Ruangan itu terlihat penuh. Pembicara berjas putih terlihat di mimbar podium. Suara menggema dan dokter-dokter lainnya yang menjadi audien memperhatikan dengan seksama. Layar presentasi menampilkan beberapa topik materi dengan suara pembicara ahli memenuhi ruangan.
Waktu terus bergulir hingga mencapai titik akhir dari pertemuan mereka. Mereka mulai menutup pertemuan dan berdiri untuk meninggalkan tempat. Setelah menyapa dan mengobrol, dokter-dokter itu berpisah dan meninggalkan hotel yang menjadi tempat pertemuan. Mereka kembali menjalani aktivitas masing-masing setelah menghadiri acara seminar tersebut.
Gadis itu memasuki mobilnya. Ia meletakkan jas putihnya ke kursi samping dan menghidupkan mesin mobil. Menarik sebuah papan di atap mobil, ia memandang wajahnya di kaca pada papan tersebut dan merapikan rambut merah mudanya. Ia mendorong kembali papan ke atap mobil dan mengunci mobil. Kakinya bergerak menekan gas mobil dan meninggalkan wilayah hotel. Tujuannya adalah Rumah Sakit Tokyo.
Saat tiba, ia memarkirkan mobilnya dan membawa barang-barang penting. Ia segera meraih jas putihnya dan memakainya. Keluar dari mobil putihnya, ia memandang kearah ambulance di depan pintu lobby dan segera mempercepat langkahnya.
Brankar itu diturunkan dari mobil ambulance dan tim medis segera mengelilingi brankar tersebut. Pemeriksaan singkat dilakukan dan tim medis segera mendorong brankar menuju ruang IGD.
Jas putih itu berkibar akibat langkah cepatnya. Hentakan dari sepatu ber-hak tebal memecah keheningan. Beberapa perawat terlihat memanggilnya. Ia menghampiri ranjang salah satu pasiennya.
Mata emeraldnya memperhatikan setiap sisi tubuh pasien lalu meraih stetoskop. Ujung stetoskop menempel pada kulit pasien di berbagai sisi, mendengarkan dengan seksama irama detakan jantung dan suara paru-paru pasien. Tangannya beralih mengambil senter kecil sebagai alat bantu pemeriksaan pasien. Ia memberi instruksi untuk membuka mulut dan pasien melakukan instruksinya. Ia mengamati dengan sinar senter kecil yang menyinari bagian dalam mulut. Ia beralih memberikan instruksi pada perawatnya dan perawatnya segera melakukan tindakan sesuai arahannya.
Dokter muda itu bergerak menuju ruang kerjanya. Ia mendudukkan dirinya di kursi dan bersiap mengisi laporan berkas pasien. Tak lama, seseorang memasuki ruangannya. Sakura tersenyum memandang rekan kerjanya yang kini menduduki kursi di depannya.
"Hai, Sakura."
"Ya, Ino. Ada apa?"
"Maaf mengganggu pekerjaanmu. Ini tentang informasi panti asuhan yang kau bicarakan waktu itu."
Sakura mengangguk dan memandang berkasnya. Tangannya menggoreskan tinta bolpoin pada berkas sekaligus menyimak pembicaraan rekannya. "Apa mereka menyetujuinya?"
"Pemilik panti asuhan itu menolak layanan edukasi yang kau tawarkan."
"Sepertinya aku harus membujuk mereka lagi. Mereka tidak pernah menerima program apapun dari pihak luar. Lebih baik jika anak-anak yang berada di panti asuhan mendapat bantuan edukasi ataupun program kesehatan terbaik dari rumah sakit kita."
"Mungkin mereka sudah memiliki mitra yang bagus." balas Ino.
Sakura menghentikan gerakan tangannya lalu memandang Ino. "Kita melihatnya waktu itu, Ino. Hanya anak-anak sehat yang mereka perhatikan dengan baik. Beberapa anak yang sakit dan kekurangan gizi mereka biarkan begitu saja. Pasti ada yang salah dalam pengelolaan panti asuhan itu."
"Kau tahu? Aku baru mengetahuinya tadi. Aku mendengar sesuatu pada berita pagi ini."
"Berita?"
"Ya. Pemilik panti asuhan itu terseret suatu kasus. Ku dengar, perdagangan organ tubuh manusia. Pemilik panti asuhan itu tidak beres."
KAMU SEDANG MEMBACA
EL-2 [ SasuSaku ]
Fanfiction[ proses revisi ] Cinta memberikan rasa sakit, cinta pula yang menyembuhkan. Cinta membuatku bertahan. © pcyraymel