Sudah terhitung dua hari Lavanya izin tidak masuk sekolah. Tiap diabsen pun gadis itu tidak pernah hadir tanpa Nero tau alasannya apa. Dia hanya tau Lavanya izin, hanya itu.
Rasanya tenang 2 hari tanpa Lavanya, Nero tidak perlu darah tinggi karena dibuat emosi oleh kelakuan gadis itu, tapi harinya menjadi sepi.
Membuang rasa gengsinya jauh-jauh, akhirnya Nero memantapkan hatinya untuk bertanya pada Anasera yang notabene-nya adalah sahabat dekat gadis itu. Pasti Anasera tau Lavanya kemana, pasalnya saat Nero datang ke kost pun Lavanya tidak ada. Ke toko kue juga tidak ada. Gadis itu hilang.
"Ser!"
Anasera yang tengah sibuk menghitung banyak angka di soal-soal yang diberikan guru itu mendongak menatap Nero bingung. "Apa?"
"Lavanya kemana, kok dua hari gak masuk?"
"Ada angin apanih lo nanya-nanya sahabat gue? Kangen?" goda Anasera dengan alis naik turun.
Sesuai dugaannya, bukannya mendapat informasi, Anasera pasti akan menggoda dirinya. Kangen? Hah mana ada, Nero cuman penasaran aja kok?"Gajadi nanya deh gue." Nero memutar bola matanya malas kembali ke tempat duduknya.
"Ih baperan banget sih lo."
Kelas mereka sedang jam kosong tapi diberi tugas untuk mengerjakan 20 soal Matematika. Nero sudah selesai dalam waktu 10 menit saja.
Di kelas 12 IPA 1 tidak ada yang akan mencontek jawaban teman saat mereka sudah terlebih dulu mengerjakan tugas, karena di sini semua pintar berusaha untuk mengalahkan satu sama lain meski statusnya sahabat sekalipun, kalau masalah nilai harus tetap saingan.
Anasera berdecak, menutup buku catatannya lalu menghampiri Nero. "Lo mau tau Lavanya gak?"
"Udah gak mood."
"Kayak cewek udah gak mood," sambar Arkana terkekeh. "Rese lo."
"Idihhh, gamau yaudah."
Menjalani hari-harinya dengan perasaan penasaran sungguh tidak menenangkan. Kali ini Nero kalahkan ego dan gengsinya, cowok itu duduk di tempat duduk Lavanya yang kosong.
"Lavanya kemana."
"Tadi katanya gamau," ketus Anasera. "Mau lohhh," gemas Nero.
"Oke gue jelasin. Lavanya izin pulang ke kotanya."
"Hah?"
"Ya iya, dia kan di Jakarta ngekost. Rumah aslinya di Semarang, izin 3 hari, palingan besok-besok dia berangkat kok."
"Jadi dia pulang?" beo Nero. Anasera mengangguk sebagai jawaban. "Iya, katanya Mama-nya sakit. Jadi dia izin gak masuk 3 hari."
Nero baru tau tentang hal ini, dia pikir Lavanya ngekost karena jarak rumah dia dan sekolah jauh, sempat berpikir rumah Lavanya itu di pelosok. Ternyata malah beda kota.
"Lo ada alamat dia gak?"
"Hah? Ngapain lo nanyain alamat segala? Mau ngelamar Lavanya?"
Benar ya, persahabatan itu gak jauh beda sifatnya. Lavanya dan Anasera sama-sama menyebalkan. "Gue ada tugas dari Bu Safira, urgent. Makanya harus diomongin langsung sama Lavanya," alasannya yang sedikit tidak masuk akal.
Anasera menatapnya dengan curiga, kedua matanya menyipit. "Oke boleh, walau gue tau lo bohong gapapa gue tetep bakalan kasih alamat Lavanya ke lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
NERO LAVANYA [SELESAI]
Teen Fiction"Kalahin gue dulu di semester ini, gue turutin 1 permintaan kalau lo berhasil kalahin gue." Nero dan Lavanya adalah dua rival di sekolah, bersaing ketat untuk meraih peringkat 1. Nero yang selalu unggul membuat Lavanya bertekad mengejarnya, dan pert...