BAB 9

53 6 5
                                    

Thom Jan Marinus Haye (Marinos)
Rafael William struick (Liam)
Nathan Noel Romeo tjoe Aon (Nial)
Shayne elian Jay pattynama (Shayne)
Jay Idzes (Joe)
Marselino Ferdinan (Leon)

Beberapa nama ada yang aku buat berbeda ya. Atau alias. Kalian bisa ingat-ingat diatas.  Terimakasih
.
.
.
.
.

Fokus! Ayo fokus Aruna!!

Berkali-kali Aruna mengucapkan mantra itu dalam hatinya. Sudah terhitung sejak satu jam yang lalu Aruna mulai gagal fokus karena kedatangan sosok Marinos dalam ruangan para atlet ini.

Mata laki-laki itu seolah mampu melubangi seluruh tubuhnya jika saja ada laser didalamnya. Dan akhirnya ia yang menjadi kurang fokus dalam kerjaannya.

Namun ia mencoba menepis jauh-jauh perasaan aneh yang tengah melingkupi seluruh tubuhnya saat ini. Ia tidak boleh melakukan hal konyol hanya karena tatapan Marinos yang secara terang-terangan mengulitinya.

"Sebaiknya kita realistis saja Sir" Kalimat akhirnya yang mampu ia keluarkan meski dengan suara yang nyaris hilang.
"Sorry gimana maksudnya Miss Runa?"

"Jadi begini Sir. Maaf saja sebelumnya. Setelah saya ambil hasil akhir dilihat dari segi team dan sesuai yang bapak inginkan, alangkah baiknya jika desain kostum sesuai dengan rencana awal saya saja. Dari segi warna kita ambil warna putih untuk warna utamanya"

"Boleh saya tahu kenapa harus warna putih?"

Aruna tersenyum. Gadis itu berdiri dari tempatnya duduk sambil memperhatikan satu persatu para team atlet yang duduk sambil memperhatikan dirinya.

"Team atlet kali ini berbeda dari biasanya pak. Maksud saya, banyak wajah-wajah baru and I think it can also influence the fashion team"

"Maksudnya apa nih mbak Run. Kok gue jadi sedikit tersinggung ya"

Aruna menoleh. Menatap sosok laki-laki bertubuh lebih mungil ketimbang teman-teman team nya itu. Bibirnya sontak tersenyum lebar, "Jangan tersinggung dulu dong Leon. Maksud saya, bukan apa-apa. Cuma dari segi fisik, ras kita berbeda dengan para pemain naturalisasi. Dan kenapa saya merekomendasikan warna putih untuk ikon utama kita itu karena warna putih juga punya banyak sekali kelebihan "

"....."

"Selain warna dasar, warna putih juga identik dengan lambang kejayaan kita kan? Dan mungkin banyak yang belum tahu kalau warna putih bisa memberikan energi positif pada kita dan orang-orang disekitar juga"

Semua pasang mata yang berada dalam ruangan itu seakan terpana oleh kalimat penjelasan yang Aruna berikan. Suara Aruna bagaikan melodi lembut yang menenangkan ketika mulai masuk dalam indra pendengaran mereka masing-masing. Bahkan sosok tinggi yang tadi sempat menjadi objek pengelihatan Aruna juga terpana menatap gadis cantik itu.

"Okey. Saya rasa penjelasan Kamu dan alasan yang kamu berikan masuk akal dan saya juga amat tertarik. Begitu juga dengan Team saya mereka juga menyukainya"

Pak Ramos tersenyum. Laki-laki 50 an itu menatap Aruna sebentar kemudian kembali fokus dengan anak-anak bawahannya. Ia menatap satu persatu anggota team dan yang terakhir ia menatap Axcel bos-nya.

"Pak Axcel, kita sebaiknya makan siang sambil membicarakan kontrak selanjutnya bagaimana?"

"Boleh pak. Silahkan"

.
.
.
.
.

Setelah kepergian Axcel dan Pak Ramos, Aruna masih disibukkan dengan kegiatannya yang terlihat mengukur beberapa ukuran tubuh para atlet untuk kebutuhan pekerjaannya.

Aruna sangat amat fokus dibantu dengan Vano. Saking fokusnya Aruna tidak sadar jika mata coklat keabu-abuan itu menatapnya tajam sejak beberapa saat yang lalu. Dan tepat ketika pekerjaannya selesai, Aruna yang hendak keluar dari ruangan dihadang oleh sosok tinggi itu.

LOVELY LIAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang