Malam hari, setelah Aditya beres membaca buku dan mengerjakan PR, di kamarnya. Dia mengingat bercerita panjang lebar kepada ibunya, dia merasa lega namun juga kelelahan. Dia duduk di tepi tempat tidurnya, membiarkan semua kejadian hari ini berputar di pikirannya.
Aditya mengingat bagaimana teman-teman yang biasanya mengganggunya kini meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Dia juga teringat reaksi Bu Rina yang dengan bijaksana menangani masalah ini. Tetapi, satu momen yang terus berulang dalam pikirannya adalah ketika Davira mendengar tentang gangguan pendengarannya.
Sambil berbaring di tempat tidurnya, Aditya merasa malu. Dia bisa melihat dengan jelas ekspresi terkejut Davira ketika dia mendengar alasan sebenarnya mengapa Aditya selalu duduk di depan kelas. Aditya merasa canggung dan tidak yakin bagaimana harus bersikap di depan Davira setelah ini.
Perasaan campur aduk menyelimuti dirinya. Di satu sisi, dia merasa bangga karena telah berbicara dan menulis surat kepada Bu Rina, tapi di sisi lain, dia merasa tidak percaya diri dan malu karena kekurangannya terungkap di depan orang yang dia sukai.
Aditya menarik napas dalam-dalam, lalu mengambil bantal dan menutup mukanya dengan itu. Dia mencoba menenangkan diri, tetapi pikirannya terus berkecamuk.
Aditya (dalam hati): "Apakah Davira akan menjauhiku karena ini? Bagaimana kalau dia merasa kasihan padaku? Aku harus bagaimana sekarang?"
Namun, di tengah keraguannya, Aditya mengingat kata-kata ibunya dan Bu Rina. Dukungan mereka memberinya kekuatan untuk tidak menyerah. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berjuang dan tidak membiarkan rasa malu menghentikannya.
Aditya memejamkan mata, mencoba mengusir pikiran negatifnya. Dia tahu bahwa hari esok akan membawa tantangan baru, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak sendirian. Ada banyak orang yang mendukungnya, dan dia akan terus berusaha untuk menjadi versi terbaik dari dirinya.
Dengan perasaan yang sedikit lebih tenang, Aditya akhirnya tertidur, berharap bahwa hari esok akan memberinya kekuatan dan keberanian baru untuk menghadapi segala hal yang mungkin datang.
***
Keesokan harinya, Aditya bangun dengan perasaan campur aduk. Dia bergegas bersiap-siap untuk sekolah, berharap hari ini akan berjalan lebih baik. Saat tiba di depan gerbang sekolah, dia melihat Aaron sedang menunggunya dengan senyuman lebar.Aaron: "Pagi, Dit! Siap untuk hari ini?"
Aditya tersenyum dan mengangguk. "Pagi, Aaron. Siap, dong. Ayo, kita masuk."
Mereka berjalan bersama menuju kelas. Saat bel berbunyi, menandakan dimulainya pelajaran pertama, Bu Rina masuk ke dalam kelas dengan senyuman hangat.
Bu Rina: "Selamat pagi, anak-anak!"
Seluruh kelas menjawab serempak, "Selamat pagi, Bu Rina!"
Bu Rina: "Sebelum kita mulai pelajaran hari ini, Ibu ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Ibu ingin menekankan bahwa bullying tidak akan pernah ditoleransi di kelas kita. Kita harus saling mendukung, menghormati, dan memahami satu sama lain. Semua orang di sini berhak merasa aman dan nyaman. Mulai hari ini, Ibu ingin kita semua berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang damai dan penuh rasa kasih sayang."
Kelas menjadi hening, semua mata tertuju pada Bu Rina.
Beberapa siswa mengangguk, dan suasana di kelas mulai berubah menjadi lebih tenang dan serius.
Bu Rina: "Ibu juga akan mengadakan pertemuan dengan orang tua kalian untuk mendiskusikan masalah ini lebih lanjut. Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa tidak ada lagi bullying di sekolah kita."
Aditya merasa lega mendengar kata-kata Bu Rina.
Saat pelajaran berlangsung, Aditya merasa beban di pundaknya mulai berkurang. Aaron yang duduk di sebelahnya menyenggol lengannya dengan senyum kecil.
Aaron: "Lihat, Dit. Perubahan sudah mulai terjadi. Kamu luar biasa."
Aditya tersenyum kecil dan berbisik. "Terima kasih, Aaron. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa dukunganmu."
Setelah itu, jam pelajaran pun berganti ke pelajaran olahraga, Aditya dan murid murid yang lain bergegas untuk berganti baju. Setelah semuanya sudah mengganti baju mereka dan menuju ke lapangan sekolah, Pa Acep selaku guru olahraga memberitahu bahwa tes olaharaga kali ini adalah basket.
Pak Joko: "Selamat pagi, anak-anak! Hari ini kita akan melakukan tes basket. Bapak ingin melihat kemampuan kalian dalam dribbling, passing, dan shooting. Setelah itu akan ada latih tanding."
Aditya yang mendengar informasi itu merasa senang karena basket memang keahlian yang sangat dia sukai.
Aaron yang mendengar informasi tersebut langsung berkata kepada Aditya.
"Hei, Dit! Kamu pasti senang kan mendengar kalau tes nya basket."Aditya dengan santai. " Iya dong, aku sangat percaya diri kalau sudah menyangkut basket hahaha."
Aaron tertawa mendengar jawaban dari Aditya.
" Hahaha dasar kamu ini, ingat ya! traktir aku es krim jika kamu mendapat nilai tertinggi."Aditya menjawab dengan memberi jempol kepada Aaron.
" Siap Aaron, aku traktir kamu sesuai janji aku."Dan tes pun akhirnya di mulai, Aditya dapat melaksanakannya dengan baik. Hingga tes tahap terakhir pun datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
Randommengeksplorasi kompleksitas dan ambiguitas dalam sifat dan kepribadian diri sendiri dan teman-teman si tokoh utama. Mengisyaratkan bahwa tidak semua orang bisa dikategorikan dengan jelas sebagai 'baik' atau 'buruk', melainkan ada banyak area abu-abu...