Pukul 10 lewat beberapa menit matahari sudah mengancam akan membakar siapapun yang berada dibawahnya. Weekend yang seharusnya menjadi hari liburan untuk para keluarga maupun kaum muda lainnya kini harus menjadi hari istirahat dalam rumah.
Mereka lebih memilih untuk mencari tempat ternyaman dan berlindung di ruangan dibawah AC yang menyokong mereka. Aaah betapa sejuknya itu.
Begitu pula dengan Aruna Prameswari. Gadis cantik itu lebih memilih mencari aman. Padahal weekend ini ia berencana berenang untuk merilekskan tubuh serta pikirannya. Namun apa boleh buat ketika cuaca tidak mendukungnya jadilah ia lebih memilih bergelung dibawah selimut dengan suhu AC paling rendah.
Kenyamananannya itu tidak berlangsung lama ternyata ketika suara ketukan pintu kamarnya terdengar. Dan pintu pun bergerak terbuka. Menampilkan sosok Arin, adiknya yang datang dan langsung duduk ditepi ranjangnya.
"Mbak?"
"Hm?"
"Mbak Run?"
"Hm?"
"Mbak Runaaaaaa"
"APASIH RIN!"
Tidak, jangan berfikiran jika Aruna marah atau apapun itu. Memang begitulah interaksi Aruna dengan Arin sang adik. Aruna tidak membenci Arin sebagaimana ia membenci sang kakak.
Malah, sosok Aruna adalah kakak yang paling pengertian menurut Arin. Aruna itu baik, tapi ketus. Aruna itu sayang dengan Arin namun terkadang ia salah tempat dalam memberikan kasih sayangnya pada sang adik.
" Mbak sibuk?"
"Ya menurutmu aja!"
"Hehehe engga ya. Kan ini Minggu"
"Ckck ada apa? Kalau mau ngomong cepetan! Aku mau tidur!"
"Emmm apa ya mbak? Sebenarnya banyak yang mau Arin ceritain sama mbak"
"Ckck! Apaan! Cepet ngomong!"
Yaah apa boleh buat. Kali ini jelas, Minggu pagi nya akan rusak. Arin dengan mode curhatnya akan memakan waktu yang cukup lama. Maka dari itu kini Aruna sudah kembali menyingkap selimutnya dan berganti duduk bersandar diatas ranjang.
"Tapi janji dulu mbak jangan marah"
"Banyak nego banget sih!"
"Janji dulu mbaaaak"
"Tergantung! Kalau curhatan mu nggak berbobot ya apa boleh buat"
"Mbak ih!"
"Cepetan Rin. Gue tinggal tidur lagi nih"
"Sebenarnya ini bukan tentang kuliah ataupun yang lainnya mbak. Ini soal ... Mmm ...itu"
"Apa?"
"Soal mas Nathan"
"Nathan siapa?"
"Nathan Noel Romeo tjoe Aon "
Aruna mengerutkan keningnya. Pasalnya nama seseorang yang baru saja Arin sebut begitu susah untuk di ingat. Dan bukan cuma itu, ia sepertinya pernah mendengar nama barusan. Ia merasa tidak asing.
"Siapa dia?"
Adiknya itu terlihat membulatkan matanya terkejut menatapnya, "Mbak serius nggak tahu siapa dia?"
"Ya menurutmu?"
"Mbak ... Ini Nathan Lo mbak. Mas Tejo"
"Mas Tejo siapa sih Rin"
"Temennya pacar mbak Runa"
Kini berganti Aruna yang terdiam. Bibirnya mencebik kesal, "Temen Marinos maksudmu?"