Sore itu, Aditya, Aaron, dan Davira menuju perpustakaan sekolah untuk mulai belajar matematika. Mereka sepakat bertemu di sana setelah jam pulang sekolah. Saat memasuki perpustakaan, Aditya dan Aaron terlihat saling bertukar pandang, sambil menyembunyikan sesuatu di dalam tas mereka.
Aaron: "Dit, sudah siap dengan ‘bekal’ rahasia kita?"
Aditya tersenyum lebar. "Tentu saja, Ron. Belajar harus sambil ngemil, biar otak kita bisa berpikir lebih baik."
Mereka masuk ke perpustakaan dengan hati-hati, mencari tempat duduk yang agak tersembunyi dari pandangan penjaga perpustakaan. Setelah menemukan tempat yang cocok, mereka duduk dan segera mengeluarkan buku-buku matematika mereka.
Davira: "Oke, mari kita mulai dari materi yang kita pelajari tadi pagi. Ada yang ingin ditanyakan?"
Aditya: "Hmm, sebentar Davira. Boleh kita istirahat sebentar? Aku punya sedikit kejutan."
Davira melihat mereka dengan penasaran. "Kejutan apa, Dit?"
Aaron mengeluarkan beberapa bungkus cemilan dari dalam tasnya. "Ini dia! Kita bawa cemilan biar belajar kita lebih semangat."
Davira tersenyum, lalu berbisik, "Kalian tahu kalau kita tidak boleh makan di perpustakaan, kan?"
Aditya mengangguk. "Tahu, tapi kita juga butuh tenaga. Kita makan saja pelan-pelan, tidak akan ada yang tahu."
Mereka membuka bungkus cemilan dan mulai menikmati dengan hati-hati, memastikan tidak membuat suara terlalu keras.
Davira: "Kalian ini memang pintar mencari kesempatan, ya."
Aaron tersenyum lebar. "Ini namanya multitasking, Davira. Sambil belajar, sambil ngemil."
Aditya: "Iya, Davira. Kalau otak kenyang, kita pasti bisa belajar lebih baik."
Davira akhirnya ikut mengambil cemilan yang ditawarkan. "Baiklah, tapi kita tetap harus fokus belajar, ya. Besok ulangan lagi."
Aditya dan Aaron mengangguk sambil melanjutkan makan cemilan mereka. Suasana belajar pun menjadi lebih santai dan menyenangkan. Meski mereka menyelundupkan cemilan, semangat belajar mereka tidak berkurang, malah semakin bertambah karena suasana yang lebih rileks.
Aaron: "Oke, setelah ini kita serius, ya. Kita pasti bisa dapat nilai yang lebih baik."
Aditya: "Setuju. Terima kasih sudah membantu kami, Davira."
Davira: "Sama-sama. Mari kita selesaikan materi ini, biar besok kita siap menghadapi ulangan."
Mereka melanjutkan belajar dengan lebih giat, sambil sesekali menikmati cemilan mereka. Dukungan dan semangat dari Davira membuat Aditya dan Aaron merasa lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan akademik.
***
Ketika mereka sedang asyik belajar, waktu tak terasa telah menjelang malam. Mereka pun bergegas memasukkan buku-buku ke dalam tas dan bersiap untuk pulang. Namun, saat sedang membereskan meja, penjaga perpustakaan tiba-tiba mendekat dan memeriksa meja mereka.
Penjaga Perpustakaan: "Apa ini? Siapa yang makan cemilan di sini?"
Aditya dan Aaron saling pandang dengan wajah bersalah. Aaron mencoba menjelaskan, "Maaf, Pak. Kami hanya sedikit ngemil sambil belajar."
Penjaga Perpustakaan menggelengkan kepala. "Kalian tahu aturan perpustakaan. Tidak boleh makan di sini. Kalian harus membantu membersihkan perpustakaan sebagai hukuman."
Aditya: "Baik, Pak. Kami minta maaf."
Davira menatap mereka dengan senyum geli. "Wah, kalian kena hukuman. Aku duluan, ya. Sampai ketemu besok!"
Aaron: "Ya ampun, Davira. Kita malah ditinggal."
Davira tertawa kecil sambil melambaikan tangan. "Semangat, ya! Jangan sampai ada yang ketinggalan dibersihkan."
Setelah Davira pergi, Aditya dan Aaron mulai membersihkan perpustakaan dengan rasa penyesalan, tapi mereka mencoba mengambil sisi positif dari kejadian itu.
Aditya: "Yah, Ron, lain kali kita harus lebih hati-hati."
Aaron: "Benar, Dit. Tapi setidaknya kita belajar banyak hari ini, dan belajarnya juga asyik."
Aditya: "Iya, setuju. Dan cemilannya juga enak."
Mereka berdua tertawa kecil sambil melanjutkan tugas mereka membersihkan perpustakaan. Meski sedikit menyesal, mereka tetap merasa hari ini adalah pengalaman yang berharga, belajar bersama teman-teman dan menikmati momen kebersamaan.
Saat Aditya dan Aaron sedang membersihkan perpustakaan, Aaron memutuskan untuk mengangkat suasana dengan sedikit bercanda dan gosip.
Aaron: "Kamu tahu nggak, Dit? Aku dengar-dengar Davira sebenarnya pintar banget di kelas, tapi dia sering rendah hati."
Aditya mengangguk sambil mengelap rak buku. "Iya, aku juga perhatiin. Dia suka bantu teman-teman yang kesulitan, termasuk kita."
Aaron menatap Aditya dengan senyum jahil. "Kalau begitu, gimana kalau dia memang sengaja mendekat ke kamu karena dia tahu kamu punya potensi besar? Dia bisa lihat kamu sebenarnya jago di bidang olahraga dan selalu rajin belajar."
Aditya tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aduh, Ron, gosipmu makin kreatif aja. Davira memang baik sama semua orang, bukan cuma sama aku."
Aaron: "Tapi nggak semua orang dapat tawaran bantuan belajar matematika langsung dari Davira. Mungkin dia lihat sesuatu yang spesial di kamu."
Aditya tertawa kecil sambil melanjutkan membersihkan meja. "Kamu ini memang selalu ada-ada aja. Tapi, terima kasih udah bikin aku lebih semangat."
Aaron menepuk bahu Aditya. "Ya, siapa tahu kan, Dit? Yang penting, kita punya teman seperti Davira yang mau bantu kita."
Aditya: "Betul banget, Ron. Dan kita juga harus terus belajar dan jadi teman yang baik."
Aaron: "Setuju, Dit. Kalau kita kompak dan saling bantu, pasti kita semua bisa sukses."
Aditya berpikir sejenak, kemudian tersenyum. "Iya, tapi kita lihat saja nanti, yang penting sekarang fokus bersihin ini semua dulu."
Aaron mengangguk. "Setuju. Kalau kita selesai lebih cepat, bisa pulang dan siap-siap buat belajar lagi."
Aditya dan Aaron melanjutkan tugas mereka sambil terus bercanda dan menggoda satu sama lain. Meskipun sedang mendapat hukuman, suasana tetap ceria berkat keisengan Aaron dan sikap santai Aditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
Randommengeksplorasi kompleksitas dan ambiguitas dalam sifat dan kepribadian diri sendiri dan teman-teman si tokoh utama. Mengisyaratkan bahwa tidak semua orang bisa dikategorikan dengan jelas sebagai 'baik' atau 'buruk', melainkan ada banyak area abu-abu...