-Ⴆαɠιαɳ ƙҽҽɱραƚႦҽʅαʂ

368 48 10
                                    

˚₊·͟͟͟͟͟͟͞͞͞͞͞͞➳❥ ꒰ ⌨ ✰ v e e ⁱˢ ᵗʸᵖⁱⁿᵍ··· ꒱ | ೃ࿔₊•
.
.

Suasana hening merayapi, Gempa duduk dikursi besi disampingnya ada Taufan dan Ice, disebrangnya ada sang ayah yang tengah merangkul sang ibu lalu Solar yang duduk dilantai dengan bersandar pada tembok, dan Halilintar yang berdiri bersandar pada tembok dekat pintu ruangan Duri.

Semuanya sibuk dengan pemikiran masing-masing, Mara—sang ibu masih terlihat sesenggukan, dan yang lain merasa frustasi. Perihal penyesalan yang begitu hebat.

—srrkk, brught!!

“BAJINGAN LO PADA!. ”

Semua orang disana lantas berdiri terkejut melihat kedatangan pemuda berkacamata dengan secara tiba-tiba menarik lalu memukul rahang tegas milik Halilintar.

Wajah Halilintar tertoleh kesamping saat itu juga, pukulan yang diberikan Fang tak main-main kuatnya. Lelaki itu memegangi rahangnya yang terasa ngilu.

“APA-APAAN LO ANJING!. ”

Blaze memberikan pukulan yang tak kalah menyakitkan pada Fang. Keriuhan pun tak terelakan ketika mereka akhirnya saling memberi bogeman mentah.

“STOP!. ”

“HALILINTAR TENANG!. ”

“ICE PISAHKAN MEREKA!. ”

“Amato bagaimana ini?.. ”

Keributan yang tercipta mampu mengundang atensi banyak orang. Banyak dari mereka yang panik akibat kebrutalan tujuh pemuda tampan yang saling berbagi pukulan.

“Gara-gara lo bajingan.. GARA-GARA LO!. ”

Fang menendang perut Gempa dengan keras, membuat pemuda itu jatuh dilantai rumah sakit. Fang lalu menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.

Keributan terhenti seketika, ketujuh lelaki itu terengah-engah. Hening merayapi, hanya ada ringisan-ringisan samar yang terdengar. Para wanita paruh baya yang melihat menutup mulut menggunakan tangan.

Mara berlari menghampiri Gempa yang terduduk dilantai. Sedangkan Amato berdiri diantara Fang, Halilintar, Blaze, Ice, Taufan, dan Solar.

“Ini Rumah sakit. ” Suara berat, dingin nan tegas itu seolah memberi peringatan.

“Tapi Yah, dia mulai duluan. Dia dateng tiba-tiba dan nonjok Hali!. ” sanggah Taufan.

“Lo semua bajingan. ” tegas Fang.

“Bajingan apaan lo—”

“Lo semua manusia iblis. ” lirih Fang. Merasa tak terima, kepalan tangan Blaze semakin mengeras. Ia berlari kearah Fang dengan kepalan tangan yang sudah bersiap.

Bughtt!.

“JAGA OMONGAN LO BANGSAT!. ”

Perkelahian kembali terjadi, dengan Blaze yang melayangkan pukulan secara membabi buta pada Fang. Sedangkan si empu yang menjadi sasaran Blaze hanya diam, membiarkan Blaze.

Lalu Fang tertawa, saat hendak kembali memukul Fang, Blaze merasa ada seseorang yang menahan tubuhnya. Ia lalu menoleh kesamping, ternyata Halilintar.

“LEPASIN ANJING!. ”

“Stop Blaze!. ”

Blaze memberontak, sebelum sang ayah—Amato ikut menahan tubuhnya.

“LEPASIN YAH! KITA NGGAK BISA BIARIN SI BANGSAT INI BERTINDAK SEENAKNYA!. ”

Fang terkekeh pelan “Bertindak seenaknya??.”

Kemudian ia melanjutkan ucapannya “Jadi gini rasanya dibogem keluarga Ardinata?? tonjokan lo lumayan sakit juga. Pantes Duri sering ngeluh bahkan nangis kegue pas udah lo pada aniaya. ”

sɪᴀ-sɪᴀ[ᴇɴᴅ]LPH[OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang