Chapter 15

2 1 0
                                    

Hari itu, suasana sekolah terasa berbeda. Ujian praktik renang yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Para siswa terlihat bersemangat, terutama Aaron yang tak henti-hentinya berbicara tentang rencananya untuk mencetak rekor waktu tercepat.

Aaron: "Dit, kali ini aku bakal tunjukin gaya bebas terbaikku! Kamu harus lihat nanti. Aku yakin bisa bikin guru olahraga terkagum-kagum."

Aditya tersenyum tipis, meskipun pikirannya sedang tidak sepenuhnya ada di sana. "Pasti keren, Ron. Aku akan nonton dari pinggir kolam."

Namun, meski Aaron terus berbicara dengan antusias, Aditya malah memikirkan hal lain. Pikirannya dipenuhi oleh cara terbaik untuk menjelaskan situasi kepada Davira dan meminta maaf atas sikapnya yang menjauh akhir-akhir ini. Dia merasa bersalah karena telah membuat Davira bingung dan tidak nyaman, tapi dia juga tidak tahu bagaimana harus memulai pembicaraan itu.

Aditya menghela napas pelan, sambil mengoceh tanpa sadar kepada Aaron. "Gimana ya, Ron... gimana caranya aku bisa bicara sama Davira dan minta maaf? Aku nggak mau dia salah paham lagi."

Aaron, yang menyadari Aditya sedang tidak fokus, berhenti sejenak dan menepuk pundaknya. "Tenang, Dit. Kita selesaikan ujian ini dulu, lalu nanti setelahnya kita cari waktu yang tepat buat kamu bicara sama Davira. Mungkin setelah ujian renang ini, kamu bisa ajak dia bicara. Yang penting kamu harus jujur dan sampaikan apa yang kamu rasakan."

Aditya mengangguk, merasa sedikit lebih lega. "Iya, kamu benar. Aku harus bicara sama dia. Nggak bisa terus-terusan kayak gini."

Aaron tersenyum, lalu kembali ke semangatnya yang membara untuk ujian renang. "Oke, fokus dulu ke ujian renangnya. Setelah itu, kita urus masalah yang lain. Ayo, kita tunjukin kemampuan kita hari ini!"

Aditya pun mencoba menenangkan pikirannya dan fokus pada ujian renang yang sebentar lagi dimulai. Dia tahu bahwa setelah ini, dia harus mengumpulkan keberanian untuk bicara dengan Davira dan menyelesaikan masalah yang mengganggu pikirannya.

***

Sambil berdiri di tepi kolam renang, menonton teman-teman mereka yang sedang menjalani tes renang, Aaron dan Aditya mengobrol ringan untuk mengisi waktu. Mereka sudah berbaris menunggu giliran, dan Aaron, seperti biasa, tidak pernah kehabisan topik pembicaraan.

Aaron: "Dit, kamu pernah nggak kepikiran soal mesin waktu?"

Aditya menoleh dengan alis terangkat. "Mesin waktu? Maksudmu kayak di film-film itu?"

Aaron mengangguk antusias. "Iya! Bayangin aja kalau kita bisa balik ke masa lalu atau pergi ke masa depan. Seru banget, kan?"

Aditya tersenyum, tertarik dengan topik yang diangkat Aaron. "Seru sih, tapi juga agak ngeri. Misalnya, kalau kita balik ke masa lalu dan ngerubah sesuatu, bisa-bisa masa depan kita juga berubah."

Aaron: "Iya, itu yang bikin seru! Ada teori namanya ‘efek kupu-kupu,’ katanya kalau kita ngerubah hal kecil di masa lalu, bisa bikin perubahan besar di masa depan. Jadi, kalau aku balik ke masa lalu dan makan permen di waktu yang berbeda, mungkin aja besok kita nggak lagi nungguin giliran renang, tapi malah nungguin giliran main layangan."

Aditya tertawa. "Kalau gitu, aku mungkin bakal balik ke masa lalu dan ngerjain ulangan matematika dengan benar, biar nggak dapat nilai nol."

