BAB 19

74 8 12
                                    

Bali jam 4 sore memang menakjubkan. Apalagi pantai nya. Banyak pasangan muda-mudi bahkan yang sudah berumur pun rela menunjukkan kemesraan mereka sambil menikmati sunset sore yang indah.

Bercumbu, pelukan, bahkan sampai yang hampir bercinta pun tak luput dari pandangan Aruna kali ini. Gadis itu turun di tengah-tengah pantai untuk ikut menikmati keindahan milik sang pencipta kali ini. Badannya ia biarkan basah separuh dengan rambutnya yang sudah ia satukan menjadi satu.

Perasaannya sedikit lega setelah beberapa saat lalu menumpahkan segala bentuk keluh kesahnya dalam bentuk tangisan. Setelah ia rasa cukup di dalam air pantai, Aruna menyudahi acara berendamnya. Ia kembali berjalan melangkahkan kakinya untuk menuju kembali ke penginapan.

Rasa dingin itu menusuk kulit Aruna. Tidak terlalu menusuk tulang namun jika terlalu lama akan membuat Aruna menggigil. Langkahnya yang pasti, tiba-tiba saja memelan ketika melintasi loby hotel. Kedua matanya memicing memastikan apa yang ia lihat saat ini. Dan ia mengasumsikan dirinya bahwa ia tidak salah lihat saat ini.

Sosok laki-laki tinggi yang sejak ia menginjakkan kakinya di Bali tidak bertemu dengannya sama sekali. Terakhir ketika mereka menginjakkan kaki di awal ketika memasuki hotel ini. Dan laki-laki itu pamit padanya karena ada urusan.

Dan kini mata Aruna sedikit melotot ketika sosok itu juga ternyata melihatnya. Bukan hanya dia melainkan sosok wanita cantik dengan kulit kuning Langsat disampingnya itu. Lebih tepatnya wanita yang tengah merangkulnya itu dan beberapa detik tadi Aruna sempat memergoki keduanya bercumbu.

Sialan! Aruna jadi malu sendiri. Apalagi tatapan terkejut laki-laki itu yang juga menatapnya. Aruna bodoh!

"Aruna!!"

Tidak mengindahkan panggilan laki-laki itu Aruna berjalan melewatinya. Ia buru-buru masuk kedalam kamarnya dengan baju yang masih setengah basah.

"Shayne Bajingaaan! Kalau mau bermesraan kenapa harus didepan umum sih! Disini kamar banyak Pattynama!! Dasar tolol!"

Haloo Aruna kenapa kesannya kamu kesal ya? Atu kamu malu karena memergoki mereka bercumbu atau ... Aaah sialan! Aruna tidak ingin mengingat apapun untuk kejadian hari ini.
.
.
.
.
.

'Gimana liburannya nduk?'

'Seru kok buk. Bapak dimana?'

Setelah Selesai mengganti pakaiannya, Aruna yang bersandar diatas ranjang hotel mendapatkan telfon dari sang Ibu menggunakan ponsel kakak iparnya.

'Bapak lagi bantu-bantu didepan sama mas mu. Arin dimana?'

Sialan! Ia baru ingat kalau sejak tadi adiknya itu belum kembali. Kemana sebenarnya bocah itu? WhatsApp terkahirnya gadis itu hanya mengatakan kalau ia sedang bersenang-senang dengan laki-laki gebetannya. Siapa namanya Aruna lupa. Nayan? Oman? Nitan? Nathan? Ah sudahlah Aruna tidak ingin pusing memikirkan laki-laki gebetan adiknya itu.

Yang jelas sekarang ia harus mencari alasan yang tepat agar sang ibu tidak heboh ketika mengetahui anak gadisnya lupa waktu di kota orang lain.

'A-arin lagi mandi Bu. Daritadi tidur terus soalnya jadi Runa suruh mandi'

'Yasudah kalau gitu. Ibu cuma memastikan aja kalau kalian baik-baik saja'

'iya Bu. Ibu nggak usah khawatir Aruna pasti bakal jagain Arin. Kita baik-baik aja kok. Temen-temen mas Rehan juga baik semua'

Bullshit! Aruna saja sejak menginjakkan kaki di Bali selalu sendiri. Lebih tepatnya Aruna yang lebih memilih menyendiri.

'Yowis kalau gitu. Ibu tutup ya. Sebentar lagi pengajian akan dimulai. Kamu jangan lupa makan'

LOVELY LIAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang