Chapter 17

2 1 0
                                    

Seusai mandi, mereka berdua berjalan menuju saung penyimpanan tas murid-murid, yang berada sedikit jauh dari kolam. Di sana, mereka mulai merapikan barang-barang mereka sebelum pulang.

Aaron, yang memang selalu tergesa-gesa, dengan cepat merapikan tasnya. "Dit, aku duluan, ya! Aku ada janji nih di rumah."

Aditya hanya mengangguk sambil terus merapikan isi tasnya. "Oke, Ron. Hati-hati di jalan!"

Aaron langsung berlari keluar saung, meninggalkan Aditya yang masih sibuk memastikan semua barangnya sudah tersusun rapi. Saat Aditya sedang merapikan buku-bukunya, pandangannya tertuju pada sebuah benda yang terselip di antara tas-tas lain di sudut saung. Sebuah jaket berwarna pink.

Aditya mengangkat jaket itu, dan segera mengenalinya. "Ini kan jaketnya Davira..."

Dia menatap sekeliling saung yang kini sepi. Sadar bahwa Davira sudah pulang, Aditya merasa sedikit bimbang. Dia tahu betapa pentingnya jaket itu bagi Davira, sering melihatnya memakainya di hari-hari dingin atau hujan.

Aditya berpikir sejenak. Mungkin Davira tidak menyadari bahwa jaketnya tertinggal, dan kalau tidak segera dikembalikan, bisa jadi besok dia mencarinya. Namun, mengingat pertemanan mereka yang sedang sedikit renggang karena kesalahpahaman, Aditya ragu untuk langsung menghubungi Davira.

Dengan perasaan campur aduk, Aditya akhirnya memasukkan jaket pink itu ke dalam tasnya dengan hati-hati. "Besok aku kasih ke dia," gumamnya pada diri sendiri, mencoba menenangkan pikiran.

Setelah semuanya rapi, Aditya menutup tasnya dan memutuskan untuk segera pulang. Di perjalanan, pikirannya masih terus melayang ke Davira dan jaket pink itu, mencoba mencari cara terbaik untuk mengembalikannya tanpa menimbulkan kesalahpahaman lebih lanjut.

Setelah tiba di rumah, Aditya merasa gelisah. Dia langsung melemparkan tasnya ke atas tempat tidur dan mengeluarkan ponsel. Tanpa berpikir panjang, dia menelepon Aaron untuk berkonsultasi tentang apa yang harus dilakukan dengan jaket Davira yang sekarang ada di tangannya.

Aditya: (sambil menunggu panggilan diangkat) "Ayo, angkat, Ron... angkat..."

Setelah beberapa detik, Aaron akhirnya mengangkat telepon.

Aaron: "Halo, Dit! Ada apa? Baru aja kita pisah udah kangen, nih?"

Aditya: (tertawa kecil dengan lelucon Aaron) "Dasar, bisa aja kamu Ron, ngomong ngomong aku punya masalah, nih."

Aaron: (terdengar khawatir) "Masalah? Seriusan? Ada apa? Santai dulu, ceritain pelan-pelan."

Aditya: "Aku nemuin jaket Davira di saung tadi, waktu kamu udah pulang. Aku nggak tahu gimana caranya bilang ke dia kalau jaketnya ada di aku. Takutnya malah jadi tambah salah paham."

Aaron: (terdengar berpikir sejenak) "Hmm... jadi kamu bawa pulang jaketnya? Udah bener sih, daripada dibiarkan ketinggalan. Tapi masalahnya, ya itu, Davira pasti mikir apa kalau tau kamu simpan jaketnya."

Aditya: "Iya, makanya. Aku bingung harus gimana. Kalau aku kasih besok di sekolah, takutnya dia malah makin jaga jarak. Tapi kalau nggak bilang sekarang, besok dia bisa marah."

Aaron: (berusaha menenangkan) "Tenang, Dit. Menurut aku, mungkin yang paling baik kamu kirim pesan atau memberi jaketnya besok dan bilang secara langsung. Kasih tahu aja dengan jujur kalau jaketnya ketinggalan dan kamu bawa pulang buat dikasih balik besok. Jangan lupa bilang maaf juga kalau bawa tanpa izin. Biar dia tau kalau kamu nggak punya niat buruk."

Aditya: (ragu-ragu) "Tapi... kalau dia nggak balas pesannya gimana?"

Aaron: "Yah, minimal kamu udah coba, Dit. Kalau dia nggak respon, ya besok kamu bawa aja ke sekolah dan kasih langsung. Sambil minta maaf lagi. Siapa tau dia malah seneng kamu perhatian."

Aditya: (menghela napas) "Ya... mungkin kamu bener. Aku coba kirim pesan deh, sekarang."

Aaron: "Itu dia! Nggak usah terlalu dipikirin, Dit. Yang penting kamu udah lakuin hal yang bener. Dan siapa tau, ini malah bisa bikin hubungan kalian jadi baik lagi."

Aditya: (tersenyum sedikit) "Makasih, Ron. Kamu emang yang paling bisa diandalkan."

Aaron: (tertawa) "Selalu siap untuk kamu, bro. Good luck ya! Kalau ada apa-apa, langsung kabarin aku."

Aditya: "Oke, nanti aku kabarin. Makasih, Ron."

Setelah menutup telepon, Aditya duduk sejenak, memandangi jaket pink di tangannya. Dia tahu Aaron benar, dan dia harus berani untuk menyelesaikan masalah ini. Dengan tekad yang lebih kuat, Aditya pun mulai mengetik pesan kepada Davira.

Aditya akhirnya menatap pesan yang sudah diketiknya, merasa dilema apakah akan mengirimnya atau tidak. Meskipun ia tahu pesan itu bisa menyelesaikan masalah dengan cepat, ada sesuatu dalam dirinya yang menahan.

Dia berpikir sejenak, memikirkan situasi dan bagaimana Davira mungkin merespons. Setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan, Aditya memutuskan untuk tidak mengirim pesan tersebut. Rasanya ada yang kurang jika hanya melalui teks. Dia ingin membuat ini lebih berarti dan tulus.

Akhirnya, Aditya menghapus pesan itu dan menyimpan ponselnya. Keputusan yang diambilnya adalah untuk memberikan jaket tersebut secara langsung ke Davira keesokan harinya, dengan sedikit kejutan. Dia yakin, dengan cara ini, dia bisa menunjukkan niat baiknya dan semoga bisa memperbaiki hubungan mereka yang sempat meregang.

Shades Of GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang