chapter 20

94 12 0
                                    


Halo semuanya jangan lupa vote and follow

Maaf, kalo ada yang typo

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.

Lima orang yang berbeda umur itu, saling berpelukan di tengah ruangan yang gulita tidak menghambat mereka untuk berbagi kehangatan satu sama lain. Air mata dan ucapan terimakasih selalu diucapkan oleh Aiden Karna ia telah diterima baik oleh keluarga Areksa.

Tampa mereka sadari ada seorang yang berdiri tepat didepan pintu sambil menyaksikan pemandangan yang mengharukan ini. Senyuman licik tergambar diwajahnya. Dengan langkah cepat ia mengangkat balok kayu yang ia bawa dan akan bersiap memukul orang yang ada didepannya, Nathan.

"Nathan!!! Awasss!!!"teriak areksa menangkis dan memeluk Nathan untuk melindungi sang kekasih. Rasa pening dan perih saat balok kayu itu menyentuh kulitnya dan bahkan bahkan balok kayu itu hampir patah Karna pukulan, ia tidak percaya akan sesakit ini. Dengan wajah panik menatap si manis untuk memastikan dia baik baik saja tapi nyatanya ia yang tidak baik baik saja.

"Areksa!"gumam Nathan dan shock apa yang terjadi, ia menatap wajah didepan nya yang masih memperlihatkan senyuman nya.

"Kamu gapapa, kan?"tanya dengan suara bergetar dan dibalas anggukan dari Nathan.

"Areksa! Sayang kamu enggak papa, kan? Ayo kita ke rumah sakit sekarang!"ucap dian dengan panik saat melihat putra nya. Dan bahkan areksa batuk hingga keluar darah segar dari mulut nya yang membuat semua orang di sana panik. Sandy, pria dewasa yang diantar mereka berusaha mengejar sang pelaku di antara gulita.

"Jangan kabur kamu!!" Teriak Sandy saat mengejar pelaku dan langsung menangkap nya tapi pria berbaju hitam itu melawan dan memukul wajah nya. Dengan susah payah ia mengimbangi tubuhnya agar tidak jatuh dan kembali membalas pukul wajah pria itu.

Saat ingin memukul kembali pria berbaju hitam itu berlari kabur didalam hutan yang gelap, ia ingin mengejar tapi saat mendengar teriak dian membuat dirinya mengurung niat lalu kembali ketempat mereka tadi.

Dian yang sudah menangis saat melihat kondisi anaknya yang sudah melemah dan berusaha untuk mengangkat tubuh areksa dibantu oleh Aiden untuk dibawa kedalam mobil.

Nathan, memeluk kepala areksa dan bermohon agar pemuda itu tidak menutup matanya. Dengan segala cara areksa berusaha memenangkan kekasih dan meyakini bahwa dirinya baik baik saja, akan tetapi Nathan tidak berhenti mengeluarkan air matanya.

"Jangan nangis!"ucapnya sambil menghapus air mata Nathan.

"Gimana enggak nangis liat pacarnya terluka kek, gini?"ujar Nathan membuat areksa tersenyum Padanya.

***

"Dokter, tolong anak saya!!"panggil sandy membawa tubuh areksa yang sudah pucat dan lemas. Suara Brankar yang didorong oleh para petugas rumah sakit saat mendengar suara teriakan dari luar.

Bau Obat yang sudah menjadi khas dari rumah sakit itu yang sudah tidak asing oleh siapa pun. Dengan dinding bercat putih sudah menjadi ciri khas rumah sakit. Di depan pintu yang bertuliskan 'UGD' menjadi saksi bisu tangisan dari Dian dan Nathan saat Areksa dibawa kedalam ruangan itu. Mereka tidak bisa masuk dan hanya bisa berdoa yang terbaik untuk areksa agar pemudanya itu baik baik saja.

Sudah satu jam mereka menunggu didepan pintu UGD dan tak lama kemudian seorang dokter yang name tag di dada kanannya 'dokter Jimmy' semua orang di sana berdiri. Dokter jimmy memandang mereka secara bergantian lalu berkata. "Apa kalian keluarga dari Pasien?"tanya dokter jimmy kepada mereka.

Nathan || BxB [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang