Lembar keempat

718 97 8
                                    

"Tambah ramai ya sekarang Kediri?"

Entah pertanyaan atau pernyataan yang keluar dari bibir mas Agam, yang kuiyakan saja karena memang begitu keadaan yang kami lihat saat ini, di hari yang bukan akhir minggu jalanan begitu padat, dan tempat-tempat nongkrong yang sekarang banyak tersebar di penjuru kota juga semakin banyak dan tentunya ramai pengunjung.

"Mau makan dimana kita Dik?"

Ingat mas Agam memanggilku Dik bukan karena aku di nikahinya dan itu panggilan sayang seorang suami ke istri tetapi memang dari dulu mas Agam memanggilku, dan sepupu yang lain selalu ada embel-embel adik atau mas, atau mbak.

"Terserah mas Agam"

"Aku enggak tau daerah sini to ya"

"La mas Agam pingin makan apa, nanti tak tunjukin tempatnya"

"Apa ya yang aku belum pernah makan atau jarang aku makan gitu"

"Babi mungkin"

"Ngawur nya Dik Uci"

"Mana Uci tau yang jarang mas Agam makan , dan yang belum pernah mas Agam makan pastinya ya Babi"

"Ya mulai sekarang belajar kenali mas biar tau"

Eeaaa, eeaaa tiba-tiba mendengar kalimat mas Agam membuat jantungku tak karuan berdetaknya. Pipi kanan kiri terasa memanas padahal AC mobil terasa begitu dingin.

"Mau nasi tumpang, nasi pecel, atau nasi ampok?"

Tak kuhiraukan ucapan mas Agam, lebih kuberikan pilihan apa yang ingin mas Agam makan, belum siap rasanya membahas ke hal yang seharusnya bukan untuk kita berdua yang notabennya adalah saudara sepupu.

"Boleh, yang dekat sini aja"

Karena terlanjur di sekitara simpang lima gumul akhirnya, kami memarkirkan kendaraan di kawasan monumen simpang lima, dan lebih memilih berjalan kaki di pasar tugu yang tak jauh dari tempat parkir.

Bermacam kulineran ada di sepanjang jalanan kawasan monumen simpang lima, mulai makanan tradisional, hingga berbagai makanan yang tengah viral saat ini.

Berkeliling mengitari pasar kulineran hingga menemukan tempat yang bagi kami pas untuk menu yang di tawarkan, nasi goreng ampok teri, dengan segelas es jeruk, duduk lesehan di pinggir trotoar dengan cahaya lampu yang meremang.

Ditengah kita makan yang hening menikmati makanan masing-masing, dua sahabatku yang tak kusangka akan main kesini, padahal kita satu geng tidak sedang ada percakapan yang membahas nongkrong hari ini di group, tetapi kita janji temu besok sore di salah satu mall di Kota Kediri.

"Wooyy Uci sama siapa kamu?"

"Halo"

Jawabku kikup menyapa mereka, karena bingung aku akan menjawab apa kepada mereka.

"Siapa?"

Setengah berbisik tetapi keras, kembali menanyakan sosok pria yang duduk di sampingku.

"Sodaraku yang di Jogja"

Bukan berbohong, memang kenyataan mas Agam adalah saudara sepupuku yang bertempat tinggal di yogjakarta.

"Oh"

"Inget besok acara khusus kita, so di larang bawa pacar"

"Bener enggak usah ajal Aldi"

"Iya"

Kuiyakan cepat agar kedua sahabatku ini tak membahas soal pasangan, sedikit sungkan rasanya dengan mas Agam, mengingat sekarang aku adalah isterinya, tentunya aku tahu apa yang harus kujaga. Meskipun pernikahan tak kami inginkan, tetapi ini bukan main-main, karena ini menyangkut nama baik keluarga juga hubungan antar keluarga, jika sampai pernikahan ini gagal yang berpisah bukan aku dan mas Agam saja tetapi bunda dan kakaknya juga pastinya.

SUCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang