Aditya duduk di kamarnya, merenung setelah percakapan dengan ibunya. Pikiran tentang bullying yang dialaminya terus-menerus menghantuinya. Dia merasa perlu melakukan sesuatu untuk menghentikan perlakuan buruk yang diterimanya.
Aditya (berbicara sendiri): "Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak bisa terus seperti ini."
Dia memandang sekeliling kamarnya, mencari inspirasi. Di meja belajarnya, ada tumpukan buku dan alat tulis. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya.
Aditya: "Mungkin... mungkin aku bisa menulis surat kepada Bu Rina. Menceritakan semua yang terjadi dan meminta bantuan."
Aditya mengambil selembar kertas dan pena. Dia mulai menulis, tetapi kemudian berhenti sejenak, merasa ragu. Dia merasa perlu meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah langkah yang tepat.
Aditya: "Bu Rina selalu baik dan perhatian. Dia pasti akan mengerti dan membantu. Ya, ini adalah cara yang baik dan sopan seperti yang Ibu katakan."
Dengan keyakinan baru, Aditya mulai menulis suratnya dengan hati-hati, menceritakan semua kejadian bullying yang dialaminya. Dia menjelaskan perasaan dan ketakutannya, berharap Bu Rina akan memahami dan membantunya mengatasi masalah ini.
Aditya (membaca surat yang sudah ditulisnya): "Bu Rina yang terhormat, saya ingin menceritakan sesuatu yang sangat penting. Saya sudah lama mengalami bullying di sekolah, dan saya merasa tidak bisa menghadapinya sendiri. Saya berharap Bu Rina bisa membantu saya menemukan solusi untuk menghentikan perlakuan buruk ini..."
Setelah selesai menulis, Aditya menatap surat itu dengan perasaan campur aduk. Dia merasa lega telah menuliskannya, tetapi juga cemas tentang bagaimana Bu Rina akan merespons.
Aditya (berbisik pada dirinya sendiri): "Semoga ini bisa mengubah segalanya."
Dengan penuh tekad, Aditya menyimpan surat tersebut di tasnya, bersiap untuk mengirimkannya ke ruang guru keesokan harinya. Dia tahu bahwa ini adalah langkah pertama menuju perubahan yang lebih baik dalam hidupnya.
***
Lalu keesokan harinya, Aditya bangun dengan perasaan campur aduk. Dia tahu hari ini adalah hari penting di mana dia akan mengirimkan suratnya kepada Bu Rina. Setelah bersiap-siap, dia turun ke dapur untuk sarapan.Ibu: "Pagi, Aditya. Sudah siap berangkat sekolah?"
Aditya: "Iya, Bu. Sudah."
Ibu tersenyum dan menghidangkan sarapan. "Ingat pesan Ibu, ya. Semoga harimu menyenangkan."
Aditya mengangguk sambil menyelesaikan sarapannya. Setelah itu, dia berpamitan kepada ibunya dan berangkat ke sekolah dengan surat di dalam tasnya.
Sesampainya di sekolah, Aditya merasa gugup. Dia menunggu sampai bel masuk berbunyi dan siswa-siswa lainnya bergegas ke kelas mereka. Saat suasana mulai sepi, dia menyelinap ke ruang guru dengan hati-hati.
Aditya: (dalam hati) "Ini saatnya. Aku harus melakukannya sekarang."
Dengan tangan gemetar, Aditya membuka pintu ruang guru dan melihat meja Bu Rina. Dia berjalan dengan hati-hati ke meja itu, memastikan tidak ada yang melihatnya. Dia mengambil surat dari tasnya dan meletakkannya tepat di atas meja Bu Rina.
Aditya: (berbisik pada dirinya sendiri) "Semoga Bu Rina membaca ini dan bisa membantu."
Setelah meletakkan surat, Aditya dengan cepat keluar dari ruang guru dan kembali ke kelas. Sepanjang pelajaran pertama, pikirannya terus melayang ke surat yang telah dia tulis.
Saat jam istirahat pertama, Aditya berjalan ke taman sekolah, tempat dia biasa berkumpul dengan Aaron. Ketika dia duduk di bangku, Aaron mendekatinya dengan senyum lebar.
Aaron: "Hey, Dit! Gimana hari ini? Kamu terlihat agak gugup."
Aditya tersenyum kecut. "Aku baru saja mengirim surat ke Bu Rina. Aku menceritakan semua yang terjadi."
Aaron terkejut, tetapi segera tersenyum dan menepuk bahu Aditya. "Bagus sekali, Dit! Itu langkah berani. Aku yakin Bu Rina akan membantu."
Aditya merasa sedikit lega mendengar dukungan dari sahabatnya. "Semoga saja, Aaron. Aku benar-benar berharap ini bisa mengubah segalanya."
Setelah istirahat, mereka kembali ke kelas. Aditya terus merasa cemas, tetapi juga merasa sedikit lebih lega karena telah melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya. Dia menunggu dengan sabar, berharap Bu Rina akan segera membaca suratnya dan mengambil tindakan.
Dengan harapan besar, Aditya berharap keputusannya ini akan membawa perubahan positif dalam hidupnya. Dia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi dengan sedikit bantuan, dia yakin bisa melewati semua rintangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
Randommengeksplorasi kompleksitas dan ambiguitas dalam sifat dan kepribadian diri sendiri dan teman-teman si tokoh utama. Mengisyaratkan bahwa tidak semua orang bisa dikategorikan dengan jelas sebagai 'baik' atau 'buruk', melainkan ada banyak area abu-abu...