chapter 25

62 14 0
                                    

Halo semuanya jangan lupa vote and follow

Maaf, kalo ada yang typo

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Brak
Brak

"Woy, bukain!!! Woy! Jangan bercanda." Dengan usaha yang keras Nathan mencoba membuka pintu tersebut. Ia tadi nya ingin pergi ke toilet tapi orang iseng mengunci nya dari dalam.

"Tolong!!! Ada orang diluar, gue mohon tolong buka pintunya!!"teriak Nathan dari dalam tapi ilih tida ada yang membuka pintu untuknya.

Diluar, Fahri dan dua teman nya tertawa lepas saat mendengar teriakkan Nathan yang sedang meminta tolong, mereka lah yang sudah mengunci Nathan dari dalam.

"Rasain tuh!"ejek Fahri dari luar dan pergi meninggalkan toilet bersama Edo dan Erik.

***

Di lapangan, Ezra dan Mario sudah bersiap siap untuk pulang Karna acara sudah selesai tapi mereka sedang mencari Nathan yang belum nampak batang hidungnya. Ezra sudah berusaha menghubungi pemuda itu tapi tak kunjung diangkat nya.

"Kalian temannya Nathan, kan?"tanya Erlin kepada keduanya.

Mario menoleh kearah Ezra lalu menoleh kearah Erlin bergantian, mereka mengangguk. "Gua tadi siang liat bang Fahri sama temannya ngunciin Nathan di toilet."ucap Erlin dengan cemas.

Tanpa menunggu lama ketiga nya langsung pergi kearah toilet laki laki tempat Nathan dikunci. Benar saja, pintu itu dikunci dari luar dan kuncinya entah kemana.

"Nathan!!!"panggil Mario.

"Keknya Nathan pingsan deh, kita dobrak aja pintu ini!"ucap Ezra langsung dibalas anggukan dari Mario.

"Cepat dobrak, kasian Nathan nya,"

Keduanya mengambil posisi untuk mendobrak pintu, "dalam hitungan keduanya kita dobrak. Satu...dua...tiga..."

Brak!!

Percobaan pertama tidak berhasil mereka tidak menyerah dan mencoba lagi. Satu.... Dua...tiga...

Brakkk!!!

Dan pintu itu langsung terbuka, dan pandangan pertama yang mereka lihat adalah Nathan yang sudah bersandar lemas didinding toilet dengan keadaan pingsan.

"Nathan/Nathan/Nathan!!"teriak mereka dengan serentak.

"Nathan, Lo, masih hidup kan belum mati?"tanya Ezra saat melihat Nathan yang membuka matanya dengan pelan. Sontak Erlin memukul kepala Ezra tidak terlalu keras tapi membuat pemuda itu meringis kesakitan.

"Bodoh!!"

***

Saat ini Nathan sudah benar benar sadar dan kini keadaan nya sudah membaik. Hari semakin malam tapi ke empat nya masih berada didalam lingkungan kampus untung saja di kampus mereka sangat terang jadi tidak terlalu khawatir.

"Kok Lo, bisa dikunci sama mereka ?" Tanya Ezra dengan penasaran. Nathan dengan kesal menghempas botol mineral yang dibeli oleh Erlin tadi.

"Kek nya mereka balas dendam sama, gue!"

"Ayo pulang, sudah malam."sela Erlin.

Mereka meninggalkan lingkungan kampus dan pulang ke rumah masing masing, sebelum pulang Nathan mengantarkan Erlin pulang dan ditemani kedua temannya. Walaupun, beda arah mereka tetep mengantarkan Erlin pulang sampai tujuan, lagi pula ini sudah malam tidak baik anak gadis berkeliaran sendirian.

"Dadah. Makasih ya udah repot-repot ngantri gue,"ucap Erlin berterimakasih kepada mereka.

***

Satu bulan kemudian....

Siang ini, Nathan, Ezra, dan Mario sedang duduk di sebuah meja panjang di kantin kampus teknik yang ramai. Nathan, dengan rambutnya yang sedikit acak-acakan dan memakai kaos bertuliskan "Engineering Rocks", sedang menyantap nasi goreng sambil berbicara penuh semangat. Di sebelahnya, Ezra yang berkacamata dan mengenakan jaket hoodie kampus, sedang memeriksa tugas di laptopnya sambil sesekali mengambil suapan dari sandwich yang ada di depannya. Sementara itu, Mario, dengan rambut pendek rapi dan kaos berkerah, sedang menikmati seporsi mie ayam sambil mendengarkan Nathan dan Ezra berbicara. Suasana di sekitar mereka penuh dengan obrolan dan tawa mahasiswa teknik lainnya, dengan meja-meja yang dipenuhi alat-alat seperti kalkulator, buku-buku tebal, dan perangkat elektronik. Di latar belakang, terdengar suara mesin kopi dan bunyi piring yang saling beradu, menambah hiruk-pikuk khas kantin kampus teknik.

Tiba-tiba, Erlin muncul di samping meja mereka. Erlin, dengan rambut panjang diikat rapi dan memakai kemeja flanel berwarna merah, tersenyum ramah. Dia tampak membawa nampan berisi semangkuk salad dan segelas jus jeruk. Nathan yang sedang berbicara, menghentikan sejenak dan menoleh kearah erlin. sementara Ezra dan Mario menoleh dan melambaikan tangan kearah sang gadis.

"Erlin! Lo mau gabung sama kita?" Nathan menyapa dengan antusias.

Erlin mengangguk sambil meletakkan nampannya di atas meja. "Boleh, nggak ganggu, kan?" tanyanya sambil menarik kursi.

Ezra tersenyum, "Nggak sama sekali. Lagi bahas soal proyek praktikum, nih."sela ezra

Erlin mengangguk dan mulai bergabung dengan mereka. Disela makan mereka juga menyempatkan untuk mengobrol ringan agar suasana nya tidak canggung. Erlin dan ketiganya semakin akrab sejak kejadian satu bulan yang lalu.

Suara notifikasi dari ponsel Nathan menghentikan obrolan mereka. Nathan mengecek ponselnya untuk melihat siapa yang mengirim pesan. Dan itu ternyata nomor tidak dikenali yang mengirim kan pesan untuknya.

"Hai"

"Siapa, nath? Kek serius gitu?"tanya Erlin mencoba melihat ponsel Nathan tapi pemuda itu langsung mematikan ponselnya.

"Emm...e-enggak ada kok, kalau gitu gua, mau pulang duluan."pamit Nathan tanpa menjawab pertanyaan dari Erlin dan menambah kecurigaan dari sahabat nya.

"Dia, kenapa?" Pertanyaan Erlin dibalas anggukan dari Ezra dan Mario yang membuat gadis itu sedikit kecewa. Dan melanjutkan acara makan mereka.

****

Nathan membuka pintu kos nya dan langsung menghempas tubuhnya ke ranjang saat sampai dikamar nya. Buku dan tas dibiarkan berserakan di lantai tanpa enggan di ambil. Mata coklat nya memandang kearah langit langit kamar berwarna biru muda. Nathan memijit batang hidungnya. Tak lama, matanya dengan perlahan menutup.

Nathan terbangun tiba-tiba dari tidurnya saat mendengar suara petir yang keras menggema di langit malam. Dengan jantung berdebar kencang, dia duduk tegak di atas tempat tidurnya, napasnya sedikit terengah. Ruangan gelap yang hanya diterangi oleh kilatan cahaya dari petir memperlihatkan jendela kamarnya yang terbuka lebar. Tirai berkelebat liar karena angin kencang yang masuk, membuat suasana semakin mencekam. Udara dingin menerpa wajahnya, dan dia bisa merasakan bulu kuduknya berdiri. Tanpa berpikir panjang, dia segera melompat dari tempat tidur, meraih jendela dan berusaha menutupnya, sementara suara gemuruh petir terus menggelegar di luar.

"Halo..."

"Nathan..."suara dari seberang sana membuat Nathan terkejut saat mendengar, suara yang selama ini menghantui nya dan di rindukan kini terdengar jelas ditelinga. Mulutnya tidak bisa membalas ucapan orang itu dan langsung mematikan ponselnya.

"Areksa."

_______________

T
B
C
________________

28 Agustus 2024

Nathan || BxB [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang