"Selamat Pagi anak-anak."
"Pagi Ibuuu."
"Oke kalian pasti sudah tau kan hari ini Ibu akan mengetes kecepatan kalian dalam menghitung lagi. Siapa yang paling cepat angkat tangan dan menjawab benar akan mendapat 1 point plus pada pelajaran Ibu."
Nero yang tadinya lemas karena baru saja keluar dari Rumah sakit tapi memaksakan diri untuk masuk kelas hari ini pun langsung semangat mendengar ucapan Bu Safira. Biasanya dia mendapat point paling banyak di antara yang lainnya.
"Tapi permainan kali ini ditarget, buat yang udah menjawab 5 kali benar, tidak bisa menjawab lagi. Bagi-bagi point buat yang belum sempat menjawab, paham?"
Nero mendesah kecewa, kenapa peraturannya berubah? Padahal dia sudah yakin bisa menjawab semua soal yang akan diberi oleh Bu Safira.
"Maaf Bu, kenapa peraturannya berubah ya? Tes kecepatan kemarin bebas tuh mau jawab berapa aja," kata Nero protes.
Bu Safira tersenyum, tau kalau murid-muridnya ini ambis semua. "Gantian Nero buat yang belum dapetin point, lagian di Ibu point kamu udah banyak banget. Kasihan loh temen-temen kamu yang belum dapet point."
"Tau tuh, lagian kayak bisa aja jawab semuanya," sambar Lavanya yang langsung mendapat tatapan sinis oleh Nero. "Kenapa lo? Kalah saing sama gue?"
"NGACO. Yang ada lo yang takut kalah saing sama gue."
Di luar jam pelajaran Nero dan Lavanya bisa akur, tapi kalau sudah masalah nilai, keduanya pasti bercek-cok tidak ada yang mau mengalah.
"Gue? Kalah saing sama lo? Mimpi," kata Nero menatap sinis Lavanya.
"Udah-udah jangan ribut. Ibu mau mulai permainannya," lerai Bu Safira sudah sering kali melihat Nero dan Lavanya meributkan nilai.
"Jadi sesuai yang Ibu bilang, buat yang udah dapet 5 point, gak boleh ngejawab lagi, gantian buat yang belum dapet point. Sistem soalnya Ibu bacakan dan yang tau jawabannya langsung angkat tangan."Semuanya mulai siap di meja masing-masing, ada yang menyiapkan coretan di kertas kosong dan ada juga yang hanya pakai jari atau bahkan tanpa menghitung pun sudah tau jawabannya, contohnya Nero dan Lavanya.
Bu Safira mulai membacakan soal dari yang paling termudah. "Hasil dari 6 faktorial."
"SAYA BU!" Lavanya mengangkat tangannya cepat, gadis yang paling menyukai Matematika faktorial itu langsung mendapat jawaban tanpa menghitung. "Jawabannya 720."
"Betul Lavanya, kamu mendapat 1 point."
Nero melirik Lavanya dengan sinis, gadis itu terlihat begitu bangga bisa menjawab soal pertama dan mengalahkan dirinya. Tatapan keduanya beradu, Lavanya menjulurkan lidahnya meledek seakan berkata, 'mampus gue kalahin lo'.
KAMU SEDANG MEMBACA
NERO LAVANYA [SELESAI]
Teen Fiction"Kalahin gue dulu di semester ini, gue turutin 1 permintaan kalau lo berhasil kalahin gue." Nero dan Lavanya adalah dua rival di sekolah, bersaing ketat untuk meraih peringkat 1. Nero yang selalu unggul membuat Lavanya bertekad mengejarnya, dan pert...