Aruna melambaikan tangannya ketika berpamitan pada Nick. Dan setelahnya ia keluar dari dalam kamar penginapan milik Marinos. Hatinya sedikit lega ketika ia dan Marinos sudah mulai bicara tanpa canggung.
Bibirnya pun tersenyum lebar. Namun itu hanya berlangsung selama beberapa detik sebelum netranya bertabrakan dengan dua netra coklat bening yang berjarak kurang satu meter darinya. Sosok Shayne berdiri dengan congkak disana. Menatapnya dengan pandangan yang sulit Aruna tafsirkan.
Sialan! Sejak kapan kekasihnya itu berdiri disana? Kenapa juga dia harus ambil penginapan disini? Maksudnya kamar Shayne berada di depan kamar Marinos? Apa yang harus ia katakan sekarang? Jelas sekali laki-laki itu tengah menahan emosinya terbukti dari rahangnya yang rapat dan menegang.
"Sayang? Kok kamu disini?"
"Harusnya aku yang tanya begitu. Why are you here? Didepan kamar mantan pacar mu tepatnya?!"
Aruna gelagapan. Sial shayne dengan mode marahnya menyeramkan sekali. Atmosfer dingin seketika menusuk seluruh kulit tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang. Jujur ia takut.
"Shayne a-aku bisa jelasin. Aku hanya mengantar Nick jalan-jalan dan--"
"Dan melepas rindu dengan Ayahnya? Begitu kan?"
"Shayne nggak begitu. Aku serius aku dan Marinos nggak ngapa-ngapain didalem"
"Semua orang akan mencari pembelaan jika tertangkap basah bersalah Run"
"Shayne dengar, aku akui kalau aku salah. Tapi demi Tuhan aku hanya berniat mengajak Nick jalan-jalan tadi. Aku bertemu Nick di ruang konsesi"
Sialan! Aku juga tahu itu sayang! Aku bahkan melihat mu dengan bocah itu bertemu sejak awal. Dari bocah itu memberikan sapu tangannya padamu, ketika bocah itu memintamu untuk kembali pada Marinos dan berakhir dengan kamu yang masuk kedalam kamar penginapan Marinos. Bajingan ... Shayne meradang!
"Apa aku harus percaya karena aku ngga punya bukti nyata?"
Nafas Aruna berhembus pelan. Ia bergerak untuk lebih dekat dengan Shayne, "Kamu harus percaya. Aku bisa jamin aku nggak berbuat apapun"
"Kamu dan Marinos itu berhubungan lama Run. 4 bulan kita nggak ada apa-apanya ketimbang 2 tahun mu yang penuh kenangan dengan dia"
Sabar Aruna ... Laki-laki didepan mu ini hanya cemburu. Jadi jangan tersulut emosi atau kalian akan berakhir bertengkar hebat. Calm down princess.
"Kamu pasti capek ya habis latihan. Kamu istirahat aja ya. Kita ketemu besok pertandingan kamu. Aku bakal nonton kamu di bench. Aku dapat undangan khusus dari pak Ramos"
"Kamu mau menghindar gitu aja?!"
"Nggak sayang. Udah ya, kamu lagi capek aja jadi pikirannya aneh-aneh. See you nanti aku hubungi kamu"
Kecupan pada pipi Shayne itu menjadi salam perpisahan untuk keduanya. Aruna yang memilih untuk memberikan laki-laki itu waktu untuk sendiri. Berbeda halnya dengan Shayne. Laki-laki itu malah semakin meradang. Bertepatan dengan Aruna yang bergerak menjauhi nya, ia mengumpat dengan kasar.
FUCK!!!!
.
.
.
.
.Riuh suara para pendukung atlet sepakbola Indonesia begitu memekakkan telinga sekaligus membawa gelenyar rasa bahagia bagi mereka sang penggemar sesungguhnya olahraga dunia ini. Babak pertama sudah usai dan kini babak kedua baru dimulai. Suasana stadion semakin bergemuruh. Apalagi tadi Indonesia sempat tertinggal di awal babak.
Bibir merah Aruna tertarik untuk membentuk sebuah senyuman. Posisinya yang tengah duduk sebagai pendukung di kursi khusus para atlet itu membuat dirinya sedikit beruntung. Beruntung karena ia dapat melihat dengan begitu dekat dan jelas dengan para pemain. Sesekali Aruna memberikan reaksi gemasnya pada para pemain yang tengah bertanding di tengah lapangan sana.
Fokus matanya tak pernah luput dari pergerakan sang kekasih yang saat ini diberi kesempatan untuk bermain. Keringat yang sudah menyatu dengan tubuhnya bahkan bisa dibilang ia mandi keringat tak ia perdulikan. Yang ia pedulikan hanya Shayne Pattynama yang sangat terlihat bersemangat ketika mendapati operan bola dari salah satu temannya.
Hingga sekitar 5 menit kemudian, tubuh Aruna berdiri dan ia berteriak begitu heboh. Bukan hanya dirinya. Lebih tepatnya seluruh suporter yang berada di stadion melakukan hal yang sama seperti dirinya. Berteriak, tepuk tangan, melompat bahkan ada yang bernyanyi bersama. Disana, di tengah lapangan, seorang Pattynama berhasil menjebol pertahanan lawan mainnya.
Dua gol pun tercetak untuk tim Indonesia.
Bibir Aruna sontak meneriakkan nama sang kekasih. Para pemain juga bersorak heboh dan tentunya berselebrasi bahagia. Bibir Aruna semakin melebar ketika sosok Shayne bergerak mendekat kearahnya. Jantungnya berdebar dan pikirannya sudah kemana-mana.
Apa shayne akan memeluknya?
Namun hayalan Aruna barusan harus sirna seketika. Shayne Pattynama ternyata tidak bergerak mendekatinya. Laki-laki itu ternyata bergerak kearah tribun. Kedua netranya pun mengikuti kemana Shayne bergerak. Dan gotca! Aruna melihatnya. Shayne dengan baju merahnya tengah memeluk dua orang wanita. Satu berambut pirang dan satunya berambut hitam legam.
Kedua mata Aruna memicing untuk memastikan. Dan jantung Aruna mencelis seketika. Bukan, karena Shayne yang tengah memeluk sosok ibunya. Melainkan perempuan lain yang Shayne peluk juga. Wanita berambut hitam legam yang berada tepat di samping ibunya.
Ia tahu wanita itu. Meskipun tidak mengenalnya, tapi Aruna tahu siapa dia. Wanita itu .. mantan kekasih Shayne Pattynama. Nina.
Dan detik berikutnya, ketika Shayne melepaskan pelukannya, kedua iris mereka saling bertabrakan. Iris coklat madu dan iris coklat terang mereka beradu pandang. Tidak ada keterjutan dalam masing-masing pandangan mereka berdua. Hanya pancaran yang tidak dapat Aruna definisikan pada iris mata Shayne.
Sebelum akhirnya, Aruna yang memutuskan kontak mata mereka karena wasit lapangan sudah meniup peluitnya dna pertandingan akan kembali dilanjutkan. Begitu pula dengan Shayne yang dengan cepat kembali ke lapangan. Laki-laki itu sempat menatapnya cukup lama namun Aruna mengalihkan pandangannya.
.
.
."Guys ... Gue duluan ya. Udah kebelet banget nih. Byeee"
"Loh nggak nungguin Shayne mbak?"
"Aduh ntar aja. Gue lagi kebelet banget ni Leon. Selamat ya buat kemenangannya Byeee"
Itu hanya alasan! Iya tebakan kalian memang benar. Pergi ke toilet hanyalah alasan Aruna di akhir pertandingan ini. Ia hanya tidak mau melihat Shayne pattynama yang ia ketahui tengah berjalan kearah bench.
Ia tidak mau bersitatap dengan pria itu dan berakhir mereka akan kembali bertengkar. Jadilah Aruna yang mengalah. Menghindari pertikaian akan lebih baik menurutnya. Langkah kakinya ia percepat hingga Aruna sudah benar-benar keluar dari dalam stadion.
Di pintu masuk, Aruna tiba-tiba saja merosot. Tubuhnya jatuh terduduk dibawah pintu lebar itu. Nafasnya tersengal karena ia berlari cukup cepat tadi. Jantungnya masih berdebar. Memori sialan itu terus berputar di otaknya. Shayne Pattynama yang memeluk ibunya, Shayne pattynama yang memeluk mantan kekasihnya. Lebih tepatnya mantan tunangannya. Shayne Pattynama kekasihnya yang mencium--
Nggak Run! Jangan negatif thinking. Tenang Run. Itu hanya gerak reflek ketika seseorang mengalami hal yang bahagia. Kamu pasti tahu itu kan Aruna ... Jangan nangis! Please .. kamu nggak boleh berfikir aneh-aneh. Kamu harus percaya sama Shayne.
Lagipula tadi juga ada Mamanya Shayne jadi wajar aja Shayne nggak menghampiri kamu dulu. Dan untuk Shayne yang mencium dan memeluk Nina tadi itu pasti gerak refleknya.
"Tapi sakit banget ya dadaku rasanya"
SEE YOU NEXT PART
AKU NGEBUT YAA CINTA. PEGANGAN KALIAN BIAR NGGA OLENG WKWK😋HOTTES SHAYNE 💜