Chapter 14

2 1 0
                                    

Aaron yang menyadari perubahan sikap Aditya bertanya, "Dit, kamu kenapa sih? Kok kelihatan menjauh dari Davira?"

Aditya menghela napas. "Aku denger teman-teman dekat Davira ngomongin kita, Ron. Kayaknya mereka nggak suka aku dan kamu dekat dengan Davira. Aku nggak mau Davira jadi diomongin gara-gara aku."

Aaron mencoba menghibur. "Tapi, Dit, kamu nggak bisa terus-terusan menjauh dari Davira hanya karena gosip. Kalau kalian memang teman baik, kalian harus bisa atasi ini."

Aditya mengangguk. "Iya, aku tahu. Tapi aku cuma butuh waktu sebentar buat meredakan semuanya."

Davira yang merasa ada perubahan dalam sikap Aditya, merasa bingung dan sedikit kecewa. Namun, dia memutuskan untuk memberi Aditya ruang yang dia butuhkan, berharap bahwa waktu akan memperbaiki semuanya.

Meskipun mereka masih saling menyapa dan bertegur sapa, hubungan mereka tidak lagi seakrab sebelumnya. Keadaan ini membuat Aditya merasa bersalah dan rindu dengan kebersamaan yang dulu mereka.

Di suatu hari, saat bel pulang berbunyi dan murid murid keluar dari kelasnya, Aditya sedang berjalan sendiri di koridor sekolah. Teman-teman Davira yang melihatnya langsung menghampiri Aditya dengan sikap yang sedikit sarkas.

Aeri : "Hei, Aditya. Lagi jalan sendirian? Biasanya kan sama Davira."

Angel : "Iya, katanya kalian dekat banget. Kok sekarang nggak bareng terus?"

Aditya berusaha tersenyum meskipun merasa tidak nyaman. "Kita cuma teman, kok. Nggak harus bareng terus kan?"

Sarah : "Tapi kamu tahu kan kalau Davira itu populer? Jangan sampai ada yang salah paham karena kamu sering dekat-dekat."

Aeri : "Iya, kasihan juga Davira kalau sampai ada gosip yang nggak enak."

Aditya mengangguk pelan. "Aku nggak mau ada masalah. Makanya aku juga jaga jarak biar nggak ada gosip yang aneh-aneh."

Angel : "Bagus deh kalau kamu ngerti. Kita cuma nggak mau ada yang salah paham aja."

Aditya: "Aku paham."

Setelah itu, teman-teman Davira pergi meninggalkan Aditya sendirian di koridor. Meskipun percakapan tadi membuatnya merasa sedih, Aditya tahu bahwa dia harus menjaga hubungan baik dengan semua orang. Dia berharap suatu hari bisa berbicara dengan Davira dan menjelaskan semuanya tanpa ada kesalahpahaman lagi.

***

Aaron yang melihat Aditya baru saja selesai mengobrol dengan teman-teman Davira segera menghampirinya. Dia bisa melihat dari wajah Aditya bahwa percakapan tersebut tidak berjalan baik.

Aaron: "Hei, Dit. Barusan ngomongin apa sama teman-teman Davira? Kamu kelihatan nggak enak."

Aditya menghela napas dan menceritakan semuanya kepada Aaron. "Mereka bilang kalau aku harus jaga jarak sama Davira, biar nggak ada gosip aneh-aneh."

Aaron menggelengkan kepala, jelas merasa kesal. "Ah, mereka itu cuma iri aja. Kamu tahu sendiri kan, kadang orang suka ngomong tanpa tahu keadaan sebenarnya."

Aditya tersenyum tipis. "Iya, aku ngerti. Tapi tetap aja, nggak enak rasanya."

Aaron yang gemas berkata. "Kamu terlalu baik, Dit. Tapi kamu juga harus mikir, apa Davira juga setuju sama mereka? Jangan-jangan dia malah ngerasa kehilangan teman baik."

Aditya tersenyum tipis. "Mungkin kamu benar. Aku cuma butuh waktu buat mikirin semua ini. Aku nggak mau gegabah."

Aaron menepuk bahu Aditya. "Jangan dipikirin terlalu dalam. Kita tahu siapa teman sejati, dan siapa yang cuma bisa ngomong di belakang. Ngomong-ngomong, aku baru dapat kabar kalau kantin punya menu baru. Katanya mie goreng spesialnya enak banget! Gimana kalau kita coba, mumpung masih buka kantinya, biar pikiranmu segar lagi?"

Aditya tertawa kecil. "Oke, sepertinya ide yang bagus. Ayo kita coba."

Aaron menambahkan dengan bercanda, "Siapa tahu kita bisa nemu rahasia lain di kantin. Mungkin ada 'mie goreng anti-gosip' yang bisa bikin suasana jadi lebih adem."

Aditya tertawa lebih lepas. "Kamu ini ada-ada saja. Ayo, kita coba."

Mereka berdua pun berjalan menuju kantin dengan suasana hati yang lebih ringan. Aaron tahu bagaimana cara membuat Aditya merasa lebih baik, dan Aditya bersyukur memiliki sahabat yang selalu mendukungnya dalam segala situasi.

Sambil menikmati mie goreng spesial di kantin, Aaron memandang Aditya dengan rasa ingin tahu.

Aaron: "Jadi, Dit, apa rencanamu selanjutnya soal masalah ini dengan Davira? Kamu nggak bisa terus-terusan menghindar."

Aditya meletakkan sumpitnya sejenak dan berpikir. "Aku belum tahu, Ron. Aku nggak mau Davira terlibat dalam gosip dan masalah ini. Tapi di sisi lain, aku juga nggak mau pertemanan kita rusak karena kesalahpahaman."

Aaron mengangguk, menunjukkan bahwa dia mengerti dilema Aditya. "Kamu harus bicarakan ini baik-baik dengan Davira. Kalau ada yang perlu dijelasin, lebih baik dijelasin langsung. Mungkin Davira juga merasa bingung dengan situasimu sekarang."

Aditya tersenyum tipis. "Iya, kamu benar. Mungkin aku harus cari waktu yang tepat untuk bicara sama Davira. Aku nggak mau ada jarak yang makin jauh antara kita."

Aaron: "Betul, jangan sampai kesalahpahaman ini bikin kamu tambah tertekan. Lagipula, kalau teman-temannya Davira tahu keadaan yang sebenarnya, mereka pasti juga bisa lebih mengerti."

Aditya mengangguk. "Terima kasih, Aaron. Kamu selalu ngasih saran yang baik. Aku akan coba bicara sama Davira."

Aaron tersenyum lebar. "Sama-sama, Dit. Itulah gunanya teman. Lagipula, kalau ada yang butuh dibela, aku pasti ada di belakangmu."

Mereka berdua melanjutkan makan dengan suasana hati yang lebih baik. Aditya merasa sedikit lega setelah berbicara dengan Aaron, dan dia mulai memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah dengan Davira tanpa memperkeruh keadaan.























Shades Of GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang