Tak terasa sudah kembali di akhir pekan, hari ini sangat penuh jadwal kuliahku, hingga pukul lima sore di hari sabtu aku baru akan keluar kelas, bahkan yang harusnya pagi tadi aku mengikuti senam pagi di acara kantor mas Agam juga tak mengikuti.
Ternyata tak semengerikan yang kubayangkan gambaran ibu-ibu dari para istri pegawai kantor mas Agam, ketika beberapa hari lalu mas Agam yang memaksaku untuk datang pertama kalinya, mereka semua menerimaku dengan tangan terbuka dan penuh kasih sayang, dan seolah aku menemukan keluarga baru, karena beliau semua menganggapku sebagai anak dan adik, diusiaku ini memang pantas menjadi anak atau adik di organisasi itu, bahkan aku di nobatkan sebagai ibu darma wanita termuda.
"Terimakasih ya Kak"
Aku turun dari mobil milik Kak Heru, asisten dosen yang juga kakak kelasku di SMA dahulu, hari ini dia mengantarku pulang untuk pertama kalinya, sudah lama kak Heru menawarkan untuk menjeputku saat berangkat kuliah dan akan mengantarku pulang tetapi jam kelas kita tak selalu bisa bareng, sehingga aku lebih memilih naik motor sendiri.
Sekarang sudah pukul tujuh malam lewat, sepulang kuliah tadi kami mampir untuk makan dan duduk sebentar menikmati akhir pekan seperti anak muda lainnya di salah satu cafe.
Anak muda yang sudah memiliki suami dirumah, tetapi di luar tak ada yang tahu, karena mereka tahu jika mas Agam adalah kakakku.
Dan mungkin bisa dibilang ini adalah awal sebuah jalan perselingkuhan, meskipun aku tak berniat seperti itu karena aku meyakini jika pernikahanku itu sakral, tetapi secara tidak langsung apa yang kulakukan salah, menyakalahi sebuah pernikahan.
"Tumben sampai malam Uci?"
"Iya ma, tadi mampir makan sama teman enggak enak tiap di ajakin selalu Uci tolak"
Aku tak berbohong dengan mama mertuaku, pertanyaan beliau kujawab jujur, karena selama ini aku memang selalu menolak setiap ajakan kak Heru untuk jalan, entah hari sabtu atau minggu.
"Ya sudah mandi istirahat"
Diruang keluarga mama dan papa duduk berdua menonton televisi, sedangkan keluarga kecil mas Aris sejak pagi sedang berkunjung kerumah orang tua mbak Ratna.
Saat kubuka pintu kamar terlihat mas Agam yang duduk di kursi meja kerjanya, dengan laptop yang terbuka di hadapannya, begitu rajinnya mas Agam di hari libur masih tetap bekerja.
"Pulang sama siapa?"
"Teman"
Kulanjutkan langkah kaki ku menuju kamar mandi karena sudah terasa tak nyaman sejak pagi beraktivitas di kampus.
Saat aku kembali dari mandi, mas Agam sudah berpindah duduk di atas ranjang terlihat melamun, entah apa yang dia pikirkan.
"Mau sholat?"
Kuanggukan kepalaku, saat kudapatkan pertanyaan dari mas Agam ketika hendak mengambil mukena yang berada di sampingngnya.
"Sholat dulu habis ini mas mau ngobrol"
Kujalankan sholat isya, takut jika tertidur jika tak segera kujalankan, karena berniat habis ini untuk segera mengistirahatkan tubuhku.
Mas Agam masih terdiam di atas ranjang, saat aku sudah menyelesaikan sholat dan berdiri di samping ranjang.
"Naik lah"
Sesuai perintah mas Agam, akupun naik keatas ranjang dan duduk berhadapan dengannya.
"Darimana?"
"Kampus"
"Terus?"
"Makan"
"Sama?"