BAB 26

51 5 12
                                    

Kaki Aruna yang berbalut sendal jepit itu tiba-tiba terhenti begitu saja. Tubuhnya tiba-tiba menegang seolah nyawanya tertinggal dalam mobil. Sialan! Demi Tuhan ... Kenapa Aruna bisa se bodoh ini? Kenapa ingatan itu baru sekarang datangnya?

Tidak! Tidak seharusnya Aruna disini. Dia harus cepat-cepat kembali secepat mungkin.

"Kok malah bengong? Ayo mbak!"

"Gue ... Gu-gue pulang aja ya Van"

"Kok gitu. Katanya Lo mau cariin gue solusi"

"Besok aja. Gue janji besok kita bicarain ini di kantor ya"

"Maunya gue gitu mbak. Tapi sekarang kayaknya nggak bisa ditunda deh mbak. Gue takut dibunuh sama kakak gue"

"Kakak Lo tahu?"

"Dia nggak pernah kelewatan kalau soal gue mbak"

Sialan Van! Nasib Lo kok sama banget kayak gue.

Memijit keningnya beberapa kali, Aruna seperti dapat bongkahan es yang menghantam tubuhnya. Ia menggigil tiba-tiba.

Tenag Aruna ... Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang. Everything is okey. Jangan khawatir Run. Kamu nggak akan ketemu dia. Ini apartemen luas jadi kemungkinan 5 persen buat Lo ketemu Shayne. Lagipula Vano nggak mungkin tinggal di lantai yang sama kan? Kebetulan itu sangat tipis kan buat terjadi?

"Ayo mbak! Jelas sekarang dia lagi nunggu di suit gue"

"Lantai berapa tempat Lo?"

"15"

Damn!!! Kebetulan atau kesialan sih ini!!! Bajingaaaaaan.

Aruna menjerit kesal dalam hatinya. Namun pada akhirnya kakinya tetap bergerak pelan mengekori vano didepannya. Kepalanya tertunduk seolah tengah bersembunyi. Tidak lupa juga Aruna merapalkan kalimat-kalimat permohonan agar ia tidak dipertemukan dengan laki-laki yang saat ini memenuhi pikirannya.

"Mbak?!!"

"YA?!!"

Kedua mata Aruna melebar. Ia tersentak saat suara Vano terdengar menyentaknya keras.

"Lo kenapa sih. Horor banget vibes Lo sejak diparkiran. Lo kesurupan?"

"Diem Lo! Jangan berisik!"

"Lagian Lo aneh banget sejak--"

"Lo bisa diem nggak sih Van. Nggak usah banyak bacot. Berisik ayo masuk cepetan!"

"Santai aja kali. Di lantai ini hanya ada 3 unit mbak. Jadi nggak banyak tetangga. Aman"

Justru itu setan! Justru itu! Justru karena tetangga Lo ini yang bikin gue ketar ketir. Mana unit Shayne tepat di sebrang unit Vano pula. Aruna masih ingat dengan jelas ukiran kayu mahoni bertuliskan 220 itu.

"Yaudah ayo masuk!"

Vano menggeleng pelan. Dan kini lagi-lagi Aruna melotot padanya. Kenapa lagi sih monyet satu ini?!!

"Nggak mbak"

"Terus Lo ngapain kalau nggak mau masuk disini hah?!"

"Mbak didalem ada Abang gue. Dia jelas lagi nungguin gue"

Bajingan... Gue juga nggak perduli. Lo cari aman gue juga mau cari aman Vano. Gue nggak mau diluar sini lama-lama.

"Gue nggak perduli. Kita selesaikan bareng lebih baik Van. Pokoknya kita masuk dulu aja deh"

"Lo kenapa sih ngebet banget pengen masuk. Nggak ada hantu disini tenang aja"

"Van please ... Kita masuk aja. Kita selesaikan semuanya dan--"

LOVELY LIAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang