Matahari bersinar cerah di langit biru saat bel sekolah berbunyi,
menandakan akhir pelajaran terakhir hari itu. Anak-anak berlarian keluar dari ruang kelas, tertawa dan bercanda. Di antara mereka, Aditya lenhard yang berusia 11 tahun berjalan dengan langkah yang lebih lambat, matanya tertuju pada seorang gadis berambut panjang yang sedang mengikat tali sepatunya di dekat pintu.Namanya Davira, dan bagi Aditya, dia adalah pusat dari segala sesuatu yang indah di dunia ini. Davira bukan hanya pintar dan lucu, tetapi juga selalu baik kepada semua orang, termasuk Aditya yang sering merasa canggung di sekitar anak-anak lain.
Aditya berdiri di sana, mengumpulkan keberanian untuk menghampirinya. Dia telah menyimpan perasaan ini selama beberapa bulan, namun belum pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Hatinya berdebar kencang saat dia akhirnya melangkah maju.
"Hai, Davira," sapanya pelan, berharap suaranya tidak bergetar.
Davira mendongak dan tersenyum. "Hai, Aditya! Ada apa?"
Aditya merasa pipinya memerah. "Uh, aku hanya ingin tahu... apakah kamu suka pelajaran matematika tadi?"
Davira tertawa kecil. "Ya, aku suka. Tapi aku lebih suka seni. Kamu sendiri?"
Aditya mengangguk, meski sebenarnya dia tidak terlalu suka pelajaran matematika atau seni. "Aku juga suka seni. Apa kamu mau berkelompok denganku nanti saat pelajaran seni tiba ?"
Davira berdiri dan merapikan tas punggungnya. "Tentu, mari kita berkelompok saat pelajaran seni ya!."
Aditya terkejut dan senang pada saat yang bersamaan. "Benarkah? Terima kasih Davira!" ucap Aditya
Davira tersenyum lagi, dan saat itu, Aditya merasa dunia ini sempurna. Dia tahu ini hanya permulaan, tetapi dalam hatinya, dia berharap bisa lebih dekat dengan Davira, mengenalnya lebih dalam, dan mungkin suatu hari, mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
Saat mereka berjalan keluar bersama, Aditya menyadari bahwa kadang-kadang, langkah kecil bisa membawa perubahan besar dalam hidup seseorang. Dan mungkin, perjalanan mengenal lebih dalam teman-temannya baru saja dimulai.
***
Aditya adalah anak yang pendiam dan pemalu, sering merasa kurang percaya diri. Dia memiliki gangguan pendengaran sejak lahir. Telinga kanannya hampir tidak bisa mendengar, hanya tersisa sedikit sekali suara yang bisa ditangkap, itupun samar dan buram. Telinga kirinya, meskipun masih berfungsi, tidak sesensitif telinga orang lain. Dia harus berusaha lebih keras untuk mendengarkan dan memahami suara-suara di sekitarnya.
Di sekolah, Aditya sering kali merasa terisolasi. Dia takut anak-anak lain akan mengejeknya atau menganggapnya aneh karena keterbatasan pendengarannya. Namun, Davira berbeda. Dia selalu memperlakukan Aditya dengan ramah dan penuh pengertian, membuat Aditya merasa diterima apa adanya.
Aditya sering merasa cemas saat harus berbicara di depan kelas atau berinteraksi dengan teman-temannya. Dia khawatir mereka tidak akan mengerti apa yang dia katakan atau dia tidak akan mendengar mereka dengan jelas. Keadaan ini membuat Aditya cenderung menarik diri dan lebih memilih untuk mengamati dari kejauhan.
Namun, di balik keraguan dan ketakutannya, Aditya adalah anak yang pandai basket dan penuh rasa ingin tahu. Dia suka membaca buku dan menemukan dunia baru melalui cerita-cerita yang dibacanya, juga dia mengikuti perlombaan basket klubnya.
Ketika dia bersama Davira, Aditya merasa sedikit lebih berani. Senyuman dan sikap hangat Davira memberinya kekuatan untuk keluar dari cangkangnya. Dia berharap suatu hari bisa berbicara dengan Davira tentang perasaannya, tetapi untuk saat ini, dia puas hanya berada di dekatnya dan menikmati kebersamaan mereka.
Meskipun perjalanan untuk menemukan dirinya sendiri dan memahami dunia di sekitarnya masih panjang, Aditya merasa sedikit lebih percaya diri setiap hari. Dengan dukungan dari orang-orang seperti Davira, dia yakin bisa mengatasi tantangan dan menemukan tempatnya di dunia ini.
---
Halo semuanya, panggil aku Ader ya dan maaf kalau tulisan ku berantakan 😖, aku masih belajar.
Gimana bab 1 nya ? kasih vote nya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
Randommengeksplorasi kompleksitas dan ambiguitas dalam sifat dan kepribadian diri sendiri dan teman-teman si tokoh utama. Mengisyaratkan bahwa tidak semua orang bisa dikategorikan dengan jelas sebagai 'baik' atau 'buruk', melainkan ada banyak area abu-abu...