Aditya merasakan dadanya sesak, seolah-olah semua usahanya sia-sia. Dia tidak bisa lagi menahan rasa panik dan sedih yang melanda. Wajah Davira yang marah tadi terus terbayang di benaknya, membuatnya merasa seakan dunia runtuh di hadapannya.
Aaron, yang dari kejauhan melihat kejadian itu, segera menghampiri Aditya. Wajah Aaron pun tak kalah cemas setelah melihat ekspresi dingin dari Davira. Mereka berdua berdiri di koridor, mencoba mencari jawaban di tengah kebingungan.
Aaron: (dengan nada khawatir) "Adit, apa yang sebenarnya terjadi? Kok bisa Davira punya jaketnya?"
Aditya hanya bisa menggelengkan kepala, masih terpaku pada kejadian barusan. Dia tidak tahu harus berkata apa. Namun, sejenak dia teringat akan sesuatu, ucapan Rega saat istirahat pertama. Sebuah firasat buruk mulai merayap di pikirannya.
Aditya: (pelan, sambil mengingat) "Aaron, tadi pas istirahat pertama, aku ketemu Rega. Dia sempat bilang sesuatu... tapi aku nggak terlalu memperhatikan. Kayaknya dia bilang soal... Davira?"
Aaron langsung paham ke mana arah pikiran Aditya, dan kekhawatiran mereka makin menjadi.
Aaron: (mengetatkan rahang) "Rega... Bisa jadi dia yang bikin masalah ini, Adit. Tapi gimana dia bisa ambil jaket dari tasmu?"
Aditya mulai mengingat lebih detail, mencoba menyusun potongan-potongan yang tercecer. Rega memang terlihat mencurigakan dan mungkin dia sudah merencanakan sesuatu sejak awal. Pikiran Aditya semakin kacau, apalagi dengan perasaan bersalah dan kecewa yang kini semakin membebani.
Aditya: (menghela napas panjang) "Aku nggak tahu, Ron. Tapi rasanya... nggak ada harapan lagi. Davira pasti berpikir aku yang macam-macam sama dia."
Aaron menepuk bahu Aditya, mencoba memberinya kekuatan. Meski situasinya rumit, Aaron tahu Aditya butuh dukungan sekarang.
Aaron: "Kita nggak bisa biarin ini gini aja, Adit. Kita harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku yakin ini ada hubungannya sama Rega. Dan kalau dia beneran yang ngelakuin ini, kita harus hadapi dia."
Aditya mencoba menenangkan dirinya, meski hatinya masih kacau. Dia tahu, jika memang Rega yang ada di balik semua ini, mereka harus menyelesaikannya. Tapi bagaimana caranya? Aditya pun mulai merencanakan langkah selanjutnya, meski masih dibayangi ketidakpastian.
Saat pelajaran terakhir sedang berlangsung, Aditya berusaha keras untuk fokus pada materi yang sedang diajarkan. Namun, pikirannya terus berkelana, mencoba mencerna semua kejadian yang terjadi hari ini. Ia memutar ulang setiap momen dalam benaknya, mulai dari pertemuannya dengan Rega di lapangan hingga kejadian jaket yang tiba-tiba ada di tangan Davira.
Aditya merasa ada sesuatu yang ganjil, sesuatu yang dia lewatkan saat Rega berbicara dengannya di lapangan. Kata-kata Rega mulai terngiang kembali di pikirannya. Ia ingat bagaimana nada bicara Rega terdengar aneh, seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Aditya ingat, Rega sempat mengatakan sesuatu tentang "hati-hati" dan "Davira", tetapi dia tidak terlalu memikirkannya saat itu karena fokusnya masih tertuju pada jaket dan rencananya untuk memberi kejutan pada Davira.
Namun, sekarang semuanya mulai masuk akal. Aditya baru menyadari bahwa ucapan Rega itu mungkin bukan sekadar peringatan. Mungkin itu adalah petunjuk bahwa Rega telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Aditya mulai merasa marah, terutama karena Rega telah mencampuri urusan pribadinya dan membuatnya terlihat buruk di mata Davira.
Pikiran ini semakin menguatkan kecurigaannya bahwa Rega-lah yang mengambil jaket dari tasnya dan memberikannya kepada Davira dengan cara yang salah, atau bahkan mungkin mengatakan sesuatu yang membuat Davira marah. Aditya mulai memahami bahwa ini bukan kebetulan belaka; ini adalah rencana Rega untuk membuatnya bermasalah.
Aditya mengepalkan tangan di bawah meja, merasa campuran antara amarah dan kekecewaan. Ia tahu bahwa ia harus menghadapinya dengan kepala dingin. Saat pelajaran hampir berakhir, Aditya memutuskan bahwa dia akan mencari Rega setelah sekolah usai. Dia perlu mendapatkan jawaban, dan jika perlu, ia akan mengonfrontasi Rega untuk mendapatkan penjelasan yang sebenarnya.
Di satu sisi, Aditya juga tahu bahwa ini akan menjadi momen penting baginya untuk membuktikan bahwa dia tidak seburuk yang Davira pikirkan, dan dia tidak akan membiarkan salah paham ini berlanjut lebih lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
Randommengeksplorasi kompleksitas dan ambiguitas dalam sifat dan kepribadian diri sendiri dan teman-teman si tokoh utama. Mengisyaratkan bahwa tidak semua orang bisa dikategorikan dengan jelas sebagai 'baik' atau 'buruk', melainkan ada banyak area abu-abu...