Shani terbangun dari tidurnya, ia mengernyit ketika ia berada dirumah sakit.
"Eugh" shani memegang kepalanya yg terasa pusing.
"Sayang udah bangun, minum dulu ya" ucap cio mengambilkan minum buat shani.
"Apa yg sakit hemm" tanya cio. Ketika shani memejamkan matanya menahan kesakitan.
"Kepala aku sakit" ucap shani lirih.
"Bentar aku panggil dokter dulu ya" ucap cio.
Shani melihat kepergian cio lalu ia membuang nafasnya kasar.
"Gimana dok.?" tanya cio.
"Pusing ini karna terlalu memikirkan hal hal yg berat, saya sarankan jangan terlalu memikirkan sesuatu dulu dan jangan stres biar ibu dan anaknya kuat" ucap dokter.
"Oiya makasih dok" ucap cio yg diangguki dokter lalu pergi keluar.
"Makan dulu ya biar bisa minum obat" ucap cio.
"Aku mau pulang" ucap shani pelan.
"Disini dulu ya sampai keadaan kamu membaik, makan ya aku suapin" ucap cio.
Shani menggelengkan kepalanya tanda ia tidak mau makan, cio menghela nafasnya lalu duduk disamping shani ia memegang tangan shani yg tidak di infus lalu mengecup tangan shani.
Shani menarik tangannya dan membalikkan badannya jadi memunggungi gracio, ia menangis dalam diam dia gak tau harus bagaimana sekarang.
"Aku telpon ibu suruh kesini ya" ucap cio menyentuh pundak shani.
"Jangan hiks aku belum siap" ucap shani.
"Yaudah iya, tapi kamu makan dulu dikit aja sayang kasian baby nya kalo kamu gak makan" ucap cio membujuk shani.
"Biarin aja biar dia mati sekalian" ucap shani yg memancing emosi cio.
Cio mengepalkan tangannya kuat, dia mencoba meredam emosinya. "Shan pliss jangan egois, ia tak salah shan, kalo kamu mau nyalahin ini semua jangan salahin anak kita, salahin aku saja kamu bebas mau lakuin apapun ke aku, tampar aku pukul aku, lampiasin amarah kamu ke aku tapi aku mohon jangan sama anak yg gak berdosa itu shan" ucap cio yg membuat shani nangis kejerr
"Makan dulu ya sedikit aja aku mohon" ucap cio lirih, dan akhirnya shani luluh ia mau makan walaupun cuman beberapa suap.
"Sekarang minum obatnya ya" ucap cio menyerahkan obat shani yg shani langsung minum tanpa bantahan lagi.
Setelah itu hp cio berdering dan ternyata ibu shani menelpon nya.
"Ibu nelpon shan" ucap cio melihat layar hp.
"Jangan kasih tau dulu ibu, aku belum siap" ucap shani. Cio mengangguk lalu mengangkat telpon dari sarah.
"Hallo bu".
"Halo cio, shani sama kamu.? Ibu udah telpon dia beberapa kali tapi hp nya gak aktif"
"Ibu tenang ya, shani sama cio bu, shani sudah tidur tadi pulang kerja shani kecapean makanya tidur di apart cio"
"Kamu gak akan macem macem lagi sama anak ibu kan."
"Engga akan bu, maaf kalo cio udah ngerusak kepercayaan ibu, tapi untuk sekarang cio bener2 gak akan macam2 lagi bu"
"Yaudah ibu pegang omongan kamu, kalian pisah kamar"
"Iya bu"
"Yaudah ibu tutup"
Tuut!
Cio tersenyum kearah shani ketika telpon itu mati. "Semuanya akan baik baik saja sayang" yakin cio.
"Kamu tidur ya udah malem" ucap cio dan shani membalikan lagi badannya memunggungi gracio.
***
Setelah shani diwarat satu hari kini ia diantar oleh cio kerumahnya, ia terus maksa cio untuk tidak ngasih tau ibu nya sekarang karna dia bener2 belum siap.
Sehabis nganter shani pulang kerumahnya cio juga langsung kerumah abangnya bukan pulang kerumahnya, dia ingin berdiskusi masalah ini sama abangnya siapa tau abangnya punya solusi.
"Abang nya ada kak.?" tanya cio ketika disuruh masuk.
"Abang ke kantor dong, kamu gak kerja emangnya" ucap cindy.
Cio bener2 lupa hari gara2 terlalu mikirin masalah ini.
"Sibuk gak ya dia, ada yg mau cio obrolin" ucap cio.
"Telpon aja coba" ucap cindy dan cio langsung menelpon abangnya dan menyuruhnya pulang cepet karna penting.
"Ada apa sih.?" tanya cindy ketika cio menutup telponnya.
"Nanti juga kka tau" ucap cio.
"Udah makan belum.? Kalo belum makan dulu sana" ucap cindy.
"Cio belum laper kak, makasih ya cio mau minum aja" ucap cio yg berjalan ke dapur.
Setelah mengambil minuman dingin cio duduk kembali disamping kka iparnya sambil menunggu abangnya yg sedang dijalan pulang.
"Ada apa sih yo, nyuruh abang pulang udah tau gue banyak kerjaan" ucap jaenan yg baru datang.
"Lebih penting adiknya atau kerjaan sih lo" ucap cio.
"Kerjaan lah bisa menghasilkan uang" ucap jaenan.
"Cepet ada apaan.?" tanya jaenan.
"Bang gu gue ngehamilin...."
"APAA gilaaa lo" bentak jaenan memotong ucapan cio.
"Cewe mana yg lo hamilin hah, gak bersyukur banget punya pacar kaya shani" ucap jaenan marah.
"Yg gue hamilin shani bang" ucap cio yg membuat abang dan kka nya diam mematung.
"Kurang ajar, bugh bugh bugh" ucap jaenan yg langsung menonjol pipi dan perut cio.
"Sayang udah jangan pake kekerasan" ucap cindy menarik tangan jaenan.
"Lo kalo gak tahan buat nikah bukan gini caranya gracio, dimana akal sehat lo sampe2 ngerusak masa depan anak orang" ucap jaenan.
"Sorry bang gue gak bisa nahan nafsu gue, gue kesini mau minta solusi dari lo bang gue harus gimana" ucap cio lirih.
"Lo masih tanya harus gimana.? Tanggung jawab dan nikahin dia." ucap jaenan.
"Duduk dulu ya duduk dulu, jangan kaya gini kita ngobrol baik baik" ucap cindy menarik tangan suaminya untuk duduk dan cio pun juga duduk didepan abang dan kka nya.
"Gue juga mau nikahin shani bang bahkan sebelum hal ini terjadi gue udah mau serius sama dia, tapi bagaimana dengan mami bang sampai sekarang mami gak ngasih restu buat gue dan shani, mami belum bisa nerima shani. Gue bingung bang harus gimana" jelas cio yg diakhiri ia memegang kepalanya dan menunduk.
"Mau gak mau tanpa restu mami lo harus nikahin shani cio, ada darah daging lo diperut dia" ucap jaenan.
"Sayang tolong telpon mami sama papi suruh mereka kesini" titah jaenan dan langsung dituruti oleh cindy.
"Itu pasti bukan anak kamu cio, jangan termakan ucapan dia"
•
•
•
TBC
Jangan lupa vote dan komen!
Semakin banyak vote semakin cepet buat up.