Aditya dan Aaron, setelah mendengarkan pengakuan Rega, memutuskan untuk menggunakan strategi lain untuk mengatasi situasi. Mereka berdua sepakat untuk memancing Rega agar mengungkapkan lebih banyak tentang niat jahatnya.
Aditya: (dengan tegas) "Rega, kalau kamu terus-terusan kayak gini, kami akan laporkan semua ini ke wali kelas. Kamu pikir kita berdua tidak tau apa yang sedang kamu sembunyikan selama ini, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan."
Aaron: (menambahkan) "Dan jangan kira kamu bisa lolos begitu saja. Kami akan memastikan semuanya terungkap."
Mendengar ancaman tersebut, ekspresi Rega berubah menjadi marah. Tanpa banyak bicara, Rega melayangkan pukulan ke arah Aditya. Aditya terkejut, tetapi segera membalas pukulan tersebut dengan cepat.
Aditya: (marah) "Kamu nggak bisa terus-terusan kayak gini, Rega!"
Pertikaian mulai terjadi, dengan Aditya dan Rega saling bertukar pukulan. Aaron berusaha untuk mencegah agar pertikaian ini tidak semakin parah, tetapi situasinya sudah sulit dikendalikan. Beberapa teman Rega juga mulai mendekat, menambah ketegangan di tempat tersebut.
Aaron: (teriak) "Ayo, cukup! Jangan biarkan semuanya semakin kacau!"
Namun, Rega tetap melawan dengan agresif. Aditya berusaha untuk tidak kalah dan terus mempertahankan diri. Akhirnya, beberapa guru dan petugas keamanan sekolah datang untuk melerai pertikaian tersebut.
Guru: (dengan tegas) "Apa yang terjadi di sini? Semua segera berhenti dan mundur!"
Dengan kehadiran guru, pertikaian pun mereda. Rega dan Aditya terpaksa berhenti dan memisahkan diri, sementara Aaron membantu Aditya untuk tenang. Guru-guru mulai menanyakan apa yang terjadi dan memanggil pihak-pihak yang terlibat untuk dibawa ke ruang guru.
Guru: "Saya akan mengatur pertemuan untuk membahas masalah ini lebih lanjut. Untuk sementara, semua pihak harus mengikuti prosedur dan tidak melakukan tindakan lebih lanjut."
Aditya dan Aaron, meskipun kelelahan dan marah, tahu bahwa langkah selanjutnya adalah menghadapi situasi ini dengan cara yang benar melalui pertemuan dengan pihak sekolah.
Setelah keluar dari ruang guru dan melangkah menuju gerbang sekolah, Aditya dan Aaron merasakan beban hukuman yang harus mereka jalani. Ketika mereka melewati gerbang sekolah, Rega mendekati mereka dengan ekspresi yang campur aduk—sebagian marah, sebagian sinis.
Rega: (dengan nada sarkastik) "Wah, hebat juga kalian. Akhirnya mendapatkan hukuman tambahan, ya? Selamat, kalian sudah bikin semuanya makin rumit."
Aditya: (dengan dingin) "Kalau kamu merasa puas dengan ini, silakan saja."
Rega: (menyeringai) "Oh, aku juga mau minta maaf. Maaf kalau harus bikin kalian susah. Tapi, jujur, aku senang bisa lihat kalian dapat bagian dari hukuman."
Aditya dan Aaron saling melirik, merasa marah dengan sikap Rega, tetapi juga sadar bahwa ini adalah bagian dari situasi yang harus mereka hadapi.
Aaron: (menambahkan dengan nada menekan) "Terima kasih atas permintaan maafnya, Rega. Tapi lebih baik kamu mulai berubah sebelum masalah ini makin parah."
Rega hanya mengangguk dan melanjutkan langkahnya, meninggalkan Aditya dan Aaron di depan gerbang sekolah. Meskipun mereka merasa kesal, mereka tahu bahwa perasaan mereka sekarang harus ditangani dengan hati-hati.
