BAB 17

69 10 12
                                    

Tripod setinggi badan dan kamera yang sudah disetting sebagaimana mestinya itu tegak menghadap Aruna atau Aruna yang menghadap kameranya? Entahlah yang jelas kini ia sudah siap dengan aksi dan hadiah dari sang adik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tripod setinggi badan dan kamera yang sudah disetting sebagaimana mestinya itu tegak menghadap Aruna atau Aruna yang menghadap kameranya? Entahlah yang jelas kini ia sudah siap dengan aksi dan hadiah dari sang adik.

Baju sari dan segala pernak-perniknya sudah melekat cantik ditubuhnya. Rambutnya yang mulai tumbuh lebih panjang itu Aruna kepang menjadi satu. Aruna amat begitu cantik dengan balutan gaun khas negeri sebrang itu. Dan Aruna merasa ia seperti kembali ke dirinya 12 tahun yang lalu.

Alunan musik itu dimulai. Dan sontak Aruna mulai menggerakkan beberapa anggota tubuhnya. Tangan, kaki bahkan kepalanya bergerak luwes seperti penari profesional pada umumnya. Aruna terlihat menjadi dirinya selama ini yang tersembunyi. Ia kembali dengan Aruna versi sebenarnya.

Bukan Aruna yang congkak dan dingin. Ia menjadi Aruna yang dilingkupi rasa bahagia ketika tubuhnya bergerak mengikuti melodi musik dari ponselnya.

Gerakan Aruna yang tadinya pelan berganti dengan gerakan yang cepat dan begitu memikat bagi siapapun yang melihatnya. Hingga pada menit satu menit lebih,musik berhenti. Bersamaan dengan itu tubuh Aruna jatuh terduduk diatas lantai ruang tamu. Nafasnya terengah-engah namun kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman lebar. Aruna bahagia. Seperti ada yang menarik beban dalam hatinya dan kembali, Aruna tersenyum lebih lebar.

Namun, kegiatannya itu tidak berlangsung lama saat tanpa sengaja dari balik kaca di dinding ruang tamu mata Aruna menangkap sosok tinggi dengan baju hijau dan celana training putih. Mata Aruna sontak membulat dan terkejut bukan main. Sosok itu juga sama dengannya. Sama-sama terkejut ketika tanpa sadar Aruna berteriak memanggil namanya.

"SHAYNE?!!"
.
.
.
.
.

Tidak pernah ada dalam pikirannya, kalau seorang Shayne pattynama harus dibingungkan oleh sosok gadis bernama Aruna. Gadis yang bahkan tidak pernah masuk dalam list kehidupannya. Gadis yang tanpa sengaja hampir mati karenanya. Dan gadis yang baru dikenalnya dalam hitungan hari saja. Aah sialan! Jika mengingat momen memalukan itu Shayne ingin tertawa rasanya.

Dan yap, kini berakhirlah dirinya yang sudah berada di kediaman Aruna. Lebih tepatnya ia sudah berdiri dihalaman depan rumah gadis itu. Kakinya yang panjang berjalan perlahan untuk mendekat kearah pintu.

Namun, niatnya yang hendak mengetuk pintu itu harus urung saat pintu itu sudah terbuka separuh ternyata. Bukan hanya itu, suara musik ber-genre asing masuk begitu saja di gendang telinganya. Kedua alisnya mengernyit heran dan Yah benar saja tangannya yang sudah berancang-ancang mengetuk daun pintu itu mengudara begitu saja.

Kemudian kedua matanya menangkap sosok gadis dengan setelan yang cukup asing dan rambut panjangnya yang terkepang indah. Cantik. Hanya itu kata yang mampu Shayne berikan untuk menilai gadis yang tengah menari itu. Kedua kakinya bahkan seperti terpaku. Kedua matanya tidak pernah bisa melepaskan pandangan dari sosok itu.

Dan pada menit ke dua Aruna mulai menggerakkan kepalanya. Gadis itu menoleh dan mendapati dirinya dengan pandangan mata yang membulat sempurna. Detik berikutnya, teriakan Aruna membuatnya terkejut juga. Bahkan travel bag yang ditangannya jatuh menimpa kakinya.

LOVELY LIAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang