu bertekat selagi dirinya bisa membantu akan senantiasa meluangkan seluruh tenaga dan jiwanya. Salah satunya dengan membantu anak jalanan agar bisa membaca dan menulis.

"Ceritamu kali ini udah beres belum Kal? Udah banyak yang nungguin nih," ucap seseorang di seberang telepon.

"Wah belum beres mbak, tinggal dikit lagi sih. Emang iya tah mbak?" tanya Kala setengah tak percaya.

"Kok kayak gak percayaan banget sih, kamu gak lihat tah hasil penjualan bulan ini aja punyamu yang teratas," jelas Mbak Arum dengan penuh antusiasme.

"Gak nyangka aja sih Mbak, padahal ceritanya juga gak bagus bagus banget."

"Itu lak katamu, tapi kalau kata pembaca mu beda lagi. Lagian bagus tidaknya tulisan asal memberikan dampak positif tentu saja akan terlihat baik."

"Kirain bakal gak ada yang beli sih saya gak terlalu menaruh ekspetasi berlebih."

"Karya yang kamu hasilkan itu lebih dari bagus loh, kenapa mesti gak percaya."

"Saya menulisnya untuk hiburan saya sendiri, jadi tentu saja untuk dipublikasikan saya jelas gak percaya."

"Bahkan banyak ibu ibu muda yang terbantu dengan bacaan yang kamu bikin. Makanya dikontrak kan sama penerbit Kal."

"Seperti iseng iseng berhadiah jadinya," ujar Kala.

"Mayan Kal, royaltinya bisa buat upgrade iphone baru."

"Mbak bisa aja, kalau begitu paling minggu depan aku kirim. Lewat email biasa kan?"

"Iyaa Kal, lewat email biasa. Sekarang editor baru ya bukan mbak lagi yang pegang."

"Lah kenapa gitu mbak? Mau mutasi tah?"

"Kagak mutasi juga kali Kal, sekarang mbak megang yang romance kalau cerita anak dipegang sama Gemi editor baru. Nanti mbak bagi no HP nya."

"Oalah kirain mau mutasi ke mana gitu, oke mbak siap. Nanti kalau naskahnya udah beres aku kabarin lagi."

"Iyaa Kal, kalau bisa segera biar makin banyak royaltimu."

"Wah kalau itu sih gak nolak, aku usahain biar cepet selesainya Mbak."

"Oke Kal, kalau ada kendala apa-apa langsung kabarin aja," titah Arumi di penghujung telepon.

Kabar yang cukup membuat Kala bergembira. Dari hobinya bisa membuat banyak orang terbantu. Setidaknya ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat. Royalti yang didapatkan itu bonus baginya. Memang selama ini hasil penjualan buku sangat amat cukup untuk hidup seorang diri. Tak bisa dipungkiri jika royalti yang didapatkan bisa membuatnya lebih banyak membantu. Seperti menyediakan beberapa fasilitas bagi anak-anak jalanan dan memberi mereka alat tulis yang layak.

Ruang BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang