Thom Jan Marinus Haye (Marinos)
Rafael William struick (Liam)
Nathan Noel Romeo tjoe Aon (Nathan)
Shayne pattynama (Shayne)
Jay Idzes (Jay)
Marselino Ferdinan (Leon)Beberapa nama ada yang aku buat berbeda ya. Atau alias. Kalian bisa ingat-ingat diatas. Terimakasih
.
.
.
.
.Hari Minggu seharusnya menjadi hari santai dan waktu dimana Aruna untuk me time nya setelah enam hari ia harus rela bekerja. Namun, pagi itu Aruna harus rela bangkit dari kasur empuknya hanya gara-gara panggilan masuk yang ia dapatkan.
'Run, tolong dong bantu saya. Saya lagi wawancara di hotel MARS. Deket kan sama rumahmu? Cuma kamu yang bisa bantu saya Run lainnya pada sibuk sama family time nya. Saya tunggu ya Run. Terimakasih'
What the hell!!! Baru saja ia akan menikmati hari liburnya dengan berbagai susunan acara yang sudah terancang apik di otaknya. Namun apa ini?!! Bosnya tiba-tiba menghubungi nya? Menyuruhnya untuk kerja begitu kan maksudnya? Ya ampun .. ini spesial minggu apesnya atau bagaimana sih? Kenapa dari kemarin orang-orang suka sekali membuat dirinya emosi???
Benar-benar Sialan bukan? Ini hari liburnya loh. Waktunya untuk dirinya self reward dan menye-menye untuk menghilangkan stress. Tapi tidak ada pilihan lain selain Aruna mengiyakan permintaan dari sang penelepon barusan. Aruna tidak ingin ia ditendang dari kantor hanya gara-gara menolak permintaan tolong dari bosnya meskipun ia tidak tahu apa yang harus Aruna bantu.
Dengan sangat amat terpaksa dan mata yang masih sembab karena mengantuk, Aruna bangkit untuk segera bersiap. Sesaat kemudian tentu saja dengan kecepatan kilat, Aruna sudah sampai di tempat sesuai dengan arahan bosnya tadi. Aruna berjalan sedikit cepat ketika mulai memasuki lobby hotel. Kata bosnya ia harus naik ke lantai 22 dan menemui atasannya itu di banquet, tempat sarapan? Bosnya ini wawancara atau mukbang sih.
Benar-benar menguji kesabarannya bukan?
No Aruna! Big no! Kamu nggak boleh mengumpat. Pak Axcel itu really good boss. Dia nggak pernah kan bikin kamu sulit selama bekerja? And this is first time boss mu itu merecoki mu Run. Jadi stop mengumpat dan mengeluh.
Tapi ini Minggu yang paling ia nanti-nanti loh. Ia juga sudah ... Aaah sudahlah tidak ada gunanya merutuki semuanya. Jelas-jelas dirinya sudah sampai di titik ini. Jadi apalagi yang dikeluhkan? Aruna dungu!
Setelah sempat bingung mencari bossnya, Aruna sampai juga di banquet, tempat sarapan di hotel bintang lima ini. Namun, Aruna lagi-lagi dibuat kesal. Bukan, bukan kesal karena bossnya. Melainkan suasana banquet lah yang membuat Aruna menghela nafas panjang.
Bagaimana ia bisa lupa? Bagaimana ia bisa tidak mengingatnya? Kalau hotel yang ia datangi saat ini adalah hotel dimana, para team atlet itu singgah dan menginap. Aruna benar-benar melupakan itu. Dan sudah jelas saat ini jika dirinya akan bertemu dengan sosok laki-laki yang ia hindari dari semalam.
Tidak menunggu waktu yang lama, matanya sudah menangkap sosok itu tengah berkumpul bersama rekan-rekannya. Kaos oblong dan short pant adalah pakaian yang dikenakan pria itu saat ini. Sang kekasih rupanya juga mengetahui keberadaannya. Terbukti dari mata laki-laki itu yang sedikit terkejut dan menatapnya dengan penuh ingin tahu.
Namun Aruna dengan cepat mengabaikannya. Aruna kesini karena pekerjaan bukan karena hal lainnya. Jadi dengan langkah cepat dan sedikit gugup, Aruna menghampiri sosok bosnya ketika matanya berhasil menemukan keberadaannya. Yang sialnya lagi, jarak antara meja bossnya dan Sang kekasih hanya terhalang dua meja saja.
"Hei! Morning Run" Suara lembut milik bossnya menyapa. Tidak lupa senyuman tipis yang mampu membuat gila para gadis diluaran sana. Setidaknya begitu para rekan kantornya jika sudah membicarakan bagaimana ketampanan bossnya ini.
"Morning pak"
"Ya ampun Run, I'm really sorry about your rest day. Tapi beneran Run cuma kamu yang bisa bantu saya. You know kan anak-anak pada ngga bisa diganggu sama anak istrinya. Apalagi ndadak gini"
"Iya pak. Saya ngerti kok"
"A worthy reward awaits you tomorrow"
"Thank you ya pak" Sungguh Aruna saat ini nggak bisa banyak bicara dan terlalu mengakrabkan diri dengan pak bossnya. Ada tatapan tajam yang terus menerus mengintai Aruna dari sampingnya.
"Oh ya tadi file yang saya minta udah ada kan?"
"Ada kok pak. Nanti akan masuk otomatis ke email bapak"
"Oke oke"
"Emm ngomong-ngomong pak, hari Minggu gini bapak serius kerja? Di hotel lagi pak. Maaf ya pak kalau terkesan nggak sopan pertanyaan saya"
"I'ts oke Run. Saya tahu kamu pasti bingung. This is first time kamu right?"
"Iya pak"
"Sebenarnya saya nggak ada plan kerja hari Minggu ini. Tapi tiba-tiba Asisten saya bilang kalau perusahaan investor lagi di hotel ini dan yang kebetulannya saya juga lagi staycation disini"
Aruna hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Jadi terjawab sudah rasa penasarannya sejak beberapa menit yang lalu kenapa bisa bossnya ini di hari Minggu masih melakukan pekerjaan. Di hotel pula.
"Jadi saya harus ngapain pak setelah ini?"
"Kamu nggak harus ngapa-ngapain kok Run. Just sit with me. and pay attention. Basically you just accompany me"
"Pak? Bapak serius? Nemenin bapak meeting?"
"Ada yang salah?"
"Paaak ... Coba lihat deh. Saya kayak gembel gini Lo. Nggak mungkin kan pak? Bapak jelas malu banget nanti"
Aruna memang tidak bohong. Fashionnya kali ini bukan mencerminkan untuk seseorang yang akan meeting ataupun bekerja. Sweater dan rok jeans yang ia ambil asal digantungan bajunya. Ia bahkan tidak mandi . Rambutnya ia ikat asal begitu saja karena Aruna fikir, bosnya hanya minta tolong untuk sekedar urusan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Bukan malah menemani meeting.
Axcel sang boss tertawa renyah. Laki-laki Korea Indonesia itu menatap Aruna lekat-lekat, "Nggak papa Run. Saya mau meeting bukan fashion show oke?"
"Tapi kan pak, nggak enak dilihat sama rekan bapak nanti"
"Run, ini Minggu. Jadi i think that's not a problem. not included in our discussion later. You still beautiful Run. As usual you are"
Aruna seketika menegang. Matanya membulat dan jantungnya semakin berdebar kencang. Bukan, bukan karena pujian dari bossnya. Melainkan suara dentingan sendok yang beradu dengan marmer hotel barusan begitu memekakkan telinganya. Ia tahu suara itu. Suara itu berasal dari arah sampingnya yang sepertinya disengaja.
Bahkan kini bosnya malah menoleh pada sumber suara. Namun hanya sebentar sebelum tatapan bosnya itu kembali padanya, "By the way, kamu udah sarapan Run?"
"Su-sudah kok pak"
"Saya baru tahu kalau odol bisa untuk sarapan"
Sialan!!! Double shit! Kalimat atasannya barusan tidak hanya sekedar kalimat belaka. Melainkan dibarengi dengan aksi tangannya yang mengusap ujung bibirnya ringan. Aruna bahkan harus menahan nafasnya sesaat.
Apa-apaan Axcel ini? Ini tempat umum. Dan juga kenapa tidak ada batasan sama sekali antara dirinya dan bawahannya? Apa memang se-friendly ini atasannya ini?
"Kamu tunggu disini. Biar saya ambilkan sarapan oke?"
Belum sempat Aruna menolak, Axcel sudah lebih dulu berlalu dari pandangannya. Dan pada kesempatan ini, Aruna mencoba menggerakkan kepalanya untuk menoleh kesamping. Mencoba melihat situasi yang sejak tadi membuat hatinya tidak nyaman.
Pertama kali yang Aruna dapatkan adalah sosok laki-laki yang sejak tadi menatapnya tajam sudah tidak ada ditempatnya. Hanya kursi kosong dan satu buah piring yang masih terdapat makanan penuh diatasnya.
'kemana perginya?'
NEXT?