"What are you doing here Bro?"
Aruna yang baru menyelesaikan ganti bajunya, Harus dikejutkan dengan sosok Rehan sang kakak yang sudah menginjakkan kaki di rumahnya. Kapan kakaknya ini datang?
Sialan! Apa yang harus Aruna katakan? Ditambah lagi Shayne yang terlihat tenang duduk diatas sofa sambil menatap dirinya dan Rehan bergantian. Apa laki-laki itu tidak takut jika Rehan mencurigainya yang tiba-tiba berada disini?
"Harusnya kamu sudah ada di bandara kan? Setahuku aku lihat Cave disana tadi"
"Kamu nggak salah lihat Cave memang sudah di bandara"
"So? What are you doing here dude? Ada urusan apa?"
"Aku hanya mengembalikan travel bag milik Aruna"
Sialan Shayne. Dia nggak mungkin akan berkata yang sejujurnya kan? Aruna membatin cemas.
"Travel bag? Kenapa travel bag milik Runa bisa di kamu?"
"Dia melupakannya di klinik latihan tempo hari. Sebenarnya aku ingin menghubungi mu tapi aku nggak menyimpan nomor mu. Apalagi Aruna. Jadi, mumpung aku ingat rumahmu, jadi sekalian saja"
Mungkin kali ini Dewi Fortuna tengah berpihak pada Aruna. Karena terbukti ucapan Shayne yang sedikit masuk akal sebagai alasan itu mampu membuat sang kakak percaya begitu saja.
"Okay. Tapi harusnya kamu nggak perlu --"
"Ngapain mas kesini? Harusnya mas dapat jatah liburan kan?!" Aruna bergantian memotong kalimat sang kakak. Bukan tanpa alasan, Aruna hanya sedang mencoba peruntungannya untuk mengalihkan perhatian Rehan.
Dan ... Yap berhasil. Kini kakaknya itu sepenuhnya menetap dirinya. Karena memang bukan tanpa alasan dirinya menginjakkan kakinya di rumah kedua orangtuanya, "Bapak sudah telfon? Perihal bude Menik?"
"Sudah "
"Mas nggak bisa ikut liburan sama team. Dan sudah diberi izin"
"....."
"Yasudah kalau gitu. Mas kesini cuma mau ambil barang-barang bapak sama ibu. Kemungkinan ibu bapak disana bisa sebulan lebih Run"
"Kenapa lama sekali?!"
"Run, Fajar sama mbak Erna disana sendirian. Nggak ada lagi sanak saudara selain ibu. Jadi kamu tolong maklumi"
"Aku ikut kesana aja kalau gitu"
"Kasian Arin nggak ada temennya disini. Kamu dan Arin juga ada tanggung jawab disini. Kerja, dan Arin juga nggak bisa ninggalin pendidikannya gitu aja"
"....."
Keterdiaman Aruna sedikit tidak dipedulikan oleh Rehan karena laki-laki itu terlihat buru-buru untuk masuk kedalam rumah. Dan sesaat kemudian kakaknya sudah kembali dengan beberapa tas jinjing yang berada ditangannya.
"Mas tinggal ya Run. Disana nggak ada orang sama sekali. Tamu juga banyak banget"
"Hmm"
Namun baru beberapa langkah Rehan hendak mencapai pintu utama. Kedua kakinya berhenti, ia kembali menatap Aruna yang masih setia berdiri di dekat sofa.
"Run?"
"Apalagi?"
"Kamu libur kerja kan sampai Selasa depan?"
Kenapa mas nya ini bisa tahu kalau ia memiliki libur panjang? Aaah Aruna lupa. Orang tolol juga pasti tahu karena di kalender bulan ini memiliki beberapa tanggal merah kan?
"Kenapa?"
"Kamu mau gantiin kursi penerbangan mas? Sayang banget kalau kosong. Ketimbang kamu keluyuran nggak jelas di rumah nantinya. Kalau kamu mau mas telfon manager team sekarang biar nanti diurus"