Aditya merasa percaya diri saat menghadapi tes olahraga. Dia menemukan dirinya semakin nyaman di lapangan basket. Aaron, yang juga ada di tim yang sama dengannya, memberinya dukungan ekstra.
Aditya merasa detak jantungnya berdebar tidak karuan ketika dia melangkah masuk ke lapangan basket. tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Aaron berdiri di sampingnya, memberikan senyuman penuh semangat.
Aaron: "Kita bisa melakukannya, Dit! Percayalah pada dirimu sendiri."
Aditya mengangguk, mencoba menenangkan diri. Mereka bergabung dengan tim mereka dan segera latihan dimulai. Di bawah sorotan mata guru olahraga yang ketat, Aditya merasa sedikit tegang tetapi dia fokus pada permainan.
Selama sesi latihan, dia mulai merasakan kepercayaan dirinya tumbuh. Beberapa tembakan yang dia lepaskan berhasil masuk ke dalam ring, dan dia merasa semakin nyaman berada di lapangan. Aaron terus memberikan dorongan dan arahan, membuat Aditya merasa didukung.
Di tengah-tengah permainan, Aditya berhasil melakukan blok yang brilian yang mendapatkan tepuk tangan dari teman-temannya. Hal ini memberinya kepercayaan diri tambahan untuk menghadapi sisa tes ini. Setelah latihan selesai, Aaron berbicara tentang hasil tes mereka.
Aaron: "Kamu luar biasa tadi, Dit! Kita pasti berhasil."
Aditya tersenyum, merasa bangga dengan pencapaiannya. "Terima kasih, Aaron. Aku benar-benar merasa lebih baik setelah ini."
Setelah semua siswa menyelesaikan tes basket, Pak Acep mengumumkan hasilnya.
Pak Acep: "Anak-anak, saya sudah menghitung skor kalian. Saya sangat senang melihat usaha dan semangat kalian hari ini. Tapi, ada satu siswa yang menonjol dengan skor tertinggi dalam tes ini. Dan siswa itu adalah... Aditya!"
Kelas bertepuk tangan kepada Aditya. Tiba-tiba, Aaron melompat ke depan dengan penuh semangat dengan memberi jempol. seluruh anak-anak kelas tertawa mendengar antusiasme yang berlebihan dari Aaron.
Aaron: "Yes! Kamu hebat, Dit! Aku tahu kamu bisa!"
Davira tertawa kecil melihat antusiasme Aaron. "Wah, Aaron, jangan terlalu bersemangat."
Aditya tersenyum lebar, merasa sangat bahagia dan bangga.
Aditya: "Terima kasih, Aaron. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa dukunganmu."
Pak Acep: "Selamat, Aditya. Kamu menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Terus pertahankan semangatmu dan jangan pernah berhenti berusaha."
Aditya mengangguk. "Terima kasih, Pak Pa Acep."
Setelah pelajaran olahraga berakhir, Aaron dan Aditya berjalan keluar lapangan dengan perasaan senang.
Aaron: "Jadi, kapan kita pergi makan es krim, Dit? Kamu kan janji traktir aku."
Aditya tertawa. "Iya, iya. Nanti sepulang sekolah kita ke toko es krim favorit kita."
Aaron: "Deal! Aku nggak sabar."
Hari itu, Aditya merasa percaya diri dan bahagia. Dia telah membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dia bisa mengatasi tantangan dan menjadi yang terbaik. Dukungan dari sahabatnya, Aaron, serta motivasi dari ibunya dan Bu Rina, membuatnya merasa lebih kuat dan siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan semangat yang tinggi.
***
Pada saat jam istirahat, suasana di koridor kelas masih ramai dengan anak-anak yang sedang duduk dan bercengkerama. Aditya sedang berbincang dengan Aaron tentang rencana mereka untuk pergi makan es krim sepulang sekolah nanti. Tiba-tiba, Davira mendekati mereka dengan senyum sumringah.
Davira: "Hai, Aditya! Aku dengar kamu mendapatkan nilai tertinggi dalam tes basket tadi. Selamat, ya!"
Aditya tersenyum, sedikit gugup. "Terima kasih, Davira. Aku hanya berusaha sebaik mungkin."
Davira: "Kamu memang hebat. Aku senang melihatmu semakin percaya diri."
Aaron menyenggol Aditya dengan sikunya, memberikan isyarat untuk menanggapi lebih santai. "Iya, Dit. Kamu benar-benar hebat. Lihat, bahkan Davira mengakui itu!"
Aditya tertawa kecil. "Terima kasih, Aaron. Terima kasih juga, Davira."
Davira: "Ngomong-ngomong, aku dengar tentang surat yang kamu tulis untuk Bu Rina. Itu tindakan yang sangat berani. Kamu benar-benar menginspirasi, Aditya."
Aditya merasa wajahnya memerah. "Aku hanya merasa perlu melakukannya. Semua ini tidak akan terjadi tanpa dukungan dari kalian."
Davira: "Kamu tidak sendiri, Aditya. Kami semua di sini untuk mendukungmu. Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk bercerita, ya."
Aaron: "Betul, Dit. Kita semua teman di sini."
Aditya merasa hangat di dalam hatinya. Dukungan dari Davira dan Aaron membuatnya semakin yakin bahwa dia tidak sendiri dalam menghadapi tantangan.
Aditya: "Terima kasih banyak, Davira. Aku akan ingat itu."
Mereka bertiga kemudian duduk bersama di koridor, berbincang tentang berbagai hal sambil menikmati istirahat. Percakapan mereka penuh tawa dan cerita, membuat suasana semakin akrab dan hangat. Aditya merasa bahwa perlahan-lahan, dia mulai menerima dirinya sendiri dan menemukan tempat di mana dia benar-benar diterima apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
Randommengeksplorasi kompleksitas dan ambiguitas dalam sifat dan kepribadian diri sendiri dan teman-teman si tokoh utama. Mengisyaratkan bahwa tidak semua orang bisa dikategorikan dengan jelas sebagai 'baik' atau 'buruk', melainkan ada banyak area abu-abu...