45. Ayo... putus.

8.6K 862 166
                                    

     Setelah libur 2 bulan lebih, akhirnya Mahasiswa masuk semester baru. Tahun ini, Lavanya sudah semester 5, akan mulai disibukkan dengan memikirkan judul skripsi. Meski masih terbilang lama, namun dia harus mulai memikirkannya, tidak mau membuang-buang waktu.

     Dia dan Nero juga sudah kembali ke perumahan panorama. Setelah nyaris berlibur lama di Semarang dan Nero di Jakarta.

     "Woi bangun!"

     Lavanya mendengus kesal di dalam kamarnya saat suara teriakan Nero sudah terdengar di luar rumah. Bahkan berkali-kali cowok itu memencet bel.

     Hari-hari seperti dulu, akan terulang kembali.

     Lavanya menyambar almet miliknya sebelum pergi keluar menemui Nero. "BISA GAK SIH LO JANGAN TERIAK-TERIAK?! Berisik tau gak?!"

      "Lagian gue chat ga dibales, gue call gak diangkat. Ya gue mikirnya lo masih ngebo lah," jawab Nero.

      "Gue lagi siap-siap, monyet," kesal Lavanya.

      Memang tidak ada yang bisa diharapkan antara mereka berdua. Nero yang merasa aneh saat bucin ke Lavanya, dan Lavanya yang merasa geli saat dibucinin. Alhasil, mereka berdua memilih kembali ke stelan pabrik dengan status yang berbeda.

      "Santai dong, pagi-pagi udah ngegas."

      "Lo yang bikin gue emosi ya Neroooo!" seru Lavanya memberikan pukulan ke lengan cowok itu.

      Nero menyengir. "Iya-iya maaf, ayo berangkat."

      Lavanya memeluk erat perut Nero saat keduanya sudah berada di atas motor. Seperti kebiasaan dulu, tangan Lavanya akan diusap lembut oleh Nero, menyalurkan rasa nyaman pada gadisnya.

      "Nanti ada Adek tingkat baru lohh, makin banyak saingan gue," kata Lavanya mengeraskan suaranya.

      "Ya emangnya kenapa, mau sebanyak apapun cewek di luaran sana yang suka ke gue. Gada tuh yang bisa bikin gue kesel tiap hari selain lo. Lo itu unlimited, beda dari yang lain, aneh, makanya gue suka," jawab Nero.

      "Lo sebenernya muji gue apa ngehina?" gemas Lavanya mencubit pinggang Nero

      "Sakit woii, biru-biru badan gue asli."

      "Bodo amat!"

      Sebelum ke gedung fakultas kedokteran, Nero mengantar Lavanya terlebih dulu ke gedung farmasi. Cowok itu merapikan rambut Lavanya yang berantakan. "Dah, belajar yang rajin."

       "Tanpa lo ngomong gitu juga gue udah rajin belajar."

       "Ya kan niatnya nyemangatin, tai," kesal Nero.

       "Santai dong, santai. Dah ah, gue mau masuk kelas. Bye."

       "Untung cewek gue." Nero mengelus dadanya sabar.

***

       Setelah sekian lama, akhirnya Lavanya bertemu kembali dengan Amora. Mereka berdua berpelukan menyalurkan rasa rindu, pasalnya hampir 2 bulan Amora menetap di Bandung.

       "Ih kangen banget aku."

       "Aku juga," balas Amora.

      Rayan datang membawakan roti coklat dengan botol minuman pada Amora. "Ini pesanan kamu."

      "Terima kasih Rayan."

      Rayan mengangguk seraya tersenyum manis menatap Amora, cowok itu duduk di sampingnya.

      Interaksi yang baru saja Lavanya lihat berhasil menarik perhatiannya. Baru kali ini Lavanya melihat Rayan membelikan minuman pada Amora, di mana sebelumnya mereka berdua hanya mengobrol seperlunya.

NERO LAVANYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang