Aruna terbangun ketika sayup-sayup terdengar suara gemuruh petir yang menyambar. Keningnya mengerut untuk membiasakan bias cahaya yang menusuk kedua matanya.
Aruna mendesis pelan, sialan! Ia jadinya ketiduran?
Melirik rolex yang melingkar pada pergelangan tangannya, sudah pukul 7 malam jadi ia tertidur sekitar dua jam an?
"Sudah bangun?"
Kepala Aruna bergerak pelan. Dan seketika mendapati Shayne yang tengah mendekat kearahnya lengkap dengan sebuah handuk ditangannya.
"Sorry aku ketiduran"
"No problem Sayang. Aku lebih senang. Itu artinya kamu nyaman disini"
Aruna lagi-lagi melotot. Ia menatap laki-laki yang tengah bertelanjang dada itu dengan pandangan yang seolah-olah siap untuk menerkamnya.
Apa-apaan Shayne ini? Apa dia bilang sayang? Ia jelas tidak salah dengar kan? Padahal hubungan mereka baru resmi dua jam yang lalu bukan berarti Shayne seenaknya kan memanggilnya sayang?
Hallo Aruna ... Bukankah itu panggilang wajar seorang kekasih? Kenapa kamu mesti malu-malu? Jelas kamu menyukainya kan?
Tapi tetap aja ... Aruna masih belum terbiasa. Apalagi kalimat-kalimat Shayne beberapa saat yang lalu masih membuatnya terngiang-ngiang dan berdebar sampai sekarang.
"Apa kamu baik-baik saja soal status ku?"
"Status apa?"
"Kalau aku adalah mantan pacar Marinos. He's your friend Shayne"
"Sekalipun kamu mantan istrinya, Aku nggak perduli Run. I just wanna You. Not your status or whatever your are"
"Oke, katakan bahwa kamu nggak masalah sama status ku. Tapi gimana pandangan orang-orang terhadap kita?"
"Pandangan apa? Kamu perduli dengan orang-orang yang bicara dibelakang?"
"Shayne kamu pasti paham maksud ku. Jelas akan banyak yang menggunjing kita nantinya"
"Fuck them Aruna. Kita hanya harus saling percaya dan saling mendukung sama lain. That enough untuk hubungan kita"
"....."
"I promise. Aku nggak akan biarin orang-orang yang benci dengan kita menyakiti kamu"
Kini Aruna terdiam. Ia menatap kedua tangannya yang kini sudah berada dalam genggaman Shayne.
"Run? You okay?"
Rasa dingin itu menyentaknya seketika. Ia kembali pada realita dan meninggalkan kejadian beberapa saat lalu yang berputar di kepalanya. Tangannya reflek mendorong tangan Shayne yang bertengger manis di pipinya.
"I'm okay"
"Kita makan malam diluar?"
"Kamu udah baikan?"
"Seperti yang kamu lihat"
"Kamu istirahat aja ya. Aku buatin makan malam gimana?"
"Ide bagus. Tapi sorry aku jarang beli bahan masakan Darling "
Aruna mendesah, "Yaudah kita keluar aja ya. Tapi kamu yakin udah baikan?"
"Iya"
"Oke wait aku mau cuci muka dulu. Kamar mandinya dimana?"
"Sebelah dapur. Ayo kuantar"
"Shayne aku bukan anak kecil"
Shayne terkekeh lalu ia membiarkan Aruna yang berjalan meninggalkan dirinya. Sialan! Kenapa wajah ketus gadis itu akan semakin terlihat menggemaskan?
.
.
.
.
.