24 ◆ (jauh)

811 114 14
                                    

"Jeno... Heyy... bangun lah"

"Jen!!! JENO!"

klik (suara saklar)

"Jen?"

"Hiksss aku minta maaf..."

"JENO!!! ASTAGA! APA YANG TERJADI"

dengan cepat yang lain ikut melesak kedalam kamar Jeno karena mendengar teriakan Jaemin

"Kenapa? Ada apa?" Mark dengan panik datang sambil sempoyongan karena baru bangun tidur

"Gue mau minjem komputer karena punya gue bermasalah, tapi pas gue dateng Jeno terus ngelantur sambil nangis. Liat dia pucet banget, dibangunkan juga nggak bisa. Menggigil, badannya panas. Lihat sendiri Hyung, Jeno nangis terus" jelas Jaemin

"Ayo bawa kedokter, Jeno jarang sakit mungkin sangat kesakitan sekarang. Aku cuci dulu wajahku sebentar, renjun tolong siapkan mobil"

"Baik Hyung"

Setelah kepergian Mark dan renjun, Jaemin dan haechan semakin dibuat kebingungan. Pasalnya Jeno terus mengucapkan kata maaf dan pergi disela isak tangisnya. Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan Jeno sekarang













.

(didalam mobil)

"Hyung peluh Jeno banyak banget, badannya dingin"

"Astaga iya bentar lagi, sebenarnya ada apa dengannya. Bukankah semalam baik-baik saja kan?"

"Belakangan ini sering diam, apa mungkin Jeno memang udah nggak sehat tapi sok sok an kuat?"

"Iya, memang dasar anak itu"

"Astaga, selalu seperti ini kalau sakit. Jeno selalu nyimpen sendiri dan berakhir tidur di rumah sakit. Nggak kapok" keluh mark

"Hiksss Ibuu, sakit...."

"Jeno merindukan ibunya ya?"

"Gue hubungi ibunya sekarang"

Renjun mengangguk saat haechan mengeluarkan ponselnya dan mulai mendial nomer orang tua Jeno

"Akuu, minta maaf... Jangan.. pergi"

Mereka tiba dilobi rumah sakit, dengan cepat security menarik brangkar dan membawa Jeno ke instalasi gawat darurat. Yang lain mengikuti.










°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Tante bisa istirahat, kita bisa bergantian menjaga Jeno. Tidak masalah jika Tante pulang dan mengistirahatkan diri terlebih dahulu"

"Ah tidak, terimakasih ya sayang. Tante akan tetap disini bersama ayah Jeno. Kalian istirahat dulu oke, besok ada jadwal?"

"Kebetulan besok jadwalnya disore hari tan, jadi kita tidak keberatan sama sekali. Jeno saudara kita"

"Tante mengerti, tapi kalian istirahat dulu yaaa. Nanti kalau Jeno bangun Tante kabari"

"Baiklah, kita pulang dulu ya Tante dan paman. Jika butuh sesuatu langsung hubungi kami"

"Tentu sayang"









...

"Ibu?"

"Jenoyaaa? Gimana nak, apakah masih sakit?"

Jeno mengangguk lemah

"Astaga bagaimana bisa terjadi, apa sakit sekali? Apa perlu ibu panggilkan dokter?"

Jeno menggeleng, dan tiba-tiba menangis membuat ibunya kelabakan. Jujur putranya jarang menangis dihadapannya, tentu saja Ibu Jeno sedih saat putra semata wayangnya menangis seperti ini

"Ada apa sayang?"

"Ibu Jeno mau peluk"

Ibu Jeno langsung memeluk putranya, mengusap lembut kepala putranya yang sedang sakit

"Ibu hiks, Jeno salah. Jisung pergi Bu.."

Ibu Jeno mengangguk, mencoba menenangkan tangis putranya yang kian mengeras. Putranya sedang tidak baik

"Ibu... Jisung meninggalkanku, hiks aku mau Jisung disini Bu. Tolong"

"Jangan banyak bergerak sayang, nanti infusnya lepas"

"Aku tidak peduli"

"Tenang Jeno, putra ibu. Tenang sayang"

"Hiks aku mau Jisung, Ibu tidak mengerti"

"Ibu mengerti, tapi kamu harus memikirkan Jisung juga. Dia baru saja pergi mana mungkin ibu memintanya kembali secepat ini, Jisung butuh waktu sayang. Bersabarlah, Ibu mengerti"

"Ibuuuu..... Aku mau Jisung....." Kata Jeno melemah

"Iya iya, nanti kita hubungi ya sayang. Sekarang istirahat dulu"

"Ibu..

"Iya nak?"

"Ibu kepalaku sakit"

"Sekarang berbaring, jangan menangis terus nanti kepalanya bertambah sakit. Jeno dengar! Percaya dengan Ibu, sekarang kamu istirahat ya sayang. Dan cepatlah pulih"

"Tapi hikss, Jisung--

"Jisung akan kembali, sudah sekarang istirahat dulu"

"Aku mau sekarang, ibu tidak mengerti "

"Perlu waktu Jeno, kamu yang harusnya mengerti. Sekarang dengar kata Ibu atau Ibu panggil dokter buat nenangin kamu"

Jeno menggeleng, kemudian mulai berbaring kembali dibantu oleh sang ibu dengan telaten. Sebenarnya kepalanya sangat pusing, rasanya seperti dihantam benda berat membuatnya mau mati saja. Entah karena pusing yang tidak tertahan dan berakhir pingsan atau Jeno memang benar-benar tidur secepat ini, tapi Jeno benar-benar terlelap.

Ayah Jeno datang setelah melihat putranya memejamkan mata. Mengusap lembut rambut putranya menatapnya nanar, oh putranya sedang tidak sehat. Rasanya begitu sakit sebagai orang tua melihat buah hatinya menderita seperti ini

"Apa yang terjadi, kenapa putraku bisa drop seperti ini" tanyanya pada sang istri

"Kurasa Jeno kelelahan, tapi aku berfikir selain itu Jeno pasti sedang memikirkan hal hal berat yang membuatnya resah. Aku yakin kedua faktor itu yang membuat Jeno sampai tumbang seperti ini"

"Jangan pergi...."

Lagi-lagi Jeno mengigau, alis nya mengerut gusar. Peluhnya mulai berjatuhan kembali, dan air matanya datang tanpa diundang

"Sayangg...Ji..."

"Apa Jisung benar-benar tidak bisa?" Ayah Jeno bertanya sambil menatap tidak tega kearah putranya, ah Ayah Jeno jadi mengingat masa dimana saat sedang jatuh cinta rasanya benar-benar membuat frustasi

"Tidak bisa suamiku, aku sudah menghubungi nya. Jisung tidak bisa kembali secepat ini, aku mengerti. Tolong mengerti keadaan Jisung juga"

"Aku mengerti"

"Jisung pasti frustasi disana, membayangkannya saja membuatku stress. Pasti sangat sulit menjalani hari-hari nya"

































"Maaf Hyung"

























































Preety Personality (Nosung) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang