CHAPTER 11

417 50 0
                                    

Fang Duobing tertidur dengan damai sambil bersandar pada bahu kokoh Di Feisheng.

Kereta kuda yang bergejolak pun tidak menggangu tidurnya yang nyenyak.

Tidak lama kereta kuda berhenti, Di Feisheng membelai lembut pipi Fang Duobing dengan jari jemari miliknya.

"Fang Duobing bangun... Kita sudah sampai"

Merasakan sentuhan di pipinya, Fang Duobing membuka kedua matanya. Dia melihat sekeliling, lalu matanya menatap Di Feisheng.

"A-fei, kita sudah sampai?" Dia bertanya

Di Feisheng mengangguk

Di Feisheng lalu mengambil erya yang diletakkan dibawah kakinya dan memberikan pedang itu pada Fang Duobing.

"Pegang ini, jangan sampai ibumu tau kau sedang terluka"

Fang Duobing mengangguk

Di Feisheng mengusap-usap lembut pipi Fang Duobing "Kau masih agak pucat, apakah kau butuh minum?"

Fang Duobing menggeleng, dia memberikan senyuman kecil pada Di Feisheng.

Di Feisheng turun terlebih dahulu, disusul oleh Fang Duobing. Di Feisheng menggenggam erat tangan Fang Duobing, dan bersama-sama mereka masuk kedalam aula Tianji.

"Putaku?! Apakah itu putraku!?"

Dari dalam Manor sudah terdengar teriakan Xiao Hui yang menggema. Dia berlari kearah Fang Duobing dan memeluk erat anak satu-satunya itu.

Xiao Hui lalu mencubit kedua pipi gembil Fang Duobing "Anak nakal kau kemana!"

"Maaf Niang.... Membuat kalian semua khawatir"

"ANAK NAKAL ITU TAU PULANG JUGA!" Terdengar teriakan Fang Zeshi

Mendengar teriakan penuh amarah ayahnya, Fang Duobing langsung bersembunyi di belakang Di Feisheng.

Di Feisheng tertawa geli melihat tingkah Fang Duobing.

"Mana anak itu... Kemana dia biar ku tendang pantatnya!"

"Ampun A-die!!"

"Ayah mertua mohon jangan pukul istriku" Di Feisheng memohon dengan nada bercanda

"Anak ini sengaja pulang membawa suami biar tidak bisa ku hajar!"

Fang Duobing memeluk erat pinggang Di Feisheng

"Sudahlah suamiku, ayo kita minum teh terlebih dahulu. Jangan marahi dia lagi, dia kan sudah pulang sekarang" Xiao Hui mencoba menengahi

Fang Zeshi menepuk-nepuk dadanya pelan "JANGAN CEPAT-CEPAT PULANG KALIAN BERDUA!" Bentaknya

Xiao Hui mengantar Fang Duobing dan Di Feisheng ke kamar pribadi milik Fang Duobing dulu.

"Akan A-niang biarkan kalian istirahat" dia lalu pergi meninggalkan kamar

Fang Duobing mulai membuka ikatan baju ganti mereka dan merapikan baju-baju itu di atas kasur

"Jika di ingat-ingat, aku belum pernah masuk kamarmu"

"Hah? Kau kan pasti sering kesini, kenapa tidak pernah masuk?" Tanya Fang Duobing bingung

"Tidak pernah menginap. Ibumu selalu menyuruhku untuk menginap disini, tapi aku selalu menolak karena tidak ingin merepotkan kalian"

Di Feisheng berjalan kearah rak buku yang tersusun rapi, dia mengambil salah satu buku tulis yang sudah terlihat lusuh dan tua.

"Bolehkah ku baca?" Tanyanya

Fang Duobing mengangguk

Di Feisheng membuka buku itu, dan membaca isinya. Di dalamnya ada banyak puisi-puisi indah, dan catatan-catatan pribadi milik Fang Duobing disaat dia masih kecil.

"Puisi-puisi ini, apakah kau yang menulis?"

Fang Duobing mengangguk "Aku dulu kan sakit-sakitan, tidak bisa keluar untuk bermain bersama anak-anak lain. Jadi aku habiskan waktuku untuk istirahat dan belajar" Jawab Fang Duobing, sembari berjalan kearah lemari sambil membawa tumpukan baju milik mereka yang sudah ia rapikan.

Di Feisheng membalik halaman demi halaman "Kau pintar... Bahkan saat masih kecil kau sudah bisa menulia puisi seindah ini" hingga salah satu puisi menarik perhatiannya "Dewa Pedang di atas atap? Apakah ini tentang Li Xiangyi?"

"...." Fang Duobing terdiam untuk sesaat, dan akhirnya dia menjawab "Hmn..."

Di Feisheng mulai membaca puisi itu di dalam hati

Di atas atap, di bawah sinar bulan yang lembut, Berdirilah dewa pedang, sosok dalam mimpi. Dengan mata yang bersinar seperti baja yang dipoles, Dan kehadiran yang sangat dirasakan oleh para pejuang. Di tangan, sebilah kekuatan kuno, Ditempa di alam di luar pandangan manusia. Tepiannya menyanyikan kisah-kisah tentang pertempuran yang dimenangkan, Para pahlawan yang galak 'di bawah matahari bulan yang sama. Dia memperhatikan hamparan kota, Dimana bayangan menari dan berbisik memanggil. Penjaga kehormatan, penjaga perselisihan, Seimbang di ujung kehidupan fana. Di atap rumah yang tinggi, tempat angin bermain, Dia menunggu fajar pertama. Untuk membimbing yang tersesat, untuk menumpas musuh, Dengan pisau di tangan, sumpah diamnya. Dalam keheningan menguasai keseniannya yang khusyuk, Dewa pedang, dengan hati pejuang. Di tepi atap, 'di bawah langit berbintang, Dia berdiri kekal, cepat dan tinggi.

"Pintar... Sangat pintar..." Batin Di Feisheng

Ketika Fang Duobing membuka lemari pakaian untuk meletakkan baju-baju miliknya, dia melihat sebuah hanfu biru yang sudah lusuh, hanfu yang sangat ia kenal. Hanfu Li Lianhua.

Fang Duobing meletakkan pakaian miliknya di rak atas dan mengambil hanfu milik Li Lianhua

"Bukankah itu milik Li Lianhua?" Tanya Di Feisheng

Fang Duobing mengangguk

"Bagaimana bisa ada padamu?"

"Kau ingat tidak saat aku diculik oleh biksu gadungan yang mengincar kepingan es rama?"

Di Feisheng mengangguk "ya?"

"Li Lianhua memakai tenaga terakhirnya untuk menyelamatkanku dan akhirnya tumbang. Aku membawa dia ke Tianji, aku bersihkan dirinya, dan memakaikan dia baju baru yang segar dari lemari. Baju ini di cuci oleh Li-er, dan sejak saat itu baju ini tidak pernah pergi dari aula Tianji"

Di Feisheng berjalan mendekati Fang Duobing, tangannya melingkar pada pinggang Fang Duobing, menarik Fang Duobing semakin mendekat "Ayo kita lihat-lihat menara teratai"

Fang Duobing menatap kaget kearah Di Feisheng "Dimana menara teratai sekarang?" Tanyanya

"Tianji menyimpan menara teratai di hutan belakang, kita bisa melihat-lihat disana jika kau mau"

Fang Duobing mengangguk

Di Feisheng menangkup kedua pipi Fang Duobing "Jangan sedih lagi, ada aku" dia berbisik lembut

Di Feisheng mengecup mesra kepala Fang Duobing

MY RAY OF SUNSHINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang