"Don't Chase!"
Rehan menahan Shayne yang hendak mengejar Aruna. Ia menggelengkan kepalanya menatap Shayne, menyuruh laki-laki agar tetap ditempatnya.
"Jangan dikejar. She's needs space for himself"
Dan berkahir dengan keduanya yang kembali duduk di bench. Kedua laki-laki itu saling terdiam hingga Shayne berinisiatif untuk memecah keheningan. Lagipula banyak yang akan dia tanyakan pada Rehan.
"What's happening?"
"What?"
"Everything. About you and Aruna. Kurasa terlalu rumit"
Rehan tertawa. Ia mengadahkan kepalanya keatas. Menatap gumpalan awan hitam yang bergerak. Jelas sekali jika sebentar lagi hujan.
"It is my fault"
"....."
"Cita-cita Aruna adalah menjadi penari. She's really like it. Tapi aku dengan egoisnya mematahkan semua harapan dan cita-citanya"
"Why"
"Keluarga ku bukan dari kalangan atas Shayne dulu. Sepuluh tahun lalu we live in poverty. Namun, Aruna dengan segala kegigihannya datang pada ibu dan bapak. Dia bilang akan mengubah nasib keluarga kita. Ia ingin sekolah menari dan berjanji akan membuat kita semua bangga"
"....."
"Tapi seperti yang kamu tahu, sekolah menari waktu itu sangat membutuhkan biaya yang besar. Aruna nggak akan bisa mengikuti apapun jika tidak memiliki skill. Sedangkan menari tidak hanya butuh skill saja. Kita butuh pendidikan juga. Dan itu membutuhkan uang. Lalu aku dengan egoisnya masuk dalam kesempatan kecil itu. Aku memaksa ibuku untuk melanjutkan sekolah bolaku yang sempat terhenti. Aku merayunya dan memberi janji manis untuk mengubah kehidupan kita hingga akhirnya kedua orang tuaku setuju. Ibuku mengusahakan segala cara termasuk sebidang tanah satu-satunya waktu itu"
"....."
"Karena memang sudah jelas cita-cita ku dibandingkan cita-cita Aruna waktu itu akan lebih berguna Cita-cita ku untuk membawa perubahan keluargaku"
Shayne yang paham menganggukkan kepalanya pelan. Ia paham laki-laki disampingnya ini jelas punya masa-masa tersulit dulu. Antara mengorbankan cita-cita adiknya dan memperjuangkan kehidupan keluarganya. Dan itu bukan keputusan yang main-main.
"Sejak saat itu lebih tepatnya keberhasilan ku membuat Aruna terpukul. Ia selalu menganggap jika akulah yang merebut semua waktu dan menyia-nyiakan kehidupan masa mudanya. Meskipun itu kenyataannya.Termasuk cita-citanya "
"Kamu memang berada di posisi yang salah dan benar. Tapi memang kamu nggak ada pilihan lain waktu itu. Jadi jangan terlalu menyalahkan dirimu. Aruna hanya perlu waktu. Aku yakin "
"Aku nggak pernah tahu bagaimana Aruna berubah secepat ini. You know, dia adalah gadis penurut. Bahkan dia rela mengorbankan waktu istirahatnya hanya untuk menemaniku bermain bola. Dia gadis yang manis" Rehan menerawang ingatan masa kecilnya itu. Bibirnya tersenyum tipis jika mengingat bagaimana Aruna kecil begitu memujanya dulu.
"....."
"Namun setelah aku berhasil dengan kehidupan ku yang lebih baik, Aruna berubah. Dia bukan lagi Aruna yang dulu. Penurut padaku. Dia berubah menjadi membenciku. Bahkan kamu tahu, waktu pernikahan ku dengan Jihan dia kabur ke Belanda ikut bekerja dengan bossnya. Itu pertama kalinya ia menolak seluruh hal yang berhubungan denganku"
"....."
"Aku memang berhasil dengan kehidupan ku. Namun aku tetap gagal menggapai bahagia ku. Begitu pula dengan Aruna"
.
.
.
.
.