"Neroo!"
"Iya Bundaa." Nero menutup buku Matematikanya saat Bunda Valerie memanggilnya dari ruang tengah.
Cowok dengan style kaos hitam dan celana jeans di atas lutut itu mengacak rambutnya. Keluar dari kamar setelah merapikan meja belajar. Hari-harinya hanya digunakan untuk belajar, terdengar membosankan memang. Tapi bagi Nero healing terbaik adalah belajar. Lagi pula kalau dirinya tidak belajar, yang ada nanti bisa terkejar oleh gadis rese bernama Lavanya.
Menuruni anak tangga, Nero memeluk Bundanya yang tengah menonton televisi tanpa memedulikan seseorang yang sudah menatap penuh cemburu ke arahnya. "Kenapa Bunda?"
"Nero, lepasin Bundamu. Itu punya Ayah," tegur Drake melepas pelukan Nero pada Valerie. Mau statusnya darah dagingnya sendiripun, dia tetap cemburu. Terlebih Nero sudah dewasa sekarang.
"Lebay banget si Yah, sama anak sendiri cemburu." Drake mendengus kesal mendengar ucapan Nero. "Jelas, Bundamu cantik. Siapa sih yang gak takut cowok di luaran sana suka sama dia."
"Ya tapikan Nero anak Bunda Yahhh."
"Kamu cowok kan?" Nero mengangguk lugu. "Yaudah, sama aja."
Nero mendengus kesal. "Lagian sana cari pacar, biar gak peluk-peluk Istri Ayah mulu." Drake membawa Valerie ke dalam pelukannya, memberikan tatapan penuh peringat pada Nero.
"Ayah liat-liat kamu gak pernah deket sama cewek, tiap hari pacaran sama buku paket. Nanti anaknya yang keluar rumus baru."
"Ngaco, Nero punya cewek yaa." Drake dan Valerie langsung menegakkan tubuhnya kepo. "Siapa?" tanya keduanya.
Nero terdiam, seketika ingatannya tertuju pada gadis rese yang selama ini menjadi rivalnya. Lavanya si gadis sok pinter yang mau mengalahkannya, Lavanya yang selalu berhasil membuat Nero kesal di kelas.
"E-em, ada dong. Kepo ih kalian."
Valerie dan Drake mendengus, sudah menebak Nero berbohong. Bagaimana mungkin putranya mendapat pacar jika tiap hari kegiatannya hanya belajar di kamar, keluar rumah pun seraya membawa buku catatan untuk kembali mempelajari materi yang baru diterangkan guru.
Valerie kadang takut putranya ini akan menjadi perjaka tua karena tidak pernah bergaul dengan wanita.
"Bunda kenapa manggil Nero?" tanya Nero sekali lagi karena belum mendapat jawaban.
"Kamu ke toko kue sana, Bunda pengin banget yang kayak di tiktok-tiktok itu lagi viral. Namanya kalau gak salah milk bun." Valerie menunjukkan bentuk roti yang dia inginkan di fyp Tiktok-nya. "Tadi Bunda udah nyari yang deket dari kita, ada di toko kue Queena Cakery."
"Sekarang banget Bunda?" Pasalnya sudah jam 4 sore dan Nero juga belum mandi. "Iya, Bunda pengin banget plisss. Yang rasa dark coklatnya satu ya kalau ada."
Drake mengusir putranya. "Hus sana, disuruh Bunda harus nurut."
"Baik Ayah, Nero ambil jaket dulu di kamar. Hanya itu titipan Bunda?" tanya Nero sekali lagi, biar sekalian dia keluar karena bagi Nero tiap dia keluar rumah tanpa urusan yang jelas hanya akan membuang-buang waktu belajarnya.
"Ayah nitip rokok sayang." Timpukan berhasil mendarat di lengan Drake dengan keras, Valerie menggeleng ke Nero. "Jangan beliin. Ayah kamu ngerokok mulu dari kemarin."
Nero terkekeh, cowok itu kembali ke kamar untuk mengambil jaket hitam miliknya. Sama halnya seperti Drake, Nero juga pecinta warna hitam. Baginya cowok akan lebih gagah saat menggunakan pakaian serba hitam, tapi kalau ganteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
NERO LAVANYA [SELESAI]
Novela Juvenil"Kalahin gue dulu di semester ini, gue turutin 1 permintaan kalau lo berhasil kalahin gue." Nero dan Lavanya adalah dua rival di sekolah, bersaing ketat untuk meraih peringkat 1. Nero yang selalu unggul membuat Lavanya bertekad mengejarnya, dan pert...