"ARINA!!"
Suara menggelegar itu sontak membuat para perkumpulan muda-mudi berkisar 10 orang itu menoleh secara bersamaan. Mereka menatap sosok Aruna yang berjalan mendekat kearahnya bersama seorang Shayne pattynama dibelakangnya.
"Mbak?!!"
"Kamu bener-bener ya! Kamu pamitnya kan beli minum. Kenapa nggak balik?!! Ibu telfon tadi cariin kamu!!"
"Maaf mbak. Aku keasikan bareng temen-temen mas Rehan jadi lupa waktu"
Aruna menghiraukan sang adik. Dan Kini ia lebih memilih menatap sosok laki-laki yang diceritakan Arina kemarin. Nathan?
"Apa lihat-lihat?!"
Aruna menyembur kesal dan itu sukses membuat Nathan mengerutkan keningnya menatap gadis disampingnya, "Kakakmu memang segalak ini?"
Sedangkan Arina hanya menyengir canggung, "Sorry she's little sensitive. Periode maybe?"
"I see"
"Udah jangan marah-marah mbak Runa. Arin aman kok sama kita"
Leon, laki-laki itu menyentuh lengan Aruna sambil mengusapnya pelan.
"Aman-aman kepalamu. Awas aja kalau nanti aku cek ada yang lecet. Ku tuntut kalian semua"
"Aku yang jamin mbak. Orang kita semua barengan kok dari tadi " Rizky menyahuti. Memang benar adanya. Sejak siang tadi gadis mungil yang tidak lain adik Aruna itu dalam pengawasan mereka semua. Apalagi Arina dan Noa, pacar Liam hanya gadis berdua.
"Mbak Run, adikmu buat aku dong"
Aruna menoleh lagi. Menatap Leon yang kini cekikikan tanpa malu. Terang-terangan menatapnya dengan lucu, "Sayang banget, Dee seneng e Karo Nathan. Koe wes kedisikan" (sayang sekali, dia sukanya sama Nathan kamu sudah keduluan)
"Emang bajingan Nathan iku. Gercep pol meneer siji kui mbak" (Emang bajingan Nathan itu. Gercep pol meneer satu itu)
Percakapan antara Leon dan Aruna yang menggunakan bahasa Jawa itu membuat beberapa orang disitu terlihat cukup bingung. Kecuali para pemain asli Indonesia yang mengerti bahasa mereka berdua. Dan tak terkecuali Arina yang kini mencebik kesal dan memplototi Leon garang.
Dan yah, hal selanjutnya adalah Aruna yang mulai menyatu dengan para teman-teman Rehan. Mereka saling bertukar cerita dan bercanda tawa. Menghabiskan malam yang tidak cukup panjang. Aruna yang dibuat tertawa oleh para lelaki itupun tak luput dari pandangan Shayne yang diam-diam mengamati Aruna dengan intens. Mulut lelaki itu bahkan menarik seutas senyum.
"She's beautiful right?"
"Cave?"
"Banyak yang harus di tempuh jika kamu mau dia bro. Bukan hanya tentang hatimu. Tapi juga tentang dia dan kehidupannya. Jadi saranku kamu bisa berfikir panjang sebelum terlambat!"
.
.
.
.
.Aruna dibuat kesal pagi-pagi sekali. Pukul 9 lebih beberapa menit, adiknya itu sudah berulah. Bagaimana tidak, gadis itu dengan terang-terangan izin padanya akan ikut pergi bersama teman-teman kakaknya yang akan tour keliling Bali hari ini.
Dan ia ditinggal begitu saja? Benar-benar sialan Arina itu.
"Kita kan liburan mbak. Jadi sayang banget kalau cuma berdiam diri dalam kamar hotel"
"Kamu cewek sendiri disana"
"Ada Noa kok mbak. Pacarnya si Liam. Jadi aku nggak akan cewek sendiri"
"Terus kamu mau ninggalin aku sendirian?"
"Yaudah ayo ikut kalau gitu. Ada bang shayne juga kok"
"Apa hubungannya sama Shayne?!"
"Mbak kan lagi pdkt sama dia. Jadi cocok dong kalau boncengan bareng"