Re-Seven

55 13 28
                                    

"Seperti seekor lalat capung yang hidup, melalui banyak hal untuk tumbuh, namun cukup satu hari untuk sadar, jika pelajaran telah berakhir."

Mungkin itu adalah kata-kata yang tepat menggambarkan hari ini, di mana semua hal berlalu begitu saja, hari depan yang di sebut esok itu-pun menjadi hari kemarin, dan hari ini masa SMP telah berakhir.

Hari ini adalah acara kelulusan SMP-ku, di mana semua orang sudah ramai berkumpul di lapangan. Suasana penuh kegembiraan dan haru menyelimuti kami semua. Para siswa, guru, dan orang tua memenuhi lapangan sekolah dengan senyum dan air mata kebahagiaan.

Aku duduk di sudut lapangan, dari sebuah teras memandangi teman-temanku yang tertawa dan berbagi momen terakhir mereka bersama. Rasanya campur aduk-antara bahagia karena akhirnya lulus dan sedih karena harus berpisah dengan semua kenangan indah ini.

Sahabatku, Rina, datang menghampiriku dengan senyuman lebar di wajahnya. "Akhirnya, kita lulus juga, ya!" katanya dengan semangat.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Iya, gak terasa ya."

"Iya" Jawab-nya Singkat lalu kami diam sejenak.

"Sin, kamu mau daftar di SMA mana?"

"Rencana di SMA 1 sih."

Rina menatapku tampak terkejut "Ha, Serius?"

"Ia serius, kamu juga mau daftar di SMA 1?"

"Ia sama, berarti kita bisa di satu sekolah lagi dong." Ucap Rina dengan semangat.

Aku-pun menatapnya dengan tersenyum "Ia, senang banget, bisa satu sekolah di SMA, apa lagi bisa satu kelas."

"Ia benar banget." Ucap Rina dan kami tertawa kecil.

Bila Aku ingat, Lebih setahun setengah lamanya sejak pertemuan itu, aku-pun tak lagi bertemu dengannya, dan untuk pesan yang ku kirim juga tak pernah terbalas. tetapi meski demikian hal baiknya dari semua kejadian itu, Aku tak perlu bertemu Dion lagi di sekolah.

Jujur saja, pada hari-hari sesudah perkelahian antara Arya dan Dion, aku tak bisa berhenti merasa khawatir menjalani keseharian di sekolah, mengingat Dion yang kesal, mungkin saja menjahili-ku kembali, meski bukan sesuatu yang pantas di syukuri, aku sangat merasa lega ketika tahu Dion berhenti sekolah semenjak hari panggilan orang tua di sekolah, sampai hari ini tak ada lagi kabar yang terdengar.

Suasana kelulusan semakin meriah. Panggung utama dipenuhi oleh kepala sekolah dan beberapa guru yang memberikan pidato terakhir mereka. Sorak sorai dan tepuk tangan meriah mengiringi setiap kata yang diucapkan. Aku melihat sekeliling, menyadari betapa banyaknya momen yang telah dilalui selama tiga tahun ini.

Setelah acara resmi selesai, kami semua berkumpul untuk foto bersama. Rina dan aku berdiri di tengah-tengah, dikelilingi oleh teman-teman sekelas. Kilauan flash kamera menyilaukan mata, tapi aku tetap tersenyum lebar. Hari ini adalah hari yang akan selalu kuingat.

Rina menggandeng lenganku. "Ayo, kita ke kantin terakhir kali sebelum pulang."

Aku mengangguk. "Ayo, mumpung kantin masih buka."

Kami berjalan beriringan menuju kantin, tempat yang selalu menjadi saksi obrolan panjang kami tentang banyak hal—dari PR yang sulit hingga cerita-cerita lucu. Ketika kami tiba di kantin, kami memesan es teh favorit kami dan duduk di meja biasa kami.

"Nanti, kayaknya bakal rindu sama tempat ini," ujar Rina sambil menatap sekeliling kantin.

"Aku juga," jawabku. "Banyak kenangan di sini."

Kami berjalan beriringan menuju kantin, tempat yang selalu menjadi saksi obrolan panjang kami tentang banyak hal—dari PR yang sulit. Ketika kami tiba di kantin, kami memesan es teh favorit kami dan duduk di meja biasa kami.

"Semoga di SMA, kamu bisa ketemu lagi ya sama Arya" Ucap Rina sambil mengaduk-ngaduk teh es-nya.

Aku hampir saja tersedak saat meminum teh es dari sedotan.  "Apa sih, kok tiba-tiba."

"udah bisa kebaca isi pikiran-mu, aku yakin kalian bakal bertemu kok."

"gak juga kok, tapi mudah-mudahan" Aku menjawab malu sambil memandangi gelas di depanku.

"Cie cie, nah gitu dong." Ucap Rina sambil tersenyum.

"udah yok, habisin minum-nya udah sore ni" Ucap-ku Sambil menghabiskan teh es di gelasku, yang membuat Rina tertawa.

"manis banget temanku kalau malu." Ujar Rina

Kami menghabiskan sisa waktu di kantin dengan obrolan ringan. Saat hari hampir saja jam empat, kami memutuskan untuk pulang. Rina dan aku berjalan beriringan keluar dari sekolah, mengakhiri babak ini dengan kenangan manis yang akan selalu teringat.

Setelah melewati keseharian-ku dirumah semasa liburan lulus sekolah, hari-hari yang selalu ku isi dengan membantu Ibu di rumah, seperti memasak dan bersih-bersih, di saat malam menemani Adikku yang bernama Risa untuk belajar, sebelum pada Akhirnya tidur. tanpa terasa tiba-lah hari esok, untuk hari baru-ku Di SMA.

***

Pagi itu, aku berdiri di depan gerbang SMA 1, merasakan campuran antara kegembiraan dan gugup. Seragam baru, suasana baru, dan teman-teman baru. Tapi setidaknya aku punya Rina bersamaku.

Rina menghampiriku dengan senyum lebar. "Hai, Sin! gimana udah siap?"

"Siap, tapi agak gugup," jawabku jujur.

"Tenang aja." kata Rina dengan semangat.

Kami masuk ke dalam sekolah dan melihat sekeliling. Sekolah ini jauh lebih besar dari SMP kami. Banyak siswa yang lalu lalang, berbicara dengan teman-teman mereka, dan beberapa tampak seperti senior yang sudah berpengalaman.

Saat kami berjalan menuju papan pengumuman untuk melihat kelas kami, aku merasakan tangan Rina menggenggam tanganku. "Lihat, Sin, kita satu kelas!"

Aku tersenyum lega. "wah kebetulan sekali!"

Kami masuk ke kelas dan memilih tempat duduk di tengah. Tak lama kemudian, siswa lain mulai berdatangan. Beberapa wajah tampak ramah, sementara yang lain terlihat canggung seperti kami. Seorang gadis dengan rambut panjang dan mata cerah duduk di sebelahku.

"Hai, aku Maya," sapanya.

"Hai, aku Sinta, dan ini Rina," jawabku sambil tersenyum.

"Senang bertemu dengan kalian," kata Maya. "Semoga kita bisa berteman baik."

Kami menghabiskan pagi itu dengan orientasi, memperkenalkan diri, dan mendengarkan penjelasan dari wali kelas. Suasana terasa menyenangkan, meski ada sedikit kegugupan di antara kami.

Saat jam istirahat tiba, kami berjalan keluar kelas bersama-sama. Rina, Maya, dan aku memutuskan untuk menjelajahi kantin sekolah yang baru.

"Aku sudah dengar kantin di sini terkenal dengan makanannya yang enak," kata Maya. "Ayo kita coba."

Kami berjalan menuju kantin, mengobrol dan tertawa sepanjang jalan. Meski ini adalah hari pertama kami, rasanya sudah seperti di rumah sendiri. SMA mungkin akan membawa banyak tantangan baru, tapi dengan teman-teman di sisiku, aku merasa siap untuk menghadapi semuanya.

Di kantin, kami memesan makanan dan minuman favorit kami. Suasananya berbeda dari SMP, tapi tetap menyenangkan. Tiba-tiba, Rina menyiku bahuku.

"Sin, lihat itu" Ucap Rina sambil menunjuk ke arah seseorang yang berada di pojok kantin.

Remove MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang