EL-2.3

783 104 10
                                    

Ting tong!

Kakashi menghentikan kegiatan mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia menoleh kearah pintu apartemennya. Berpikir cukup lama, ia ingat bahwa tidak memiliki janji malam hari ini. Kakashi bergerak mendekati pintu apartemennya. Ia mengintip dari lubang khusus di tengah pintu untuk melihat kondisi di luar.

Sepi.

Tidak ada siapapun.

Kakashi meraih gagang pintu. Ia mulai waspada dan berdiri dibalik pintu. Mempertajam indera pendengarannya, ia membuka pintu apartemennya secara perlahan sambil berdiri di belakang pintu tersebut hingga pintu itu terbuka lebar. Beberapa detik menunggu, tidak ada yang terjadi. Ia melirik ke bawah, melihat sorot lampu yang tidak terhalangi oleh apapun.

Tidak ada siapapun.

Kakashi menjauh dari pintu dan mengecek kondisi di luar.

Lorong begitu sepi.

Mata hitamnya melirik ke bawah. Ia memandang ke tepi pintu dimana secarik surat berada di lantai. Ia memandang cukup lama. Mungkin surat itu terjatuh ketika ia membuka pintu. Kakashi mengambil surat itu lalu menutup kembali pintu apartemennya.

Kakashi membuka surat itu perlahan dan membacanya isinya.




Tolong jaga Sasuke.


.

.

.

.

.

Langit biru.

Uchiha Sasuke memandang langit yang begitu indah siang hari ini. Sudah lama ia terdiam di sana tanpa melakukan apapun. Ia hanya memandang langit sambil menunggu kedatangan seseorang. Hatinya begitu resah sejak ia menemukan sebuah catatan kecil di meja makan.



Jangan mencariku dan jaga dirimu, Sasuke.



Seseorang meninggalkannya tanpa menjelaskan apapun. Ia termenung memandang langit. Mungkin dirinya terlalu buruk untuk menemani hidup seseorang. Kini, rasa rindu yang ia miliki kian bertambah karena orang terdekatnya tiba-tiba meninggalkannya entah kemana. Yang bisa ia pikirkan adalah saudaranya mencoba mencari kehidupan yang lebih baik dan membuangnya begitu saja. Semakin ia memikirkannya, semakin terkikis rasa cinta yang ada di dalam dirinya, menabur rasa pedih dikala hatinya sudah dipenuhi luka karena pemikirannya sendiri.

Kini, ia sendirian.

Sasuke terdiam sangat lama. Langkah kakinya pun membawanya memasuki apartemennya. Kali ini, ia ingin fokus pada hidupnya dan mencari kerja sampingan untuk kehidupannya sendiri.

Ia tidak ingin peduli apapun lagi.

.

.

.

.

.

Kakashi memandang seorang remaja yang duduk di dekat tangga apartemen tersebut. Remaja itu mengusap seekor kucing yang sedang memakan ikan yang diberikan oleh remaja itu.

Tetangga yang tinggal disebelah apartemennya terlihat begitu tenang ketika ia bertanya tentang saudaranya dan menceritakan apa yang terjadi. Reaksi yang diberikan remaja itu tidak sesuai dengan perkiraannya. Ia berpikir remaja itu akan menangis ataupun panik. Entah karena ia mampu mengendalikan emosi, atau ia meredam semuanya setelah apa yang menimpa dirinya selama ini.

Kegiatan rutin tetangga apartemennya sekarang adalah memberi makan kucing. 

Menurut pandangannya, remaja itu baik-baik saja namun entah kenapa ia merasa cemas.

"Sasuke."

Sasuke melirik kearah Kakashi. Mata tajamnya begitu tenang dan ia menunggu hingga pria di depannya berbicara.

Kakashi memberikan tatapan ramahnya. "Mau ikut jogging sore denganku hari ini?"

"Tidak."

Remaja itu kembali menolak ajakannya. Sasuke memalingkan wajahnya dan memandang kucing di dekatnya. Ia termenung dan mengabaikan Kakashi. 

Kakashi bergerak mendekat, mendudukkan diri di sampingnya dan memandang langit sore hari ini.

"Kau terlihat sedih akhir-akhir ini. Bagaimana kalau kau memanfaatkan waktu luangmu untuk meningkatkan potensimu? Kau memiliki banyak kelebihan."

Sasuke termenung lagi lalu melirik. "Apa pekerjaanmu? Kau terlihat bahagia menjalaninya."

"Apa kau tahu SWAT Police?"

"Ya."

Kakashi memberikan tatapan ramahnya. "Itulah pekerjaanku. Aku menikmati pekerjaanku karena aku menyukainya. Ikut berkontribusi dan mengabdikan diri kepada negara sudah menjadi tujuan hidupku. Aku ingin bermanfaat bagi orang lain. Banyak hal yang aku dapatkan dari pekerjaan ini, termasuk pengalaman hidup. Yang paling penting adalah prinsip kami."

"Apa itu?"

"Bekerja seperti sniper. Tidak perlu menampakan diri, cukup lakukan tugasmu dalam diam dan fokus bekerja untuk mencapai sasaran. Yang paling penting adalah menjaga solidaritas dan persaudaraan bersama rekan seperjuanganmu."

Sasuke termenung dan Kakashi menepuk-nepuk bahunya untuk memberi semangat. "Aku tahu kau suka memikirkan banyak hal. Ketahuilah, kau itu berharga. Hal berat dalam hidup pasti berlalu. Kenangan memang sulit dilupakan, tetapi itu bukan alasan untuk terus hidup terpuruk. Semangatlah. Apa impianmu? Wujudkan impianmu dan persiapkanlah dari sekarang."

"Apa itu mungkin? Dengan kondisiku yang seperti ini?"

"Pasti bisa. Semua hal perlu diperjuangkan. Meski orang-orang meremehkanmu dan hanya memandang hasil, kau akan mengerti bahwa proses lebih penting. Meski hasil usahamu dihancurkan oleh orang lain, apa yang menjadi takdirmu akan tetap menjadi milikmu. Percaya hal itu."

"Menurutmu... Kenapa aku selalu ditinggalkan?"

"Apa kau tidak menyadarinya?"

"Tentang apa?"

"Setiap manusia ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Ada yang menemanimu dan bertahan di sisimu untuk menemani harimu, ada pula yang pergi karena waktu mereka untuk menemani hidupmu sudah selesai. Kita juga tidak bisa mengatur hal itu karena itu adalah hal di luar kendali kita. Semua hal yang terjadi juga memiliki alasan. Jadi, jangan berpikir buruk dan nikmati saja. Hargai dan syukuri apa yang kau miliki sekarang."

"Apa aku bisa melakukan itu?"

Kakashi tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Sasuke. "Kau pasti bisa. Percayalah. Aku akan membimbingmu."

Sasuke terdiam. Ia memperhatikan Kakashi yang berdiri dari kursi dan memandangnya dengan tatapan ramah.

"Ayo. Aku ingin melihat semangatmu. Kita mulai dengan jogging sore." ucap Kakashi.

Sasuke melirik kucing di dekatnya, melirik Kakashi, lalu memandang langit. Ia berpikir, mempertimbangkan hal itu cukup lama, sementara Kakashi semakin menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Sasuke berdiri dari kursi, lalu menaiki tangga menuju apartemennya.

"Aku ganti pakaian dulu."

Kakashi hanya memperhatikannya, menatap punggung tegap remaja yang terlihat tenang dan berusaha menutupi rasa semangatnya. 

Kakashi tersenyum dari balik maskernya.

Langit gelap yang memancarkan setitik cahaya.

Ia akan membantu remaja itu untuk menciptakan cahaya bintang di langitnya yang gelap.

EL-2 [ SasuSaku ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang