Thom Jan Marinus Haye (Marinos)
Rafael William struick (Liam)
Nathan Noel Romeo tjoe Aon (Nathan)
Shayne pattynama (Shayne)
Jay Idzes (Jay)
Marselino Ferdinan (Leon)Beberapa nama ada yang aku buat berbeda ya. Atau alias. Kalian bisa ingat-ingat diatas. Terimakasih
.
.
.
.
.Pukul empat sore, Aruna sudah siap dengan semua perlengkapannya untuk pulang. Ia sudah berada ditempat parkir kantor dan helm juga terpasang rapi dikepalanya. Ia tinggal menjalankan motornya saja.
Meski hal semudah itu, Aruna tidak dapat melakukannya. Bukan. Bukan karena Aruna mendadak lumpuh ataupun Aruna yang tiba-tiba hilang ingatan jalan pulang untuk kerumah. Hanya saja, sosok tinggi dengan masker dan topi yang melindungi sebagian tubuhnya membuat Aruna menghentikan aktivitasnya.
Aruna yang masih duduk diatas motor hanya melihat sosok didepannya dengan alisnya yang terangkat sebelah, This is big surprise right? Batin Aruna menjerit gila "....."
Namun, Jangan kalian pikir Aruna akan mengeluarkan suaranya untuk sosok itu. Aruna hanya memperhatikan sosok itu tanpa berniat untuk basa-basi. Ayolah, tenaganya hari ini benar-benar terkuras habis dan jika ia mengeluarkan suaranya, maka sudah dapat dipastikan hanya emosi yang akan keluar. Karena sosok didepannya itu adalah awal mula yang menjadi mood buruknya hari ini.
"Runa we need talk"
"I don't think so"
"Please. I'm sorry okay? Motor mu biar disini aja. Kamu ikut aku dulu. Kita bicara"
"Kamu sadar kehadiran kamu disini ini bahaya!"
Aruna yang sejak tadi was-was sebenarnya akhirnya tidak tahan untuk mengungkapkan rasa kesalnya. Kenapa laki-laki ini nekat sekali menemuinya ditempat umum. Meskipun saat ini suasana disekitarnya sangat sepi alias tidak begitu banyak orang. Namun, hari sial tetap saja tidak ada yang tahu bukan?
"Kalau gitu kita masuk mobil oke?"
Tidak ada pilihan lain. Dan akhirnya Aruna pun harus menuruti kemauan laki-laki didepannya ini. Ia menyimpan helmnya dalam jog motor, kembali memarkirkan motornya dan setelahnya ia dengan cepat memasuki mobil sesuai permintaan sang kekasih.
Kini ia duduk dibalik kursi penumpang depan. Didalam mobil pun, mereka tiba-tiba terdiam tanpa pembicaraan sedikitpun hingga membuat Aruna jengah sendiri. Aruna bahkan nggak tahu kemana laki-laki disampingnya ini akan membawanya. Mobil yang mereka kendarai sudah berjalan hampir 20 menitan.
"Kalau kamu cuma diem aja mending aku pulang!" Akhirnya ia tidak tahan juga.
"Wait ya Run. Aku masih sulit menghafal jalanan sini. Kita bicara kalau sudah sampai"
"Kamu bawa aku kemana sih?!"
"Oke kita sudah sampai"
"Villa?! Ngapain kita ke villa?"
Kenapa Aruna harus tergila-gila dengan laki-laki tua seperti Marinos? Kenapa juga takdir harus membawanya menjadi kekasihnya? Haruskah Aruna menyesalinya?
"Kita ada perayaan kecil-kecilan jadi aku rasa kamu juga harus ikut nemenin aku"
"Kamu udah gila? Kita? Yang kamu maksud kamu dan team kamu kan? Itu berarti ada--"
"Run, i know Rehan udah tahu soal kita kan?"
Bibir Aruna yang hendak terbuka lebar kembali merapat. Ia terdiam seribu bahasa seketika. Matanya menilik seseorang disampingnya yang kini juga menatapnya. Rinos tiba-tiba membawa kedua tangannya untuk digenggam. Runa tahu, ada pendar yang sulit Runa tafsirkan didalam bola mata coklat terang itu.