Aditya: (berbicara kepada Aaron) "Kita harus tetap fokus dan selesaikan semua ini. Semoga setelah hukuman ini, kita bisa memperbaiki semuanya."
Aaron: "Setuju. Kita hadapi ini dengan baik dan pastikan tidak ada lagi masalah ke depan."
Dengan tekad yang baru, mereka melanjutkan langkah mereka menuju rumah, siap menghadapi tantangan yang ada di depan dan berharap bisa menyelesaikan semua masalah dengan cara yang benar.
Sesampai di rumah, Aditya baru saja memasuki ruang tamu ketika ibunya, yang sudah menunggu, langsung menghampirinya dengan wajah khawatir.
Ibu Aditya: "Aditya, ibu sudah dengar dari sekolah. Bisa ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu terlibat dalam perkelahian itu?"
Aditya: (menunduk, mencoba menenangkan dirinya) "Ibu, itu bukan perkelahian yang aku cari. Rega yang memulai semuanya. Aku cuma mencoba menyelesaikan masalah dan melaporkan tindakan yang dia lakukan."
Ibu Aditya: (dengan nada khawatir) "Jadi, apa yang terjadi? Kenapa sampai harus terlibat seperti ini?"
Aditya: "Aku sudah berusaha menjelaskan segalanya ke Bu Rina dan para guru. Rega yang mencuri jaket Davira dan membuat masalah. Aku dan Aaron hanya berusaha untuk melaporkan apa yang sudah dia lakukan dan memperbaiki situasi. Tapi, Rega malah menyerang aku."
Ibu Aditya: "Ibu paham. Tapi kenapa tidak bilang lebih awal? Kita bisa bantu kamu sebelum semuanya makin rumit."
Aditya: "Aku tahu, Bu. Aku pikir aku bisa menyelesaikannya sendiri. Tapi ternyata situasinya lebih buruk dari yang aku kira."
Ibu Aditya: (menghela napas, mencoba menenangkan Aditya) "Baiklah, Aditya. Ibu hanya ingin kamu tahu bahwa kita di sini untuk mendukungmu. Meskipun kamu harus menjalani hukuman, pastikan kamu belajar dari pengalaman ini. Jangan biarkan masalah ini mengalahkan semangatmu."
Aditya: "Terima kasih, Bu. Aku akan berusaha untuk memperbaiki semuanya dan menghadapi hukuman ini dengan baik."
Ayah Aditya, yang sudah berada di ruang tamu dan mendengar percakapan tersebut, tidak bisa menahan diri untuk berkomentar. Dengan senyum ringan, dia menyela pembicaraan sambil mencoba meringankan suasana.
Ayah Aditya: (dengan nada bercanda) "Jadi, kamu terlibat dalam perkelahian, ya? Kalau kamu tidak hati-hati, nanti bisa jadi pegulat profesional!"
Aditya: (tersenyum kecut) "Ayah, ini bukan saatnya bercanda."
Ayah Aditya: "Tapi kan, lumayan juga kalau kamu bisa menjadi terkenal. Setidaknya kita bisa jadi bintang di berita, bukan? ‘Aditya si Jagoan Sekolah’!"
Ibu Aditya: (mencoba menahan tawa) "Ayah, ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda."
Ayah Aditya: "Oh, maaf. Tapi kadang-kadang sedikit humor bisa membantu mengurangi stres. Yang penting, Aditya, kami ada di sini untuk mendukungmu dan berharap kamu bisa melalui semuanya dengan baik."
Aditya: "Terima kasih, Ayah. Aku akan berusaha."
Ayahnya tersenyum, memberi dorongan pada Aditya dengan cara yang lebih ringan, membantu mengurangi ketegangan dan membuat suasana sedikit lebih ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
Randommengeksplorasi kompleksitas dan ambiguitas dalam sifat dan kepribadian diri sendiri dan teman-teman si tokoh utama. Mengisyaratkan bahwa tidak semua orang bisa dikategorikan dengan jelas sebagai 'baik' atau 'buruk', melainkan ada banyak area abu-abu...