Saat jam pelajaran terakhir dimulai, Bu Rina masuk ke kelas dengan membawa beberapa lembar kertas. Suasana kelas yang tadinya ramai mulai hening ketika Bu Rina berdiri di depan kelas.
Bu Rina: "Anak-anak, sebelum kita mulai pelajaran hari ini, Ibu ingin memberitahu bahwa besok kita akan mengadakan ulangan harian matematika."
Kelas serentak menghela napas. Aditya merasa khawatir mendengar berita tersebut. Dia memang selalu merasa kesulitan dengan pelajaran matematika. Aaron, yang duduk di sebelahnya, terlihat sama cemasnya.
Bu Rina melanjutkan, "Selain itu, minggu depan kita akan mulai ujian praktik. Jadi, pastikan kalian semua sudah siap. Beberapa minggu setelahnya, kita akan melaksanakan Ujian Nasional. Jadi, manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar."
Aditya berbisik kepada Aaron, "Aduh, Ron. Gimana nih? Aku belum siap untuk ulangan besok, apalagi ujian praktik dan UN."
Aaron mengangguk, menunjukkan ekspresi yang sama cemasnya. "Iya, Dit. Aku juga khawatir. Kita harus belajar lebih keras mulai sekarang."
Bu Rina melihat kekhawatiran di wajah murid-muridnya dan mencoba menenangkan mereka. "Anak-anak, jangan terlalu khawatir. Ibu di sini untuk membantu kalian. Jika ada yang merasa kesulitan, silakan datang ke ruang guru setelah jam pelajaran. Kita bisa belajar bersama."
Aditya merasa sedikit lega mendengar tawaran Bu Rina. Setelah pelajaran berakhir, dia dan Aaron berbicara lebih serius tentang persiapan mereka.
Aaron: "Kita harus mulai belajar bersama, Dit. Mungkin kita bisa saling membantu memahami materi yang sulit."
Aditya mengangguk setuju. "Ide bagus, Aaron. Mungkin kita bisa mulai belajar bersama sore ini setelah pulang sekolah."
Aaron: "Setuju. Kita harus benar-benar fokus, apalagi dengan ujian praktik dan UN yang semakin dekat."
Setelah bel pulang berbunyi, Aditya dan Aaron segera berkemas dan bersiap untuk belajar bersama di rumah Aditya. Dalam perjalanan pulang, mereka mendiskusikan rencana belajar mereka.
Aaron: "Kita harus membuat jadwal belajar, Dit. Misalnya, hari ini kita fokus ke matematika, besok ke pelajaran lain."
Aditya: "Baik, Aaron. Kita harus serius. Aku yakin dengan bekerja sama, kita bisa menghadapi semua ujian ini."
Dengan semangat baru dan dukungan dari sahabatnya, Aditya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan. Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dengan kerja keras dan kebersamaan, mereka bisa mengatasinya.
***
Sepulang sekolah, Aditya menepati janjinya untuk membeli es krim bersama Aaron. Mereka berjalan menuju toko es krim favorit mereka, menikmati kebersamaan dan rasa manis dari es krim yang mereka beli.
Aaron: "Terima kasih, Dit! Es krimnya enak banget."
Aditya tersenyum. "Sama-sama, Aaron. Aku senang kita bisa merayakan keberhasilan hari ini."
Setelah menikmati es krim, mereka menuju rumah Aditya untuk belajar matematika. Mereka duduk di meja belajar Aditya, membuka buku matematika, dan mulai mencoba mengerjakan soal-soal. Namun, tidak lama kemudian, perhatian mereka teralih ke suara angin yang berhembus di luar jendela.
Aaron: "Dit, bagaimana kalau kita main layangan dulu? Anginnya bagus nih."
Aditya awalnya ragu, tetapi melihat semangat Aaron, dia akhirnya setuju. "Oke, sebentar saja ya. Kita masih harus belajar."
Mereka berlari keluar rumah dengan membawa layangan. Angin sore yang sejuk membuat layangan mereka terbang tinggi dengan mudah. Keduanya tertawa dan bersenang-senang, menikmati kebebasan dan keceriaan bermain layangan.
Waktu berlalu dengan cepat, dan sebelum mereka sadar, matahari mulai tenggelam. Mereka kembali ke dalam rumah dengan senyum puas di wajah mereka, tetapi juga menyadari bahwa mereka belum belajar banyak.
Aaron: "Aduh, Dit. Kita tadi cuma belajar sebentar banget."
Aditya: "Iya, kita malah lebih banyak main. Gimana nih besok ulangan?"
Aaron: "Yah, pasrah saja deh. Yang penting kita udah coba belajar sedikit."
Aditya tertawa. "Benar juga. Toh, kita masih bisa belajar lagi nanti malam."
Dengan rasa pasrah, mereka menghabiskan sisa sore dengan bercanda dan berbicara tentang banyak hal. Ketika malam tiba, mereka berusaha untuk fokus kembali pada buku matematika mereka, meskipun hanya untuk beberapa saat.
Aaron: "Kita lihat saja besok, Dit. Yang penting kita sudah berusaha."
Aditya: "Betul. Semoga saja besok lancar."
Dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang sedikit lega, mereka akhirnya beristirahat. Mereka tahu bahwa ujian bukan segalanya, dan kadang-kadang, bermain dan menikmati kebersamaan juga penting untuk menjaga keseimbangan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
Randommengeksplorasi kompleksitas dan ambiguitas dalam sifat dan kepribadian diri sendiri dan teman-teman si tokoh utama. Mengisyaratkan bahwa tidak semua orang bisa dikategorikan dengan jelas sebagai 'baik' atau 'buruk', melainkan ada banyak area abu-abu...