Aaron ikut tertawa. "Kalau aku, aku bakal balik ke waktu kita pertama kali kenal, dan pastiin kita langsung jadi sahabat dari hari pertama. Biar nggak buang-buang waktu buat kenalan."

Aditya tersenyum hangat. "Itu ide yang bagus, Ron. Tapi gimana kalau kita ke masa depan? Kamu pengen lihat apa?"

Aaron berpikir sejenak, lalu menjawab dengan mata berbinar. "Aku pengen tahu, kita bakal jadi apa nanti. Mungkin aku jadi atlet renang terkenal, dan kamu jadi ilmuwan yang menemukan mesin waktu beneran!"

Aditya menggeleng sambil tertawa. "Ilmuwan? Aku malah lebih suka jadi penulis buku tentang teori konspirasi mesin waktu. Mungkin buku pertamaku bakal tentang konspirasi bahwa setiap kali kita tidur, sebenarnya kita melakukan perjalanan waktu kecil-kecilan."

Aaron menatap Aditya dengan rasa kagum yang pura-pura. "Wah, ide brilian! Nanti aku yang bikin versi filmnya."

Mereka berdua tertawa, merasa obrolan ini membuat mereka lupa sejenak tentang ujian renang dan segala kekhawatiran lainnya. Aditya merasa bersyukur punya teman seperti Aaron yang selalu bisa membuatnya merasa lebih baik, bahkan dengan obrolan ringan dan sedikit aneh seperti ini.

Saat giliran Aaron tiba untuk menjalani tes renang, Aditya menepuk bahunya sebagai tanda dukungan. Aaron tersenyum penuh percaya diri, lalu segera melangkah ke tepi kolam.

Aaron: "Oke, Dit, siap-siap lihat aksi terbaikku!"

Aditya mengangguk dengan semangat. "Ayo, Ron! Tunjukkan pada mereka apa yang bisa kamu lakukan!"

Aaron mengambil posisi di tepi kolam, menunggu aba-aba dari guru olahraga. Begitu diberi isyarat, dia melompat ke dalam air dengan lompatan yang kuat, langsung memulai gaya bebasnya dengan gerakan yang halus dan cepat. Gerakan tangan dan kakinya terlihat sangat teratur, menghempaskan air dengan tenaga namun tetap efisien.

Murid-murid lain yang sedang menonton pun mulai heboh, terkesan dengan kemampuan Aaron yang terlihat seperti perenang profesional. Beberapa di antaranya bersorak dan bertepuk tangan saat melihat betapa cepat dan lincahnya Aaron di dalam air.

Aditya memperhatikan dengan antusias dari tepi kolam, tak henti-hentinya tersenyum. Aaron benar-benar menepati janjinya untuk menunjukkan gaya bebas terbaiknya. Ketika akhirnya Aaron mencapai ujung kolam dan menyelesaikan tesnya, ia keluar dari air dengan napas sedikit terengah, tapi wajahnya penuh dengan kebanggaan.

Aditya segera mengangkat jempolnya tinggi-tinggi, memberikan semangat pada Aaron. "Keren banget, Ron! Kamu luar biasa!"

Aaron, yang masih basah kuyup, tertawa kecil dan memberikan lambaian tangan kemenangan kepada teman-temannya yang bersorak. "Terima kasih, Dit! Aku cuma ngebayangin lagi ada di kejuaraan dunia, jadi ya harus total!"

Aditya mengangguk dengan kagum. "Kalau kayak gini terus, suatu hari nanti kamu bisa beneran masuk ke kejuaraan dunia, Ron."

Aaron tersenyum lebar, merasa puas dengan penampilannya. Momen itu bukan hanya menunjukkan kemampuan Aaron dalam berenang, tetapi juga mengingatkan mereka berdua akan betapa pentingnya mendukung dan saling menginspirasi satu sama lain.

Shades Of GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang