Shani masih ada di apart cio, dia takut untuk pulang takut bertemu ibu nya dengan kondisi yg kaya gini. Dari pagi sampai sore shani mendiami gracio entahlah rasanya lelah untuk mengucapkan satu kata pun.
Cio yg melihat kondisi shani yg sekarang dia sangat merasa bersalah, dia sudah bilang ke shani kalo dia akan bertanggung jawab dan mengajak shani pulang untuk membicarakan ini sama ibu nya, tapi shani malah menolaknya.
"Aku harus gimana sayang biar kamu gak diemin aku" ucap cio lirih
Shani melirik cio lalu membuang pandangan kearah lain.
"Harusnya kamu bersyukur ketemu nya sama aku waktu malam itu, gimana kalo kamu ketemu sama orang yg menjebak kamu.? Apa kamu bakal diem seperti ini atau bahkan lebih.? Aku udah bilang udah yakinin kamu bahwa aku akan bertanggung jawab dan akan nikahin kamu, kenapa kamu seolah olah meragukan aku.? Kamu udah gak cinta sama aku.? Kamu udah gak punya perasaan sama aku.? Shan sebelum kejadian ini terjadi aku udah bilang kan sama kamu kalo aku mau serius sama kamu, tolong percaya sama aku percaya sama perasaan tulus aku" jelas cio sambil jongkok didepan shani yg duduk di sofa.
"Hiks hiks a aku cuman syok atas kejadian ini hiks, aku gatau harus gimana, ibu sama ayah pasti kecewa sama aku hiks hiks aku udah ngecewain mereka hiks" ucap shani lirih.
"Kita lewatin ini sama sama ya, aku gak bisa lewatin ini kalo cuman aku seorang, begitupun kamu gak bakal bisa kalo cuman kamu seorang" ucap cio.
Shani mengangguk pelan dan cio langsung memeluk tubuh shani.
"Kita pulang ya, ibu pasti khawatir" ucap cio.
"Aku takut" ucap shani lirih.
"Jangan takut ada aku" ucap cio meyakinkan.
Greshan sudah ada dirumah ibu sarah, cio duduk didepan bu sarah sedangkan shani dia membuat minuman di dapur.
"Ada apa nak.? Kayanya ada sesuatu yg pengen kamu sampaikan" tanya sarah.
"Emm sebelumnya cio minta maaf bu" ucap cio gugup.
"Minta maaf karna.?" tanya sarah.
"Cio dari jauh2 hari sudah ngobrol sama shani untuk membawa hubungan kita ke jenjang lebih serius, cio juga udah ngobrol sama kedua orang tua cio akan hal ini" ucap cio menjeda ucapannya dan menarik nafas panjang, kebetulan shani juga sudah selesai membuatkan minum dan duduk disamping ibu nya.
Sarah mendengarkan penuturan dari pacar anaknya, dia seneng akhirnya shani akan menikah dan menemukan orang yg bikin ia bahagia.
Sebelum lanjut menjelaskan cio melihat shani yg menggelengkan kepalanya pelan, dia belum siap dengan reaksi ibunya setelah tau kejadian ia dan cio semalem.
"Bagus dong kalo kalian mau lanjut ke lebih serius, ibu setuju" ucap sarah senang.
"Emm i iya bu" ucap cio kikuk dia bingung harus dari mana ia memberitahu nya.
"Udah itu aja.? Apa ada hal lain yg kalian ingin sampaikan.?" tanya sarah.
Cio dan shani sama sama diam, mereka bingung harus memulainya dari mana.
"Cio ibu sudah mempercayakan shani kepada kamu kan nak, ibu harap kepercayaan ibu tidak kamu khianati" ucap sarah tiba2 yg membuat detak jantung cio dan shani berpacu dengan cepat.
"Maaf bu, maafin cio" ucap cio menunduk.
"Maaf karna kamu udah rusak kepercayaan ibu.?" tebak sarah. Ia sudah menduga semenjak anaknya gak ada kabar dan pulang dengan keadaan yg menurut sarah itu berbeda, apalagi ia sempet melihat dileher anaknya terdapat tanda merah dan melihat jalan anaknya yg sangat beda, filing seorang ibu emang sangat kuat.
"Kenapa.? Kenapa kalian...." ucap sarah tidak dapat melanjutkan ucapannya ketika sesak didada terasa.
"Bu maaf shani yg salah hiks maafin shani bu" ucap shani.
Gracio menarik nafasnya dan bersimpuh didepan sarah.
"Maafin cio telah merusak kepercayaan ibu, cio khilaf bu maaf, cio akan bertanggung jawab atas perbuatan cio" ucap cio lirih.
Sarah tiba tiba berdiri dan masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Bu ibu hiks bu maafin shani bu buka pintunya hiks" ucap shani menggedor pintu kamar ibunya.
Cio yg melihat pacarnya ia memitihkan air matanya, kalo saja ia bisa lebih menahan nafsu hal ini gak akan terjadi.
"Sayang" ucap cio berjalan mendekat.
"Kamu pulang hiks" ucap shani.
"Tapi...."
"Aku bilang pulang ya pulang gracio" tegas shani yg langsung mendorong tubuh cio keluar.
Setelah kepergian cio dan mengunci pintu rumahnya tubuh shani luruh kebawah dengan menangis histeris.
Sarah yg mendengar tangisan anaknya yg pilu hatinya tersayat, dia gak tega tapi ia kecewa dengan dirinya karna gak bisa mendidik anaknya dengan baik sampe berani melakukan hal kaya gituh.
Sarah membuka pintu kamar dan shani langsung berdiri menghampiri ibunya.
"Maafin shani bu maaf hiks" ucap shani dengan suara yg udah mulai habis.
"Harusnya ibu yg minta maaf, ibu gagal mendidik kamu sampe kamu ngelakuin hal yg dilarang, maafin ibu" ucap sarah lirih.
Shani menggelengkan kepalanya "engga ini bukan salah ibu, ini salah shani bu maafin shani" ucap shani.
"Kamu masuk kamar dan istirahat" ucap sarah yg akan masuk ke kamarnya lagi tapi shani langsung memeluk ibunya dari belakang.
"Bu maaf shani sudah bikin malu keluarga, kalo ibu mau shani akan pergi biar ibu gak nanggung beban anak seperti shani yg udah ngecewain ibu" ucap shani.
"Bukan itu jalan keluarnya shani, masuk kamar dan intropeksi atas perbuatan dan ucapan kamu tadi" ucap sarah tegas dan melepaskan tangan shani yg melingkar diperutnya.
"Maaf bu" ucap shani lirih, dan masuk ke kamarnya ia menuruti perkataan ibunya untuk intropeksi diri.
"Ayah shani butuh ayah, shani butuh pelukan ayah, tapi ayah pasti bakal kecewa sama shani kaya ibu yg kecewa sama shani, hiks ayah benar kalo shani itu anak yg gak berguna hiks, ayah juga benar kalo shani anak pembawa sial hiks, maafin shani ayah ibu" ucap shani lirih mengusap foto keluarganya pas ua masih kecil.
Sedangkan dikediaman gracio.
"Papi papiii" teriak cio
"Abang berisik" ucap chika.
"Papi mana.?" tanya cio
"Keluar kota, kenapa sih panik gituh" ucap chika.
Cio mengepalkan tangannya lalu ia pergi ke kamarnya dan mengunci pintu.
"Arrrgghhhh kenapa jadi kaya gini sih anj*ng bugh bugh "teriak cio sambil memukul dinding.
•
•
•
TBC
Jangan lupa vote dan komen!
Semakin banyak vote semakin cepet buat up.