28🦋~Butterfly~

103 74 48
                                    


Senna menangis air matanya menetes begitu deras. Semua terasa hancur karena ia tidak mampu melawan Alvaro malam tadi. Senna terus saja menangis di depan danau yang terlihat sangat indah. Ia mengharapkan ke hadiran seseorang di sana. Sial nya seseorang itu tak kunjung menemuinya. Kupu-kupu yang ada di sana terus berterbangan di atas sana mengelilingi danau.

"Apa mungkin Marven kecewa?" Tanya Senna pada kupu-kupu itu.

Tiba-tiba seseorang memeluk tubuh Senna dari belakang. "Aku begitu sangat kecewa!"

"Maafin aku," lirih Senna.

Marven melepaskan pelukannya kemudian ia menepatkan posisinya di samping gadis itu. "Maafin aku," ucap Marven lalu meghela nafas berat. "Gara-gara aku kamu jadi seperti ini, jika tuhan mengizinkan aku untuk hidup sekali lagi aja, aku pastikan laki-laki seperti dia akan tersiksa selama hidupnya."

Senna mematung sejenak ia masih terbayang-bayang kejadian malam tadi. Bahkan ia juga sempat berpikir untuk bunuh diri. Senna melirik menatap Marven kemudian laki-laki itu tersenyum lalu menghapus air mata gadis itu yang sudah membasahi kedua pipinya. Kemudian Senna memeluk Marven dengan erat seakan-akan tak ingin melepaskannya lagi.

"Ayl bukan perempuan baik-baik!"

"Apa kah setelah ini kamu akan menikah dengannya?"

Senna menggelengkan kepalanya. "Aku enggak tau Marven," ucap nya terpotong. Senna menghela nafas karena terasa sesak. "semoga benda itu tidak menyebabkan apa-apa," lanjut Senna lalu melepaskan pelukannya.

"Apa kamu sanggup menjalani kisah cinta seperti itu?" Tanya Marven mengangkat alisnya.

Senna memejamkan mata sejenak lalu kembali membukanya. "Bagaimana pun dia harus bertanggung jawab apapun itu."

Marven tersenyum kemudian mengedarkan pandangannya. "Kamu cinta sama dia?"

"Aku udah sangat bodoh Ven, aku capek jalani hidup tanpa kamu, nyatanya aku enggak sanggup hidup sendiri di sana, aku butuh seseorang yang selalu dengerin keluh kesah aku walaupun hiks..." Senna tak bisa melanjutkan pembicaraannya.

Mereka duduk di atas rerumputan. Senna menyenderkan kepalanya di bahu Marven. Sudah tiga puluh menit lamanya keduanya tak ada yang membuka suara entah karena Marven kecewa atau apa. Senna menatap danau yang begitu indah membuat ia ingin selalu terus di sini. Ia juga capek menjalani cinta hanya karena nafsu namun ia juga tetap menginginkan seseorang yang selalu ada di sampingnya walaupun terkadang Alvaro selalu meminta jatah pada gadis itu. Senna menghelat nafas berat.

"Hufttt!"

Marven menoleh menatap sendu. "Aku enggak akan tinggalin kamu, seburuk apapun itu, kamu tetap Senna Aylara bidadari nya Marven."

Senna tersenyum hatinya terasa sakit setelah mendengar ungkapan Marven barusan. Senna bangkit begitupun Marven. "Ajak aku keliling menikmati dunia ini," ucap Senna tersenyum kemudian Marven menggenggam tangan gadis itu langkah demi langkah keduanya hanya terdiam tak ada yang membuka suara.

"Aku antar kamu pulang!" Ucap Marven. Perlahan-lahan senyum Senna pudar mau tak mau ia memang harus kembali ke dunia nyatanya.

Kini mereka sudah berada di depan pintu kehidupan antara dunia nyata dan dunia fantasi. Langkah Senna terhenti kemudian ia memeluk tubuh Marven begitu erat. Laki-laki itu hanya terdiam mematung tak membalas pelukan Senna. Marven paham betul apa yang di rasakan Senna sekarang ia sebenarnya merasa tak tega dan kasihan melihat kekasihnya bersedih. Sebenarnya Marven juga begitu sangat kecewa pada Senna bisa-bisanya Senna menjawab pertanyaan seperti itu sedangkan ia di sini selalu menunggu keberadaan gadis itu.

Butterfly (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang